Find Us On Social Media :

Cerita Sumitro, Begawan Ekonomi-Raja Kritik Dan Alasannya Memilih ‘Gabung’ PRRI

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 21 Juli 2024 | 17:02 WIB

Sumitro Djojohadikusumi dikenal sebagai begawan ekonomi yang gemar melontarkan kritik, bahkan kepada besannya sendiri, Soeharto.

[ARSIP]

Perjalanan kariernya sangat panjang dalam dunia akademik dan pemerintahan. Pada usia muda ia meraih gelar doktor. Umur 33 dipercaya jadi menteri. Selain menjadi guru besar UI, ia pernah menduduki pelbagai jabatan kunci di bidang ekonomi dan pemerintahan. Tapi ia pun aktif di berbagai forum internasional memperjuangkan nasib republik ini.

Penulis: A. Hery Suyono untuk Intisari edisi Juli 2000

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com - Gayanya yang ceplas-ceplos dan blak-blakan menjadi ciri khas. Sebagai "begawan" ekonomi, Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo memang selalu kritis. Setelah menjadi besan Presiden Soeharto pun ia tetap melancarkan kritik tajam terhadap jalannya roda pembangunan.

Baginya, perkawinan anak laki-lakinya Letjen Prabowo Subianto dengan Siti Hediyati (putri Soeharto) pada Mei 1983 hanyalah historical accident.

Salah satu kritikannya yang tajam adalah pernyataannya tentang kebocoran 30% dana pembangunan yang dilansir di Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) ke-12 di Surabaya, November 1993. ISEI sendiri didirikan Sumitro tahun 1955.

Bila Sumitro--yang pada 1985 menjadi anggota seven eminent persons dengan tugas menyusun rekomendasi kepada GATT (General Agreement on Tariffs and Trade)--sudah kelewat keras mengkritik, biasanya menantunya datang kepadanya untuk menyampaikan pesan Presiden Soeharto.

"Ada apa, Tiek? Ada pesan dari Bapak?" sambut Sumitro.

"Ya, Bapak bilang, Tiek, mertuamu sudah priyayi sepuh kok masih radikal saja'!" ujar Siti Hediati alias Titiek–bercerai dari Prabowo pada 1998.