Keteladanan Apakah Yang Bisa Diambil Dari Keharmonisan Intelektual Antaragama Untuk Kehidupan Kebangsaan Di Indonesia?

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Dalam kasus Daulah Abbasiyah, artikel ini akan mencoba menjelaskan keteladanan apakah yang bisa diambil dari keharmonisan intelektual antar agama untuk kehidupan kebangsaan di Indonesia?

Intisari-Online.com -Daulah Abbasiyah dalam pemerintahannya tak hanya menonjol dalam kesuksesan umat Islam.

Lebih dari itu, ada keharmonisan intelektual antaragama yang terjalin ketika itu.

Artikel ini akan mencoba menjelaskanketeladanan apakah yang bisa diambil dari keharmonisan intelektual antar agama untuk kehidupan kebangsaan di Indonesia?

Seperti disebut di awal, masa keemasan era Daulah Abbasiyah tidak hanya berbicara tentang kesuksesan umat Islam.

Ada peran-peran umat non-Islam yang berkontribusi besar terhadap masa keemasan itu.

Di antaranya adalah peran para penerjemah yang beragama Kristen Nestorian ataupun kaum Sabiin.

Mereka berperan besar dalam penerjemahan buku-buku Yunani, khususnya dari bahasa Yunani ke bahasa Suriah.

Beberapa seniman yang telibat dalam pembangunan kota Baghdad pun beragama Kristen Nestorian, khususnya para pematung dan pelukis istana.

Keterlibatan ini menunjukkan bahwa penguasa Daulah Abbasiyah memberikan kebebasan kepada semua penduduknya untuk menjalankan agama dan kepercayaannya masing-masing.

Para penguasa menjamin kebebasan beragama secara penuh.

Baca Juga: Bagaimanakah Gambaran Keharmonisan Intelektual Antarumat Beragama Di Masa Daulah Abbasiyah?

Kebebasan dalam menjalankan agama di luar Islam di dalam wilayah kekuasaan Daulah Abbasiyah menunjukkan semangat toleransi yang luar biasa.

Sehingga menghasilkan keharmonisan intelektual di dalamnya.

Para ilmuwan di Baitul Hikmahtidak pernah melihat asal muasal agama ilmu pengetahuan yang mereka pelajari dan kembangkan.

Ilmu pengetahuan itu semuanya dipelajari dan dikembangkan seluas-luasnya untuk memberikan manfaat kepada umat manusia tanpa melihat latar belakang agama yang dimilikinya.

Kembali ke pertanyaan di atas, keteladanan apakah yang bisa diambil dari keharmonisan intelektual antar agama untuk kehidupan kebangsaan di Indonesia?

Tentu yang dimaksud di sini adalah keharmonisan intelektual zaman Daulah Abbasiyah.

Keteladanan yang kita, bangsa Indonesia, ambil dari keharmonisan intelektual antaragama adalah bahwa keberagaman agama dan kepercayaan di Indonesia adalah sebuah keniscayaan.

Alih-alih memperlemah, keberagaman itu justru bisa kita kelola dengan baik.

Keharmonisan antar agama dapat menciptakan kerukunan dan perdamaian di tengah-tengah masyarakat yang beragam.

Dalam kehidupan kebangsaan, keharmonisan antar agama dapat memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.

Hal ini dapat dicontohkan dari berbagai kegiatan yang melibatkan berbagai agama dan kepercayaan, seperti kegiatan sosial, keagamaan, dan budaya.

Selain itu, keharmonisan antar agama juga dapat memperkaya budaya dan tradisi Indonesia.

Setiap agama dan kepercayaan memiliki keunikan dan kekhasan yang dapat menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia.

Dengan demikian, keharmonisan intelektual antar agama dapat menjadi contoh bagi masyarakat Indonesia untuk menghargai dan menghormati perbedaan, serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.

Begitulah,keteladanan apakah yang bisa diambil dari keharmonisan intelektual antaragama untuk kehidupan kebangsaan di Indonesia tentu saja salah satunya adalah perbedaan itu niscaya dan jika bisa kita kelola dengan baik akan menjadi amunisi terbaik untuk kemajuan sebuah negara.

Baca Juga: Daulah Abbasiyah Berhasil Mengembangkan Kota Baghdad Sebagai pusat Peradaban Dunia, Bagaimana Cara Mereka Melakukannya?

Artikel Terkait