Tak Hanya Untuk Pesta, Societeit De Harmonie Dibangun Juga Sebagai 'Biro Jodoh'

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Gedung Harmoni atau Societeit De Harmonie adalah tempat berkumpulnya masyarakat kelas atas di Batavia. Dirubuhkan di masa Orde Baru.

[ARSIP]

"Wafatnya" tepat pada usia ke-170. Banyak di antara kita tidak pernah melihat masa jayanya. Namun para penumpang kendaraan umum di Jakarta pasti pernah turun di Harmoni. Inilah riwayat Gedung Harmoni dalam rangka HUT Jakarta yang ke-497.

Oleh Irawati untuk Kisah Jakarta Tempo Doeloe/Intisari

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan artikel terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Gagasan untuk membangun sebuah tempat berkumpul bagi penduduk Hindia Belanda zaman baheula sebetulnya sudah timbul lama.

Ketika orang-orang VOC pertama kali mendarat di Teluk Banten yang indah bulan Juni 1596, setelah berbulan-bulan lamanya hanya melihat laut, mereka langsung disambut bau arak yang harum menyengat. Waktu itu industri pembuatan arak sudah berkeiiibang di Jayakarta.

Tidak heran kalau tak lama kemudian muncul tempat-tempat minum di sepanjang Kali Ciliwung. Kalau tahun 1744 jumlah kedai minum hanya selusin, pada tahun 1777 jumlah itu sudah meningkat menjadi tak kurang dari 102 buah.

Padahal jumlah orang Belanda yang tinggal di daerah itu pasti belum begitu banyak. Yang disajikan waktu itu bukan hanya arak saja, tetapi juga bir Belanda dan Inggris, anggur Spanyol dan Afrika Selatan.

Tidak mengherankan kalau penguasa Belanda kemudian menjadi risau. Di tempat-tempat minum itu banyak terjadi perkelahian akibat mabuk. Perang mulut sering berakhir dengan perkelahian berdarah.

Tempat yang pantas untuk ketemu jodoh

Kalangan "baik-baik" tentu tidak mungkin pergi ke tempat minum seperti itu. Mereka lebih suka mengadakan pesta dansa di rumah dengan memanggil pemain musik, naik perahu berhias di Kali Ciliwung yang airnya cokelat, pergi ke pesta tembak atau pesta lain. Tempat umum seperti societeit atau tempat minum terhormat waktu itu belum ada.

Baru sekitar 1776, Reinier de Klerk, yang kemudian menjadi gubernur jenderal, mengajukan saran agar sebaiknya dibangun tempat pertemuan umum di kota itu, supaya gaya hidup tidak terlalu urakan dan ada kesempatan untuk ketemu jodoh yang pantas.

Mula-mula banyak orang mengajukan keberatan, tetapi akhirnya terlaksana juga selama masa pemerintahannya. Lahirlah societeit Hindia Belanda (yang merangkap biro jodoh?) di Buiten Nieuwpoortstraat (Pintu Besar Selatan).

Daendels yang mulai berkuasa tahun 1808 merasa perlu memindahkah gedung soos dari Pintu Besar yang dianggap agak jorok. Tujuan lain adalah untuk mengajak masyarakat Hindia Belanda keluar dari daerah kota, dan tinggal agak di "pinggir" kota untuk menghirup udara yang lebih segar.

Daendels bukan orang yang suka mengulur-ulur waktu. Weeskamer (Balai Harta Peninggalan) memberi uang muka 75.000 atau 80.000 ringgit untuk mewujudkan gagasan tersebut, karena selama pemerintahannya tidak ada uang untuk membangun gedung pertemuan.

Agar bunga 6% bisa terbayar, dia memerintahkan bahwa "semua pegawai negeri, militer maupun sipil" harus menjadi anggota societeit yang baru itu. Maklum, Daendels memang memerintah dengan tangan besi.

