Find Us On Social Media :

Kisah Yogyakarta, Ibu Kota Indonesia yang Terlahir dari Keadaan Gawat

By Afif Khoirul M, Selasa, 2 Januari 2024 | 19:00 WIB

Ilustrasi - Pemindahan Ibu Kota Indonesia ke Yogyakarta (dalam foto: Kaisar Jepang Akihito diterima Sultan Hamengku Buwono X di Keraton Yogyakarta 1991)

Bahkan, beberapa pejabat dan menteri tidak mengetahui rencana-rencana pemerintah karena komunikasi yang terputus.

Kedua, pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Yogyakarta juga merupakan bentuk protes dingin pemerintah Republik Indonesia kepada Sekutu.

Pemerintah Republik Indonesia merasa kecewa dengan sikap Sekutu yang tidak menghormati kemerdekaan Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia juga merasa tidak aman berada di bawah pengawasan Sekutu.

Oleh karena itu, pemerintah Republik Indonesia memutuskan untuk meninggalkan Jakarta dan mencari tempat yang lebih aman dan lebih mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Ketiga, pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Yogyakarta juga didasari oleh pertimbangan strategis. Yogyakarta dipilih sebagai ibu kota negara karena memiliki beberapa keunggulan.

Pertama, Yogyakarta merupakan salah satu wilayah yang secara de facto dan de yure menjadi bagian dari Republik Indonesia.

Hal ini berkat kesediaan Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Pakualam VIII untuk bergabung dengan Republik Indonesia.

Kedua, Yogyakarta memiliki posisi geografis yang strategis. Yogyakarta berada di tengah Pulau Jawa, yang merupakan pusat pergerakan dan perjuangan rakyat Indonesia.

Yogyakarta juga memiliki akses yang mudah ke berbagai daerah di Jawa dan luar Jawa. Ketiga, Yogyakarta memiliki sumber daya manusia yang berkualitas.

Yogyakarta merupakan kota pendidikan dan budaya yang memiliki banyak tokoh-tokoh intelektual, seniman, dan pejuang.

Yogyakarta juga memiliki tentara yang tangguh, yaitu Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dipimpin oleh Jenderal Soedirman.