Find Us On Social Media :

Dyah Gitarja, Sang Ratu Prajurit yang Mengantar Majapahit Menuju Kejayaan

By Afif Khoirul M, Selasa, 16 Juli 2024 | 14:15 WIB

Ilustrasi - Sosok Dyah Gitaraja merupakan pemimpin wanita dari Majapahit.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Di antara kisah-kisah kepahlawanan dan kejayaan yang mewarnai sejarah Nusantara, terukir nama seorang ratu yang kepemimpinannya sering terlupakan. Dialah Dyah Gitarja, atau yang dikenal dalam sejarah dengan gelar Tribhuwana Tunggadewi, "Dewi Agung dari Tiga Dunia".

Lahir dengan jiwa prajurit dan kecerdasan tajam, Dyah Gitarja memainkan peran krusial dalam mengantarkan Majapahit menuju puncak kejayaannya, menjadikannya salah satu kerajaan terbesar dan terkuat di Asia Tenggara.Meskipun Serat Pararaton, naskah kuno yang menceritakan kisah raja-raja Jawa, mencatat namanya, Dyah Gitarja sering kali tersingkir dari narasi kejayaan Majapahit. Sosoknya tertutupi bayang-bayang Hayam Wuruk, sang raja, dan Gajah Mada, mahapatih legendaris.

Namun, mengabaikan peran Dyah Gitarja sama saja dengan melupakan fondasi di atas mana kejayaan Majapahit dibangun.Masa kecil Dyah Gitarja diselimuti misteri. Lahir di tengah gejolak politik Majapahit yang baru berdiri, dia dibesarkan di lingkungan istana, ditempa dengan pendidikan dan pelatihan yang bekalnya untuk masa depan.

Sejak dini, Dyah Gitarja menunjukkan bakat kepemimpinannya yang luar biasa. Dia cerdas, berani, dan memiliki tekad yang kuat, kualitas yang menjadikannya pemimpin yang ideal di masa penuh gejolak.Ketika sang ayah, Raden Wijaya, pendiri Majapahit, mangkat pada tahun 1328, kerajaan masih muda dan rapuh. Ancaman dari luar mengintai, dan perselisihan internal mengancam untuk memecah belah persatuan. Di tengah situasi genting ini, Dyah Gitarja, meskipun masih muda, melangkah maju untuk mengambil alih tahta.

Dengan tekad bulat, dia dinobatkan sebagai Ratu Majapahit, menjadi pemimpin perempuan pertama dalam sejarah kerajaan.Pemerintahan Dyah Gitarja diwarnai dengan berbagai tantangan. Dia harus menghadapi pemberontakan internal, mematahkan ambisi para bangsawan yang haus kekuasaan, dan mempertahankan kedaulatan Majapahit dari serangan musuh.

Namun, Dyah Gitarja terbukti sebagai pemimpin yang tangguh dan cakap. Dia berhasil meredam pemberontakan, memperkuat persatuan internal, dan meletakkan fondasi bagi kejayaan Majapahit di masa depan.

Baca Juga: Hayam Wuruk dan Kekuasaannya Atas Majapahit Selama 39 TahunSalah satu keputusan paling penting Dyah Gitarja adalah mengangkat Gajah Mada sebagai mahapatih. Gajah Mada, seorang panglima perang yang brilian dan ambisius, memiliki visi yang sama dengan Dyah Gitarja untuk menjadikan Majapahit sebagai kerajaan yang agung.

Bersama-sama, mereka merumuskan Sumpah Palapa, sebuah janji ambisius untuk menaklukkan seluruh Nusantara di bawah panji Majapahit.Dyah Gitarja tidak hanya bertindak sebagai pemimpin politik, tetapi dia juga seorang pelindung seni dan budaya. Di bawah kepemimpinannya, Majapahit mengalami kemajuan pesat dalam berbagai bidang, termasuk kesusastraan, seni pahat, dan arsitektur.

Candi-candi megah seperti Trowulan dan Penataran didirikan pada masanya, menjadi bukti kejayaan dan kemakmuran Majapahit.Meskipun Dyah Gitarja mangkat pada tahun 1350, warisannya terus hidup. Dia telah meletakkan fondasi yang kuat bagi Majapahit, yang kemudian mencapai puncak kejayaannya di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk dan Gajah Mada.

Dyah Gitarja dikenang sebagai pemimpin yang berani, cerdas, dan visioner, seorang ratu prajurit yang mengantarkan Majapahit menuju masa keemasannya.Kisah Dyah Gitarja adalah kisah tentang kepemimpinan, keberanian, dan tekad. Dia adalah contoh inspiratif bagi para pemimpin perempuan di seluruh dunia, menunjukkan bahwa dengan tekad dan visi yang kuat, seorang wanita dapat mencapai apa pun yang dia inginkan, bahkan di masa yang penuh dengan tantangan dan rintangan.Pusaran Intrik dan Lahirnya Sumpah PalapaMemimpin Majapahit di masa awal bukanlah tugas yang mudah bagi Dyah Gitarja. Kerajaan masih muda, belum sepenuhnya stabil, dan bayang-bayang pemberontakan selalu mengintai.