Pembangunan langsung dimulai berdasarkan gambar yang dibuat Letkol J.C. Schultze. Batanya diambil dari bekas bongkaran tembok kota lama. Namun Daendels tidak mengalami gedung tersebut selesai. Bulan Juni 1811 ia kembali ke Belanda untuk ikut bertempur dalam perang Rusia sebagai brigjen.

Masa pemerintahan penggantinya, Janssens, lebih singkat lagi. Pada tahun yang sama dia harus menyerahkan Jawa kepada Inggris. Pembangunan tempat pertemuan itu terhenti karena tidak ada uang.

Baru dalam pemerintahan Raffles, yang rupanya juga merasa betapa pentingnya tempat seperti itu, gedung itu akhirnya selesai dan bisa dibuka secara resmi pada tanggal 18 Januari 1815. Keyakinan Raffles itu malah demikian kuat, sehingga ia memutuskan agar pemerintah mengambil alih semua utang kepada Balai Harta Peninggalan begitu bangunan itu selesai.

Mentereng dan bergengsi

Pesta peresmian de Harmonie muncul sebagai laporan utama di Java Gouvernment Gazette. Di situ diceritakan tentang ruang marmer yang luas dengan tiang-tiang indah, lampu-lampu kristal yang bergantungan, cermin dinding dan patung-patung perunggu.

Pestanya juga meriah. Dansa-dansi dimulai pukul 21.00 dan diseling untuk souper (makan larut malam). Pada saat souper itu hubungan akrab antara pejabat Inggris dan Belanda dikokohkan dengan toast berulang-ulang.

Kemudian banyak pesta besar diadakan di Harmonie. Hari ulang tahun raja Belanda tanggal 24 Agustus juga selalu diperingati dengan pesta dansa meriah dan makan malam. Setiap anggota masyarakat Belanda yang "terpandang," harus hadir di pesta itu.

Menurut Dr. de Haan, penulis buku-buku terkenal tentang zaman Hindia Belanda waktu itu, tidak kurang dari enam ratus undangan yang hadir, termasuk pegawai paling rendah. Pesta seperti itu sering berakhir dengan perkelahian khas Belanda.

Setelah souper selesai, para juru tulis menduduki kursi-kursi para pejabat tinggi yang kosong selama teman-teman wanita mereka berdansa waltz dengan para perwira. Suatu ketika pernah pesta itu ditiadakan karena rupanya terlalu banyak yang mengharapkan undangan.

Harmonie bukan tempat untuk pesta pora saja. Di situ juga pernah diadakan pertunjukan musik. Tahun 1816 misalnya, diselenggarakan konser oleh pemain musik amatir.

Pagelaran musik militer juga pernah diadakan di Harmonie. Sebetulnya masih ada societeit lain, yaitu societeit militer Concordia. Bedanya adalah bahwa Harmonie sebetulnya sebuah tempat pertemuan khusus pria, sedangkan Concordia untuk pria maupun wanita.

Hanya sekali-sekali saja kaum wanita diundang ke Harmonie, seperti misalnya ketika soos itu merayakan hari ulang tahunnya yang ke-125 pada tanggal 18 Januari 1940.

Dalam suatu artikel berkenaan dengan jubileum 125 tahun, koresponden Algemeen Handelsblad menyebutkan bahwa Harmonie tidak ada tandingannya dalam masyarakat Hindia Belanda waktu itu. Orang yang ingin masuk hitungan harus menjadi anggota Harmonie.

Tidak seorang pejabat tinggi pun yang melewatkan kesempatan itu. Pelindungnya tidak kurang dari gubernur jenderal.

Pesta-pesta yang diadakan di Harmonie tidak selalu "wah". Tahun 1828 misalnya pernah diadakan kermis, semacam pasar malam gaya Belanda. Waktu itu juga tampil "tukang gigi" terkenal Lehman Nathan Dentz, yang pada hari pasaran biasanya membantu rakyat kecil dan kalau diminta juga bersedia memijat orang.

