Masjid Raya Baiturrahman Merupakan Salah Satu Peninggalan Dari Kerajaan Aceh, Begini Sejarah Pembangunannya

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Begitulah Masjid Raya Baiturrahman merupakan salah satu peninggalan dari Kerajaan Aceh yang dipimpin oleh raja Sultan Iskandar Muda.

Intisari-Online.com -Masjid Raya Baiturrahman merupakan salah satu peninggalan dari Kerajaan Aceh.

Masjid ini dibangun ketika Aceh dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda.

Artikel ini akan membahas tentang sejarah pembangunan Masjid Raya Baiturrahman, masjid peninggalan Kerajaan Aceh di zaman Sultan Iskandar Muda.

Tak sekadar peninggalan Kerajaan Aceh, masjid ini adalah simbol agama, budaya, dan perjuangan masyarakat Aceh.

Masjid ini tidak hanya menjadi pusat kegiatan keagamaan dan saksi kejayaan Kerajaan Aceh.

Tapi juga pernah dijadikan markas pertahanan terhadap serangan para penjajah.

Masjid Raya Baiturrahman dibangun oleh Sultan Iskandar Muda, raja Aceh periode 1607-1636, pada 1612 M.

Masjid ini pernah dibakar oleh Belanda, dan pernah diterjang Tsunami 2004 tapi masih kokoh berdiri.

Beberapa sumber sejarah menyebut bahwa Masjid Raya Baiturrahman didirikan pada 1612.

Ketika itu Kerajaan Aceh dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M).

Tapi ada juga yang meyakini bahwa masjid ini telah dibangun lebih awal, yakni oleh Sultan Alaidin Mahmudsyah pada 1292.

Terlepas dari perbedaan tahun pembangunannya, bangunan asli Masjid Raya Baiturrahman sempat terbakar pada masa pemerintahan Sultan Nurul Alam (1675-1678).

Sebagai gantinya, dibangunlah masjid baru di lokasi yang sama.

Baca Juga: Ini Daftar 7 Artefak Peninggalan Majapahit yang Dianggap Berharga

Karena posisinya yang sangat strategis, sebagian bangunan Masjid Raya Baiturrahman pernah dibakar Belanda pada 10 April 1873.

Untuk meluluhkan hati rakyat Aceh yang murka, Gubernur Jenderal Van Lansberge menyatakan akan membangun kembali masjid agung yang baru.

Peletakan batu pertama pembangunan kembali masjid ini dilakukan pada 9 Oktober 1879 oleh Tengku Qadhi Malikul Adil.

Pembangunan Masjid Raya Baiturrahman selesai pada 27 Desember 1881 dan diresmikan saat itu juga.

Sejak diresmikan, tidak sedikit rakyat Aceh yang menolak untuk beribadah di masjid ini karena dibangun oleh Belanda.

Kini Masjid Raya Baiturrahman menjadi kebanggaan tersendiri bagi Banda Aceh.

Ketika selesai dibangun oleh Belanda pada 1881, masjid ini memiliki satu kubah dan satu menara.

Kubah dan menara lainnya ditambahkan pada 1935, 1958, dan 1982.

Saat ini, Masjid Raya Baiturrahman memiliki tujuh kubah dan delapan menara.

Setelah Tsunami Aceh 2004, masjid ini kembali direnovasi karena mengalami kerusakan yang tidak terlalu parah pada beberapa bangunannya.

Sepanjang sejarahnya, kegunaan Masjid Raya Baiturrahman sangat banyak, tidak terbatas untuk kegiatan keagamaan saja.

Pada periode pemerintahan Sultan Iskandar Muda misalnya, masjid ini digunakan sebagai tempat menyiarkan agama Islam.

Bahkan pada masa itu, tidak hanya penuntut ilmu dari warga lokal yang datang ke masjid ini, tetapi juga para pendatang dari Melayu, Persia, Arab, dan Turki.

Pada masa penjajahan, Masjid Raya Baiturrahman digunakan sebagai tempat ibadah dan markas pertahanan terhadap serangan musuh.

Fungsi tersebut sangat terasa semasa Kerajaan Aceh dipimpin oleh Sultan Alaidin Mahmud Syah (1870-1874 M).

Di masjid ini sering pula diadakan musyawarah besar untuk membicarakan strategi penyerangan dan kemungkinan serangan Belanda terhadap Kerajaan Aceh.

Oleh karena itu, Masjid Raya Baiturrahman menjadi sasaran serangan Belanda hingga akhirnya terbakar.

Ketika terjadi bencana tsunami 2004, masjid ini digunakan sebagai tempat penampungan sementara bagi para pengungsi.

Baca Juga: Ternyata Bukan Orang Baru Di Bidang Seni, Ini Sosok Yang Diduga Curi Artefak Peninggalan Majapahit Yang Baru Ditangkap

Saat ini, Masjid Raya Baiturrahman mempunyai beragam fungsi selain digunakan untuk shalat, yakni sebagai tempat mengadakan pengajian, perhelatan acara keagamaan seperti maulid Nabi Muhammad SAW, peringatan 1 Muharram, dan salah satu obyek wisata religi di Aceh.

Arsitek yang merancang Masjid Raya Baiturrahman yang baru adalah seorang kapten angkatan darat Belanda bernama Gerrit van Bruins.

Untuk menentukan arsitektur masjid, ia juga berkonsultasi dengan Snouck Hurgronje dan penghulu masjid Bandung.

Ciri khas Masjid Raya Baiturrahman adalah memakai gaya arsitektur Mughal, ditandai dengan bangunanya yang memiliki menara dan kubah besar, seperti Taj Mahal di India.

Keunikan lain masjid ini terlihat pada pintunya, yaitu berupa tiga pintu besar yang terbuat dari kayu dan dihiasi banyak ornamen.

Selain itu, interior ciri khas Masjid Raya Baiturrahman dihiasi dengan dinding dan pilar ber-relief, tangga marmer dan lantai dari China, serta kaca patri dari Belgia.

BegitulahMasjid Raya Baiturrahman merupakan salah satu peninggalan dari Kerajaan Aceh yang dipimpin oleh raja Sultan Iskandar Muda.

Dapatkan artikel terupdate dari Intisari-Online.com di Google News

Artikel Terkait