Find Us On Social Media :

Gegara VOC Gagal Sediakan Perawan Siap Kawin, Pegawai Kompeni Malah Kegirangan Bisa Bebas Dengan Para Nyai Dan Gundik

By Moh. Habib Asyhad, Kamis, 25 April 2024 | 20:17 WIB

Gegara VOC Gagal Sediakan Perawan Siap Kawin, Pegawai Kompeni Malah Kegirangan Bisa Bebas Dengan Para Nyai Dan Gundik

Intisari-Online.com - Kegemaran para pejabat Kompeni menyimpan gundik dan para nyai ternyata berawal dari ketidakmampuan VOC.

VOC gagal menyediakan "perawan yang sudah matang kawin".

Begitulah, Gegara VOC Gagal Sediakan Perawan Siap Kawin, Pegawai Kompeni Malah Kegirangan Bisa Bebas Dengan Para Nyai Dan Gundik

Bagaimana ceritanya?

Pada 1610, Gubernur Jenderal VOC yang pertama, Pieter Both, mendirikan pos perdagangan VOC di Indonesia yang pertama, yaitu di Banten.

Di tahun yang sama, ia pergi ke Jayakarta (Jakarta) dan berhasil menjalin hubungan baik dengan penguasanya, Pangeran Wijayakrama.

Pada 1611, Pieter Both mengadakan perjanjian dengan Pangeran Wijayakrama guna pembelian sebidang tanah yang berlokasi di sebelah timur muara Ciliwung.

Tanah inilah cikal bakal Batavia, yang kemudian menjadi pusat kekuasaan VOC di Indonesia.

Dilasnir Kompas.com, di Batavia, prostitusi sudah dimulai sejak JP Coen membakar Jayakarta dan mendirikan kota baru di atas reruntuhannya.

Penelitian Pusat Penelitian Sumberdaya Regional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PSDR-LIPI) tentang sejarah prostitusi di Jakarta menunjukkan, sejak masa inilah sistem pergundikan yang jadi cikal bakal prostitusi di Jakarta dimulai.

Ridwan Saidi, budayawan, mengatakan, konsentrasi prostitusi pertama di Batavia adalah di kawasan Macao Po, disebut demikian karena pekerja seksnya berasal dari Makao, di sebuah rumah bertingkat di seberang Stasiun Beos.

Mereka didatangkan oleh para germo Portugis dan China untuk menghibur tentara Belanda.