Find Us On Social Media :

Mengenang Sejarah Lahirnya VOC: Ketika Batavia Gagal Sampai Di Batavia, Kecebur Laut Tamat Riwayat

By Moh. Habib Asyhad, Rabu, 24 Juli 2024 | 15:43 WIB

Ternyata Batavia tak hanya nama lama Kota Jakarta. Nama itu pernah (dan masih) disandang sebuah kapal buatan Belanda. Sedihnya, kedua nama kembar itu tak pernah saling bertaut, karena Kapal Batavia tak pernah berlabuh di Batavia. Artikel ini sebagai persembahan mengenang lahirnya VOC.

[ARSIP]

Ternyata Batavia tak hanya nama lama Kota Jakarta. Nama itu pernah (dan masih) disandang sebuah kapal buatan Belanda. Sedihnya, kedua nama kembar itu tak pernah saling bertaut, karena Kapal Batavia tak pernah berlabuh di Batavia. Artikel ini sebagai persembahan mengenang lahirnya VOC.

Penulis: Julius Pour untuk Majalah Intisari edisi Desember 2000

Intisari-Online.com - Pada 29 Oktober 1628. Batavia bertolak dari Amsterdam menuju Batavia, India Timur, membawa 341 penumpang dan anak buah kapal (ABK), termasuk 38 perempuan dan beberapa anak kecil. Pelayaran perdana itu diperkirakan memakan waktu 9-1 2 bulan.

Nama "Batavia" dipilih sebagai penghormatan kepada suku Batavi, penghuni sekitar Leiden, yang di abad IV mengusir penguasa Roma dari tanah berawa-rawa, yang kini disebut Belanda.

Namun, "Batavia" juga dipakai VOC (Verenigde Oostindische Compagnie - Perkumpulan Dagang India Timur), untuk nama kota dagang mereka di India Timur, yang ketika itu sedang dalam pembangunan.

Berburu rempah

Armada dipimpin Francisco Pelsaert, dinakhodai Adriaen Jacobsz. Rencananya, selepas menyusur pantai barat Eropa, Batavia mengarah ke lepas pantai Brasil, Amerika Selatan, lalu ke tenggara, menuju Tanjung Harapan, Afrika. Selepas Tanjung Harapan naik ke timur laut menyusuri pantai Timur Afrika lewat Selat Madagaskar. Selepas ujung selatan India, baru masuk Selat Malaka.

Namun, tahun 1611 rute diubah, karena Hendrik Brouwer menemukan rute baru yang lebih singkat. Dari Tanjung Harapan kapal langsung melaju ke timur menyeberangi Samudera Hindia. Setelah berlayar sejauh 6.400 km, kapal berbelok tegak lurus ke utara, ke Selat Sunda, memasuki perairan Nusantara.

Masa itu Australia sudah dihuni masyarakat Aborigin, tapi belum "dikenal" oleh pelaut Eropa. Di peta, benua itu hanya diberi catatan spekulatif, Terra Australis Incognita, daratan luas di Selatan.

Berbagai pelayaran ke Timur Jauh dipicu keinginan mencari rempah-rempah, komoditi penting masa itu. Semangat itu tahun 1492 membawa Christopher Columbus tanpa sengaja menemukan daratan Amerika. Ini membuka kemungkinan adanya "dunia" baru.

Penemuan itu segera diselesaikan oleh Paus Alexander VI untuk mencegah perebutan kekuasaan antara kedua negara adidaya masa itu, yang kebetulan semuanya beragama Katolik. Setahun setelah pelayaran Columbus, Paus "membagi" dunia menjadi dua, untuk Spanyol dan sisanya milik Portugal.