Selain itu juga muncul kera terlatih dari "Lapland", burung hantu besar dari Afrika, bajing cerdik dan jangkrik-jangkrik gagah berani. Hadir pula Bravo Vermack, ahli kue dari Deventer yang selalu menjual kuenya dengan sertifikat keaslian. Sementara Guillaume Bastide du Corset menjual segala macam barang yang berhubungan dengan pakaian dalam wanita yang melangsingkan.

Selain itu juga ada tukang obat, badut, kereta-kereta kecil yang menjual telur dan acar. Pokoknya semua yang biasanya dijumpai dalam kermis Amsterdam.

Pesta peringatan 250 tahun kota Batavia pada tanggal 29 Mei 1869 juga meriah. Tanggal itu diambil sebagai patokan karena Batavia berhasil dikuasai Belanda pada tanggal 30 Mei 1619. Pesta tiga hari itu dipersiapkan berbulan-bulan lamanya. Sebagian besar keperluan didatangkan dari Belanda.

Pesta penutupan berupa malam dansa bertopeng di Harmonie. Pengaturan ruangan-ruangan ditangani seniman Kinsbergen. Dinding-dinding dihias dengan kam draperi dan lukisan, lampu Venesia, permadani Persia, mebel mewah dari Eropa, tanaman hidup, vandel.

Di sana-sini digantungkan keranjang serta karangan bunga. Pada malam itu Gubernur Jenderal Anthonie van Diemen tampak bergandengan dengan "William Shakespeare".

Tidak luput dari keonaran

Suasana di Harmonie tidak selalu anggun dan meriah. Sekitar tahun 1870-an pernah terjadi suatu insiden. Waktu itu pesta dansa bulanan bersama istri baru selesai, tetapi masih ada beberapa orang yang tinggal untuk ngobrol. Dua orang dari Bogor datang mengendarai kereta yang dihela dua ekor kuda beriringan.

Mereka membawa dua wanita rakyat jelata. Rupanya hal itu kurang mendapat sambutan baik dari para anggota resmi Harmonie yang masih hadir. Kedua tamu itu rupanya sudah banyak minum, sehingga tidak heran kalau terjadi perang mulut.

Beberapa pengunjung yang berusia agak lanjut, rupanya enggan untuk menjadi saksi perkelahian. Mereka segera pulang jalan kaki. Soalnya kereta mereka yang disuruh pulang mengantarkan istri dan putri mereka belum kembali lagi ke soos.

Golongan muda lalu mengambil keputusan untuk menghadapi tamu-tamu dari Bogor itu bersama-sama. Ketika melihat mereka akan diusir, kedua tamu malah turun dari kereta dan mencari perlindungan di belakang meja dekat dinding, tidur-tiduran di bangku dekat cermin dan berteriak minta api serta memesan minuman keras.

Rupanya mereka bertekad untuk menggunakan hak sebagai orang yang diundang. Kemudian mereka melempar botol ke arah seorang anggota yang ingin melerai. Orang itu sampai luka di kepala.

Kesabaran para anggota Harmonie tak bisa dibendung lagi, beramai-ramai mereka menyerbu kedua orang dari Bogor itu. Untung kedua orang itu masih berhasil meloloskan diri dan kabur.Keesokan harinya dewan pengurus mengadakan pertemuan darurat.

Kalau polisi mau menangani perkara itu, apa boleh buat. Tetapi kalau kedua undangan itu merasa bahwa mereka bisa berlaku semau mereka di lingkungan Harmonie, mereka salah terka. Nama-nama mereka akan dipasang di tempat yang mencolok dalam societeit, dengan catatan bahwa mereka tidak boleh masuk ke situ, baik berjalan kaki, naik kereta ataupun naik kuda.

Dapatkan artikel terupdate dari Intisari-Online.com di Google News

Artikel Terkait