Find Us On Social Media :

Haul Ke-44 Mohammad Hatta Diperingati Dengan Pameran Keteladanan

By Tjahjo Widyasmoro, Jumat, 15 Maret 2024 | 14:04 WIB

Tiga putri Bung Hatta; Meutia, Gemala, dan Halida menghadiri pembukaan Pameran Haul Ke-44 Mohammad Hatta di Kompleks Makam Bung Hatta, Tanah Kusir, pada Kamis (15/3)

Intisari-Online.Com - Dalam rangka memperingati hari wafat Bung Hatta yang ke-44, Yayasan Hatta berkolaborasi dengan Bung Hatta Anti-Corruption Award, Komikus GumpnHell, Komunitas Heritage & Sketch serta BersamaIndonesia mengadakan Pameran Peringatan Haul Ke-44 Mohammad Hatta: “Keteladanan Bung Hatta”.

Pameran yang berlangsung di Kompleks Makam Bung Hatta di Tanah Kusir Jakarta itu diadakan sejak Jumat 14 Maret 2024 sampai dengan Minggu 17 Maret 2024.

Hadir pada pembukaan pemeran pada Kamis (14/3) tiga putri dari Bung Hatta yaitu Meutia Farida Hatta, Gemala Rabi’ah Hatta, dan Halida Nuriah Hatta.  

Pemeran ini menampilkan beberapa foto dan narasi mengenai pemikiran, kehidupan, dan perjuangan Bung Hatta, sejak masih menjabat sebagai Wakil Presiden RI Pertama, masa pensiun, hingga meninggal dunia pada 14 Maret 1980.

Foto-foto yang banyak diambil langsung dari koleksi keluarga tersebut mencoba untuk menampilkan sosok Muhammad Hatta yang dikenal jujur, disiplin, dan sederhana.

Narasi yang ditampilkan juga banyak mengisahkan tentang kejujuran Bung Hatta saat masih menjadi pejabat pemerintah.

Dari beberapa cuplikan kisah-kisah kecil, pengunjung akan bisa sedikit mengenal prinsip hidup Bung Hatta yang antikorupsi dan selalu memisahkan antara urusan pekerjaan dan pribadi.  

“Tujuannya agar para pemimpin di masa kini bisa mengenal dan meneladani para pemimpin terutama Bung Hatta, dalam menjaga kemerdekaan dan mendorong kemajuan bangsa dan negara,” jelas Meutia Hatta, putri sulung Hatta dalam penjelasan kepada sejumlah undangan.

Sayangnya, foto-foto yang tampil pada pemeran ini baru sebagian kecil dari koleksi foto yang tersedia. Selain karena keterbatasan tempat, pameran ini baru bisa diadakan dalam lingkup terbatas karena situasi dan kondisi belum memungkinkan.

Soal keterbatasan pameran, diakui oleh Erwin Kusuma, sejarawan muda yang sekaligus menjadi inisiator pameran.

“Kesulitan kami adalah menggarap arsip foto yang jumlahnya sangat banyak langsung dari album aslinya. Jika tidak hati-hati maka kami takut justru akan merusak,” jelas Erwin yang sedang mengupayakan untuk bisa menggelar pameran yang lebih lengkap beberapa waktu mendatang.