Find Us On Social Media :

Kok Bisa Meriam Si Jagur Dan Meriam Si Amuk Buatan Portugis Itu Kenyang Sesajen?

By Moh. Habib Asyhad, Selasa, 11 Juni 2024 | 14:05 WIB

Meriam Si Jagur yang sekarang menghiasa halaman Museum Fatahillah oleh beberapa orang dianggap keramat. Tak heran dulu banyak sesaji di sekitarnya.

St. Jago de Barra

Menurut sejarah, nama 'Si Jagur’ diduga berasal dari nama St. Jago de Barra, meriam dari benteng Portugis di Makao. Sekitar tahun 1621-1641, benteng-benteng tersebut menjadi tempat pembuatan senjata.

Diduga senjata-senjata rampasan dari Portugis oleh Belanda di bawa ke Batavia, antara lain St. Jago de Barra yang namanya menjadi Si Jagur.

Tapi ada dugaan lain yang mengatakan bahwa sekitar tahun 1620-an orang-orang Portugis datang memberi pelajaran millter ke Mataram. Karena itu tidak disangsikan bahwa orang Portugis juga membawa meriam.

Mataram waktu itu juga bisa membuat meriam-meriam yang khas Jawa seperti Nyi Setomi (meriam betina) yang punya pasangan bernama Kyai Setomo yang nama lainnya adalah si Jagur.

Dugaan ketiga mengatakan bahwa meriam Si Jagur tidak diketahui siapa pembuatnya tapi modelnya pasti berasal dari Portugis. Karena Si Jagur punya hiasan 2 ikan lumba-lumba, Prof. Dr. Poerbatjaraka almarhum menduganya berasal dari kapal.

Tapi ternyata ada meriam-meriam lain yang bukan meriam kapal meskipun dihiasi ikan lumba-lumba.

Konon Si Jagur ada di Batavia disekitar tahun 1628-1629. Ketika itu Mataram menyerang Batavia. Perlengkapan artileri Mataram dibawa serta ke Batavia. Diduga Si Jagur tertinggal ketika pasukan Mataram diperintahkan mundur secara tiba-tiba.

Ada lagi yang mengatakan bahwa Si Jagur atau Kyai Setomo sampai di Batavia dibawa oleh Trunojoyo yang waktu itu memberontak terhadap raja Mataram (Amangkurat II) yang sempat mengambil harta pusaka termasuk 'Si Jagur' ini.

Si Jagur yang beratnya 7000 pon ini dulu sebelum diserahkan pada Museum Kota pernah tinggal di gudang Museum Pusat selama 13 tahun. Dalam penyimpanan di gudang ini ada seorang putera Maluku yang bersedia merawatnya dan memujanya selama 13 tahun.

Sebelum itu ia bersemayam diviaduct kereta api yang menuju pelabuhan Pasar Ikan yang sekarang bernama Sunda Kelapa.

Sesudah 13 tahun disimpan di gedung Museum, kemudian diserahkan ke Museum Kota pada tanggal 22 Juni 1968. Kemudian pada tanggal 30 Maret 1974 Si Jagur dipindahkan ke Taman Fatahilah yang letaknya tidak terlalu Jauh dari tempat sebelumnya. (H. Kodhyat - Intisari Juni 1974).

Dapatkan artikel terupdate dari Intisari-Online.com di Google News