Find Us On Social Media :

Perwira Kompeni Belanda Pun Sampai Malu, Kok Bisa Cucu Sultan Agung Habisi Nyawa Trunojoyo Yang Sudah Tak Berdaya?

By Moh. Habib Asyhad, Senin, 22 April 2024 | 15:09 WIB

Kapiten Jonker disebut mengutuk perbuatan cucu Sultan Agung, Amangkurat II, menikam Trunojoyo yang sudah menyerah.

Intisari-Online.com - Secara tidak langsung, naiknya Amangkurat II, cucu Sultan Agung, menjadi raja Mataram Islam berkat pemberontakan Raden Trunojoyo.

Pemberontakan itu berhasil meluluhlantakkan Keraton Plered dan membuat Amangkurat I kabur ke Tegal.

Dalam pelarian itulah Amangkurat I meninggal dunia.

Setelah itu, Raden Mas Rahmat akhirnya naik takhta dengan gelar Amangkurat II.

Bahkan ada sumber yang menyebut bahwa Amangkurat II pernah menjalin kerja sama dengan Trunojoyo untuk merebut takhta Mataram dari tangan ayahnya, Amangkurat I.

Pemberontakan Trunojoyo benar-benar membuat Mataram kehabisan akal dan satu-satunya solusi mereka adalah meminta bantuan VOC di Batavia.

VOC mau membantu Mataram, dalam hal ini Amangkurat II, asal ada syarat yang harus dipenuhi.

Di antaranya dalah wilayah pesisir utara harus diserahkan kepada Kompeni Belanda.

Dengan pasukan bersenjatanya, serta dibantu oleh sekutu-sekutunya seperti Karaeng Galesong dari Makassar, VOC memburu Trunojoyo di Jawa Timur.

Mereka pertama kali mengalahkan pasukan Trunojoyo di Kediri pada November 1678.

Lalu setahun kemudian, pangeran berdarah Madura itu berhasil ditangkap di dekat Ngantang, Malang.

Singkat cerita, Amangkurat II sendiri yang akhirnya mengeksekusi Trunojoyo dengan cara menusuknya dengan keris saat dia berkunjung ke Payak, Jawa Timur, pada Januari 1680.

Tapi sumber lain menyebut Amangkurat II menikam Trunojoyo di Batavia.

Adalah Kapiten Jonker, seorang perwira Kompeni berdarah Ambon, yang berhasil membujuk Trunojoyo untuk menyerahkan diri.

Jonker berjanji jika Trunojoyo mau menyerahkan diri keselematan dirinya akan terjamin.

Pangeran asal Madura itu pun luluh juga.

Setelah menyerahkan diri, Trunojoyo dibawa ke Batavia dan di sana dia diperlakukan sebagai tawanan perang.

Dan di sanalah Trunojoyo ditikam oleh Amangkurat II dengan keris.

Apa yang dilakukan oleh Amangkurat II itu mendapat komentar pedas dari Jonker.

Dia mengutuk tindakan raja Mataram itu dan menyebutnya sebagai sosok yang tidak tahu malu.

"Taja yang berbuat nista akan terkena hukuman Tuhan," begitu komentar Jonker sebagaimana tercatat dalam Babad Tanah Jawi.

"Tidakkah Raja suka membaca cerita bahwa leluhurnya setiap tahun pergi ke Makkah?"

Lebih dari itu, Jonker juga menyebut cucu Sultan Agung itu tidak layak menjadi seorang raja.

Baginya, tak semestinya seorang raya menghabisi seorang tawanan yang sudah takluk.

Dapatkan artikel terupdate dari Intisari-Online.com di Google News