Penulis
Intisari-online.com - Alam semesta adalah ciptaan Tuhan yang indah dan berharga. Alam semesta memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, seperti sumber daya, udara, air, tanah, flora, fauna, dan lain-lain.
Lalu, apakah ada keterkaitan Ajaran Kepercayaan terhadap kelestarian alam? Berikan ulasan terkait perbedaan perilaku pro-ekologi seseorang!
Namun, alam semesta juga menghadapi berbagai ancaman akibat ulah manusia, seperti pemanasan global, perubahan iklim, pencemaran, kerusakan ekosistem, kepunahan spesies, dan lain-lain.
Oleh karena itu, manusia memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan alam semesta sebagai wujud penghormatan dan pengabdian kepada Tuhan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku manusia terhadap alam semesta adalah ajaran kepercayaan yang dianutnya.
Ajaran kepercayaan adalah sistem nilai, keyakinan, dan norma yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam semesta.
Ajaran kepercayaan dapat berupa agama, seperti Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan lain-lain, atau kepercayaan tradisional, seperti animisme, dinamisme, totemisme, dan lain-lain.
Ajaran kepercayaan dapat memberikan pandangan, motivasi, dan pedoman bagi manusia dalam menjalani kehidupan, termasuk dalam hal berinteraksi dengan alam semesta.
Secara umum, mayoritas ajaran kepercayaan mengajarkan bahwa manusia harus hidup dalam harmoni dengan alam dan menjaga keseimbangan ekosistem.
Ajaran-ajaran ini mendorong manusia untuk memperlakukan alam dengan penuh rasa hormat dan tanggung jawab, serta menolak perilaku-perilaku yang merusak lingkungan.
Ajaran-ajaran ini juga mengakui bahwa alam semesta adalah bukti kebesaran dan kebaikan Tuhan, sehingga manusia harus bersyukur dan beribadah kepada-Nya dengan cara menjaga ciptaan-Nya.
Baca Juga: Gagasan Solutif dalam Menjaga Keberagaman di Lingkungan Sekitar
Namun, dalam praktiknya, tidak semua manusia yang beragama atau berkepercayaan memiliki perilaku yang pro-lingkungan.
Perilaku pro-lingkungan adalah berbagai macam bentuk tindakan manusia yang bertujuan untuk meminimalkan dampak negatif pada lingkungan.
Perilaku pro-lingkungan dapat mencakup aspek-aspek seperti konservasi energi, mobilitas dan transportasi, menghindari limbah, daur ulang, konsumerisme, dan lain-lain.
Perilaku pro-lingkungan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengetahuan, sikap, nilai, norma, motivasi, emosi, kepribadian, situasi, dan lain-lain.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku pro-lingkungan adalah subjective well-being (SWB) atau kesejahteraan subjektif.
SWB adalah evaluasi kognitif dan afektif seseorang terhadap kehidupannya, yang mencakup kebahagiaan, kepuasan, dan perasaan positif.
Berbagai studi sebelumnya mengungkap bahwa ketika individu dapat menunjukkan perilaku yang berkontribusi terhadap pelestarian alam, dapat dikatakan bahwa individu tersebut memiliki SWB yang tinggi karena perilaku ekologi dikategorikan sebagai perilaku positif yang berkontribusi pada munculnya perasaan positif, seperti kebahagiaan dan kepuasan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada keterkaitan antara ajaran kepercayaan dan kelestarian alam, namun keterkaitan tersebut tidak selalu berjalan searah.
Ajaran kepercayaan dapat memberikan dasar bagi manusia untuk memiliki perilaku pro-lingkungan, namun perilaku pro-lingkungan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti SWB.
Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan motivasi manusia untuk menjaga dan melestarikan alam semesta, serta untuk menciptakan kondisi-kondisi yang mendukung perilaku pro-lingkungan, baik dari segi individu, sosial, maupun struktural.
Apakah ada keterkaitan Ajaran Kepercayaan terhadap kelestarian alam? Berikan ulasan terkait perbedaan perilaku pro-ekologi seseorang!
Baca Juga: Penjelasan Larangan dan Tabu Adalah Bagian Dari Kewajiban Sebagai Perintah Tuhan Dalam Kepercayaan