Find Us On Social Media :

Mengenang Sejarah Lahirnya VOC: Ketika Batavia Gagal Sampai Di Batavia, Kecebur Laut Tamat Riwayat

By Moh. Habib Asyhad, Rabu, 24 Juli 2024 | 15:43 WIB

Ternyata Batavia tak hanya nama lama Kota Jakarta. Nama itu pernah (dan masih) disandang sebuah kapal buatan Belanda. Sedihnya, kedua nama kembar itu tak pernah saling bertaut, karena Kapal Batavia tak pernah berlabuh di Batavia. Artikel ini sebagai persembahan mengenang lahirnya VOC.

Belanda menyusul

Seabad sesudah Portugal dan Spanyol melanglang buana menumpuk kekayaan dengan praktik monopoli perdagangan, Belanda iri. Pemerintah Belanda, yang berbentuk federasi antartujuh provinsi beragama Protestan dan telah bersama-sama berjuang mengusir Spanyol selama Perang 80 tahun (1568 - 1648), jelas tidak peduli dengan tindakan Paus Alexander.

Tahun 1595 ekspedisi pertama Belanda, dipimpin Cornelis de Houtman, mendarat di Banten, Jawa Barat, setelah berlayar 15 bulan. Pada 1595 - 1601, ada 65 kapal Belanda ikut berdagang di kawasan Timur Jauh.

Persaingan antarbangsa menyadarkan Belanda, negaranya kecil dan lemah. Untuk itu, tahun 1602 mereka memutuskan, semua bisnis ke Timur Jauh disatukan dalam nama VOC. Nantinya, kongsi itu menjadi mirip pemerintahan khusus.

Selama masa kejayaan di abad XVI - XVII, VOC sempat mengirim 1.770 kapal ke India Timur (kini Indonesia) mengangkut sekitar satu juta orang.

VOC berkantor pusat di gedung Wisma India Timur, Amsterdam. Kongsi Dagang itu dipimpin Dewan Direktur, disebut De Heren Zeventien, terdiri atas 17 pengusaha besar dari berbagai kota di Belanda.

Untuk memantapkan kekuasaan, tahun 1619 Jan Pieterzoon Coen mengusir Portugis dari Jawa. Jayakarta, bekas pusat perdagangan Portugis, direbut. Di atas reruntuhan benteng Portugis, Gubernur Jenderal Coen membangun kota baru, dinamai Batavia (kini Jakarta).

Pelayaran perdana ke Batavia itulah yang dilakukan Kapal Batavia. Palka kapal penuh aneka dagangan; uang perak, tekstil, porselen. Di ruang paling bawah tersimpan balok-balok batu berukir. Kecuali sebagai pemberat agar kapal tidak oleng, batu itu akan dirakit menjadi pintu gerbang utama Pelabuhan Batavia. Kiriman itu memenuhi permintaan Coen, yang bertekad, "... membangun Batavia yang bakal menjadi mutiara di Timur Jauh."

Kecebur laut, tamat

Para pelaut zaman dulu memang harus siap bertaruh nasib. Sebagai kapal perang yang harus berlayar berbulan-bulan serta di perjalanan mungkin sekali bertemu musuh atau bajak laut, Batavia membawa 180 prajurit dilengkapi 32 pucuk meriam.

"Meriam" cuma pelontar bola api besi dengan sasaran efektif 20 m. Di masa kini itu tidak mengesankan karena "peluru"-nya tidak bisa meledak, dan maksimal hanya meremukkan dinding kapal musuh. Untuk menembakkan pun perlu waktu lama. Selain karena peluru harus diisikan dari moncong meriam, sebelum diledakkan dengan mesiu yang disulut api, tiap kali menembak perlu hati-hati. Kalau terburu-buru, meriam bisa pecah berantakan.

Zaman itu meriam memang tidak meletus puluhan kali tanpa henti. Berbeda dengan penggambaran dalam film, di mana meriam kapal kuno mampu riuh menembakkan pelurunya.