Find Us On Social Media :

Dampak Historiografi Kolonial bagi Masyarakat Indonesia, Ada Tiga Hal

By Ade S, Sabtu, 9 Maret 2024 | 19:03 WIB

Ilustrasi. Telusuri bagaimana dampak historiografi kolonial bagi masyarakat Indonesia, khususnya dalam membentuk persepsi sejarah dan identitas.

Intisari-Online.com - Sejarah bukan sekadar catatan masa lalu; ia adalah cermin yang merefleksikan identitas sebuah bangsa.

Namun, apa jadinya ketika cermin tersebut ternoda oleh tinta kolonialisme?

Dampak historiografi kolonial bagi masyarakat Indonesia tidak bisa dianggap remeh.

Ia telah membentuk, dan terus membentuk, cara kita memandang diri kita dan sejarah kita.

Narasi yang terdistorsi ini tidak hanya mengaburkan fakta, tetapi juga menanamkan pandangan yang salah tentang perjuangan dan pencapaian bangsa.

Dalam artikel ini, kita akan mengupas tiga dampak utama historiografi kolonial yang masih terasa hingga kini.

Mari kita selami lebih dalam dan memahami bagaimana sejarah yang ditulis oleh penjajah telah mengubah landskap sosial dan budaya kita.

Apa Itu Historiografi Kolonial?

Penulisan sejarah di era kolonial, yang dikenal sebagai historiografi kolonial, merupakan produk dari zaman kolonialisme dan imperialisme yang berlangsung di Indonesia.

Karya-karya ini, seringkali dihasilkan oleh penulis dari negara-negara kolonial seperti Belanda, Inggris, dan Portugis, memiliki tujuan utama untuk memperkuat cengkeraman kolonialisme serta menumpas segala bentuk perlawanan dari penduduk asli, seperti yang dijelaskan dalam jurnal "Historiografi dalam Denyut Bangsa" (2016) oleh Taufik Abdullah.

Baca Juga: Bagaimana Pengertian Historiografi Menurut Soedjatmoko? Ini Jawabannya

Ciri-Ciri Historiografi Kolonial

Menurut buku "Historiografi di Indonesia: Dari Magis Religius hingga Strukturis" (2009) oleh Agus Mulyana dan Darmiati, seperti dilansir dari Kompas.com, beberapa karakteristik utama dari historiografi kolonial adalah:

- Perspektif yang Tersentralisasi pada Belanda dan Eropa

Historiografi kolonial cenderung memusatkan narasi pada peristiwa yang relevan dengan kepentingan kolonial, sering kali dijuluki 'Sejarah dari Geladak Kapal-Kapal Belanda'. Perspektif ini menggambarkan tokoh-tokoh nasional Indonesia seperti Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, dan Sultan Agung sebagai pemberontak yang mengganggu ketertiban sosial.

- Sifat Diskriminatif

Narasi dalam historiografi kolonial sering kali diskriminatif, menggambarkan masyarakat pribumi Nusantara dengan label negatif seperti primitif dan kasar.

- Legitimasi Kekuasaan Kolonial

Historiografi ini juga digunakan sebagai alat legitimasi bagi pemerintah kolonial untuk mempertahankan dominasi mereka di wilayah jajahan.

Dampak Historiografi Kolonial

Melansir Universitas Islam An Nur Lampung, dampak dari historiografi kolonial tidak hanya terbatas pada masa lalu, tetapi juga berlanjut hingga generasi masa kini.

Berikut tiga di antaranya:

Baca Juga: Mengapa Historiografi Dianggap Langkah Paling Berat Dalam Penelitian Sejarah?

- Pengaruh terhadap Persepsi Sejarah

Seringkali menjadi sumber informasi utama, historiografi kolonial mempengaruhi pemahaman dan sikap masyarakat Indonesia terhadap sejarah, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui media massa, pendidikan, dan budaya populer.

- Pemeliharaan Dominasi Kolonial

Narasi sejarah ini berpotensi memperpanjang pengaruh kolonial atas bangsa yang dijajah, menghambat proses dekolonisasi dan pembebasan.

- Pemicu Reaksi dan Kritik

Historiografi kolonial juga memicu bangsa yang dijajah untuk menantang dan merevisi narasi sejarah yang ditetapkan oleh penjajah, seringkali membangkitkan gerakan nasionalis dan anti-kolonialis.

Dengan mengubah struktur kalimat dan menggunakan sinonim, artikel di atas telah diubah menjadi versi yang lebih orisinal dan mudah dibaca, tanpa mengubah nama atau istilah penting.

Ketika kita memahami dampak historiografi kolonial bagi masyarakat Indonesia, kita menjadi lebih bersemangat untuk menulis ulang narasi kita sendiri.

Sejarah adalah hak setiap bangsa, dan tiba saatnya kita merebut kembali cerita yang benar-benar milik kita.

Baca Juga: Dari 3 Jenis Historiografi, Mana yang Lebih Baik? Simak Penjelasannya