Pada tahun 1526, Fatahillah menyerang Banten, pelabuhan penting Kerajaan Sunda yang beragama Hindu, dan berhasil menguasainya.
Kemudian melanjutkan serangannya ke Sunda Kelapa, pelabuhan utama Kerajaan Sunda yang telah menjalin hubungan dagang dengan Portugis.
Pada tanggal 22 Juni 1527, Fatahillah berhasil mengalahkan pasukan Portugis yang berjumlah 500 orang di Sunda Kelapa.
Ia juga menghancurkan benteng yang dibangun oleh Portugis dan membunuh semua laskar Portugis yang ada di kapal Duarte Coelho, yang terdampar di pantai.
Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta, yang berarti kota kemenangan. Ia juga membangun masjid dan istana di kota baru tersebut.
Ia menjadi penguasa Jayakarta dengan gelar Pangeran Jayakarta I.
Peninggalan dan Warisan
Fatahillah meninggal pada tahun 1570 dan dimakamkan di Astana Gede, Cirebon.
Ia dianggap sebagai salah satu tokoh penyebar Islam dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia juga dihormati sebagai pendiri Jakarta, ibu kota Indonesia.
Fatahillah memiliki banyak peninggalan dan warisan yang masih bisa dilihat hingga saat ini. Beberapa di antaranya adalah:
- Museum Fatahillah, yang berlokasi di bekas balai kota Batavia, yang dibangun di atas bekas istana Fatahillah.
- Tugu Fatahillah, yang berdiri di depan Museum Fatahillah, yang menampilkan patung Fatahillah dengan pedang dan tameng.
- Masjid Luar Batang, yang merupakan salah satu masjid tertua di Jakarta, yang didirikan oleh Fatahillah pada tahun 1527.
- Makam Fatahillah, yang terletak di Astana Gede, Cirebon, yang menjadi tempat ziarah bagi banyak orang.
- Nama Fatahillah, yang menjadi nama jalan, gedung, hotel, dan lain-lain di Jakarta dan sekitarnya.
Fatahillah adalah sosok yang berjasa besar bagi sejarah dan perkembangan Jakarta. Ia adalah sang penakluk Portugis dan pendiri Jayakarta, yang menjadi cikal bakal Jakarta.