Find Us On Social Media :

Punya Pengaruh Besar Terhadap Kebudayaan Indonesia, Begini Sejarah Perkembangan Agama Hindu

By Moh. Habib Asyhad, Selasa, 16 April 2024 | 17:40 WIB

Artikel ini akan membahas tentang sejarah perkembangan agama Hindu baik di India maupun Indonesia.

Intisari-Online.com - Tak bisa dipungkiri, Hindu punya pengaruh besar terhadap perkembangan budaya di Nusantara.

Mulai dari politik hingga kehidupan sosial.

Artikel ini akan membahas tentang sejarah perkembangan agama Hindu baik di India maupun Indonesia.

Mengutip Kompas.com, Hindu merupakan agama tertua di dunia, dan masih berkembang hingga sekarang.

Menurut catatan, agama Hindu telah ada sejak 5000 SM.

Meski begitu, ajaran dan pemikiran Hindu masih relevan sampai sekarang.

Hindu muncul di lembah Sungai Shindu yang terletak di sebelah barat daya India, atau saat ini dikenal sebagai daerah Punjab.

Nama Hindu sendiri diambil dari nama Sungai Shindu.

Hal ini berkaitan dengan bangsa Persia, yang mengadakan kontak ke lembah Sungai Hindu.

Bangsa Persia menyebut kata Shindu dengan kata Hindu, karena mereka tidak bisa melafalkan huruf S.

Masih dari sumber yang sama, Hindu adalah ajaran yang bersifat universal dan memberikan kebebasan pada pemeluknya.

Seiring berjalannya waktu, ajaran Hindu mengalami perkembangan yang cukup pesat di India.

Perkembangan Hindu itu terbagi menjadi empat fase.

Zaman Weda

Pada zaman ini, diturunkan ajaran Weda (wahyu) oleh Ida Sang Hyang Widhi kepada Maha Sri.

Adapun jangka waktu turunnya Weda sangat panjang.

Kata "Weda" berasal dari akar kata bahasa Sanskerta, yaitu "Vid", yang maknanya adalah mengetahui.

Jadi, secara keseluruhan Weda memiliki makna pengetahuan suci dari Sang Hyang Widhi Wasa.

Zaman ini dimulai saat datangnya bangsa Arya yang berasal dari Austria, Hungaria, dan Babylonia ke India, tepatnya di lembah Sungai Shindu.

Tapi sebelum sampai di India, tepatnya di Selat Bosporus, mereka terpisah.

Bangsa Arya yang membawa kebudayaan Weda melanjutkan perjalanan ke arah India.

Sedangkan kelompok lainnya menuju Iran, dengan membawa kebudayaan Awesta.

Sebelum berpisah di Selat Bosporus, bangsa Arya diketahui sempat hidup bersama.

Hal ini dibuktikan dengan kemiripan sejumlah kata di Kitab Weda dan Kitab Awesta.

Misalnya, di Kitab Weda ada kata Soma, sementara di Kitab Awesta ada kata Houma.

Selain itu, terdapat kata Shindu di Kitab Weda dan kata Hindu pada Kitab Awesti.

Zaman Brahmana

Setelah zaman Weda, muncul kitab suci Brahmana agama Hindu di India.

Kitab yang disebut juga dengan Karma Kanda ini berbentuk prosa, dan merupakan bagian dari Weda yang berisi peraturan dan kewajiban dalam beragama.

Karena itulah, peranan kaum Brahmana (golongan cendekiawan dalam agama Hindu) semakin penting dan masyarakat juga bergantung pada mereka.

Pada zaman Brahmana, kehidupan beragama ditekankan pada pelaksanaan korban suci atau disebut yadnya.

Dalam pelaksanaannya, upacara yadnya selalu dibarengi dengan mengucapkan mantra-mantra Weda oleh pendeta Catur (Sruti).

Pada zaman Brahmana, juga terjadi pembagian tingkatan masyarakat dalam agama Hindu sesuai dengan profesinya.

Masyarakat terbagi dalam empat golongan yang disebut catur warna atau kasta.

Empat golongan tersebut adalah sebagai berikut.

- Golongan Brahmana, terdiri dari orang suci, pemuka agama, dan rohaniwan

- Golongan Ksatria, terdiri dari orang-orang yang duduk di kursi pemerintahan, seperti raja, menteri, bangsawan, dan pejabat lainnya.

- Golongan Wesya atau Waisya, terdiri dari orang-orang yang memiliki keahlian dalam perdagangan.

- Golongan Sudra, terdiri dari orang-orang bawahan, seperti pengemis dan buruh.

Pembagian ini pada dasarnya hanya untuk menjaga kemurnian ras bangsa Arya agar tidak tercampur dengan ras lainnya.

Zaman Upanisad

Zaman Upanisad berlangsung dari tahun 800 SM, di mana perkembangan Hindu bersumber pada ajaran kitab Upanisad.

Upanisad memiliki makna duduk dekat dengan guru untuk mendengar ajaran-ajaran suci kerohanian.

Pada dasarnya, Upanisad mengajarkan bagaimana mengatasi kegelapan dalam jiwa untuk mencapai kesadaran dan kebahagiaan. Adapun ajaran filsafat dalam Hindu dimulai sejak zaman ini.

Ajaran yang menonjol pada zaman ini adalah mengajarkan bahwa segala sesuatu yang beraneka rupa berasal dari satu asal yang disebut brahman.

Pada zaman ini, pemukiman di lembah Sungai Gangga dihuni oleh penduduk yang mayoritas berprofesi sebagai pedagang.

Karena pola pemikiran ekonomi saat itu, penduduk lembah Sungai Gangga tidak menginginkan praktik kehidupan beragama yang berlebihan.

Zaman Budha

Zaman ini berlangsung dari 500 SM hingga 300 SM, ketika Sidharta menafsirkan Weda dari sudut pandang logika.

Sidharta juga mengembangkannya pada sistem yoga (salah satu dari enam ajaran dalam filsafat Hindu) dan samadhi (bagian dari tata cara ritual beragama) sebagai jalan untuk mendekatkan diri dengan Tuhan.

Sidharta merupakan anak dari Raja Sudhodana yang memimpin masyarakat Shakya di selatan Nepal.

Perkembangan Hindu di Indonesia

Perkembangan agama Hindu, juga Buddha, di Indonesia tidak lepas dari adanya perdagangan dan berdirinya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di berbagai wilayah Nusantara.

Awalnya, masyarakat Nusantara menganut kepercayaan animisme dan dinamisme, kemudian belajar agama Hindu-Buddha.

Adanya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha ternyata memberi pengaruh kehidupan masyarakat di berbagai bidang.

Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai merupakan kerajaan hindu tertua di Nusantara, terletak di daerah Kutai, Kalimantan Timur.

Diperkirakan berdiri pada abad ke-5, dan berada di dekat aliran Sungai Mahakam.

Masuknya kebudayaan India terutama agama Hindu menyebabkan Kutai memiliki sistem pemerintahan yang baru.

Semula, kepala pemerintahan adalah kepala suku berubah menjadi raja.

Salah satu bukti keberadaan Kerajaan Kutai, yaitu ditemukannya tujuh prasasti Yupa yang diperkirakan berasal dari sekitar abad ke-5

Yupa adalah tugu batu peringatan dan tempat menambatkan hewan dalam upacara-upacara agama Hindu.

Tulisan pada Yupa dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang berasal dari India.

Dalam prasasti-prasasti yang ditemukan tertera nama Sang Maharaja Kundungga.

Nama tersebut diperkirakan nama asli Indonesia. Raja Kundungga merupakan pertama Kerajaan Kutai.

Tapi penggantinya seperti Aswawarman, Mulawarman menunjukkan nama India dan upacara-upacara yang diadakan merupakan upacara Hindu.

Ini membuktikan bahwa raja-raja Kutai adalah orang Indonesia asli yang memeluk agama Hindu.

Kerajaan Sriwjaya

Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan Buddha terbesar di Sumatera dan diperkirakan berdiri pada abak ke-7.

Bukti berdirinya Kerajaan Sriwijaya dengan ditemukannya prasasti.

Dalam prasasti tersebut menceritakan tentang keberadaan kerajaan Sriwijaya seperti Prasasti Kedukan bukit, Talang Tuo, Karang Berahi, dan Telaga Batu. Selain prasasti dengan berita dari China.

Di mana pendeta I-Tsing pada 671 masehi menyatakan pernah singgah di Sriwijaya dan belajar bahasa Sansekerta.

Kemudian pada pendeta China dianjurkan belajar agama Buddha di Kerajaan Sriwijaya.

Raja-raja Sriwijaya selalu tampil sebagai pelindung agama Buddha dan penganut yang taat.

Hal ini dapat dilihat dari perkembangan agama Buddha yang sampai ke luar negeri.

Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara menjadi kerajaan Hindu tertua di Pulau Jawa.

Kerajaan Tarumanegara yang terletak di Sunda, Jawa Barat diperkirakan berdiri pada abad ke-5.

Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), keberadaan Kerajaan Tarumanegara dapat diketahui dari prasasti yang ditemukan menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta.

Prasasti yang merupakan peninggalan Taruamanegara seperti Prasasti Ciaruteun, Jambu, Kebon Kopi, Pasir Awi, Muara Cianten, Tugu, dan Cidangiang.

Raja Purnawarman merupakan raja terkenal yang memerintah Tarumanegara selama 22 tahun.

Dia dianggap penjelmaan Dewa Wisnu.

Masyarakat Tarumanegara selain bercocok tanam sebagian juga hidup dari perdagangan, antara lain gading gajah, cula badak, dan kulit penyu.

Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah bagian Selatan.

Di mana pusatnya berada di lembah Sungai Progo yang meliputi dataran tinggi Magelang, Muntilan, Sleman, dan Yogyakarta.

Kerajaan Mataram Kuno berdiri sekitar abad ke-8.

Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Raja Sanjaya yang dikenal sebagai raja yang besar, gagah berani dan bijaksana.

Kerajaan Mataram Kuno pernah diperintah oleh dua dinasti, yaitu Dinasti Sanjaya dan Dinasti Sailendra.

Hal itu bisa ditemui dari prasasti Canggal 732 masehi dan prasasti Balitung.

Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri adalah salah satu kerajaan Hindu yang letaknya di tepi Sungai Brantas, Jawa Timur.

Kerajaan Kediri berdiri sekitar abad ke-12 ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno.

Raja Kediri yang terkenal adalah Jayabaya, dan raja terakhirnya Kertajaya.

Pada masa kejayaanya hadir pujangga keraton yang menciptakan kakawin antara lain Mpu Sedah dan Mpu Panuluh dengan gubahannya Bharatayudha, Hariwangsa, Gatotkacaswara.

Kerajaan Singasari

Kerajaan Singasari merupakan kerajaan bercorak Hindi yang berdiri pada 1222 oleh Ken Arok.

Ken Arok mendapat gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. Kan Arok juga merupakan pendiri Dinasti Rajasa atau Girindra.

Sebelum menjadi raja, Ken Arok memangku jabatan Akuwu (semacam bupati) Tumapel setelah menyingkirkan Tunggal Ametung.

Ken Arok hanya memerintahkan lima tahun, pada 1227 Ken Arok dibunuh oleh seorang suruhan Anusapati (anak tiri Ken Arok).

Kerajaan Singosari mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Kertanegara (1268-1292).

Kertanegara memperluas wilayah kekuasanya dengan menaklukan kerajaan-kerajaan di luar Jawa, seperti mengirim ekspedisi Pamalayu ke kerajaan Melayu pada 1275.

Sebagai kerajaan yang luas, Kerajaan Singasari mendapat ancaman dari dalam dan luar.

Dari luar kerajaan Mongol pada masa Kubilai Khan dan dari dalam berasal dari Jayakatwang yaitu seorang keturunan kerajaan Kediri.

Saat Kertanegara dalam penyerbuan ke Melayu, Singasari diserang Kubilai Khan. Akibatnya Singasari dapat ditaklukan dan membuat kekuatan lemah.

Ini dimanfaatkan oleh Jayakatwang dengan membunuh Kertanegara dan para Brahmana yang sedang melakukan upacara. Raden Wijaya (menantu Kertanegara) ber hasil melarikan diri.

Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara.

Kerajaan Majapahit dianggap sebagai kerajaan terbesar sejarah Indonesia.

Kekuasaan Kerajaan Majapahit terbentang dari Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan.

Kerajaan Majapahit berdiri pada 1293.

Di mana pada waktu itu dinobatkan Raden Wijaya sebagai raja Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.

Raden Wijaya menikahi keempat putri Kertanegara yaitu Tribhuwaneswari, Narendraduhita, Prajnaparamita, dan Gayatri.

Raden Wijaya memerintah dengan baik dan bijaksana.

Pada awal pemerintahannya ia memberi imbalan kepada orang atau panglima yang membantunya mendirikan Majapahit.

Pengganti Raden Wijaya adalah Jayanegara (1309-1328).

Pada masa pemerintahannya terjadi banyak pemberontakan, seperti Juru Demang (1313), Gajah Biru (1314), Nambi (1314), Semi (1318) dan Kuti (1319). Saat terjadi pemberontakan Kuti, Jayanegara terdesaK dan mengungsi di Badander.

Di sana diselamatkan oleh pasukan pengawal raja (Bhayangkari) dibawah pimpinan Gajah Mada.

Atas jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi Patih Kahuripan. Tahun 1328 Jayanegara dibunuh oleh Tanca tabib istana dan digantikan oleh Tribhuwanatunggadewi.

Begitulah artikel tentang sejarah perkembangan agama Hindu baik di India maupun Indonesia, semoga bermanfaat.