Find Us On Social Media :

Kisah Yogyakarta, Ibu Kota Indonesia yang Terlahir dari Keadaan Gawat

By Afif Khoirul M, Selasa, 2 Januari 2024 | 19:00 WIB

Ilustrasi - Pemindahan Ibu Kota Indonesia ke Yogyakarta (dalam foto: Kaisar Jepang Akihito diterima Sultan Hamengku Buwono X di Keraton Yogyakarta 1991)

Intisari-online.com - Pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Yogyakarta tidak terjadi secara tiba-tiba. Ada beberapa alasan yang mendasari keputusan ini.

Pertama, situasi keamanan di Jakarta semakin memburuk akibat serangan-serangan yang dilancarkan oleh tentara NICA Belanda.

Tentara NICA Belanda adalah tentara yang dibentuk oleh Belanda untuk menggantikan tentara Jepang yang telah menyerah kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945.

Tentara NICA Belanda tidak mengakui kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan oleh Soekarno dan Hatta pada 17 Agustus 1945.

Mereka berusaha untuk mengembalikan kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia.

Tentara NICA Belanda mulai mendarat di Tanjung Priok Jakarta pada 16 September 1945, bersama dengan tentara Sekutu yang dipimpin oleh Inggris.

Tentara Sekutu sebenarnya bertugas untuk melucuti dan memulangkan tentara Jepang serta membebaskan para tawanan perang.

Namun, tentara Sekutu juga tidak bersikap netral terhadap pemerintah Republik Indonesia.

Mereka sering kali berkonflik dengan rakyat Indonesia yang berjuang mempertahankan kemerdekaan. Mereka juga tidak mampu mengendalikan aksi-aksi tentara NICA Belanda yang semakin brutal.

Akibatnya, Jakarta menjadi kota yang penuh dengan kekacauan dan ketidakpastian. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta sering kali mendapat ancaman dan teror dari pihak-pihak yang tidak menginginkan kemerdekaan Indonesia.

Beberapa kementerian dan lembaga pemerintahan juga mengalami gangguan dan kesulitan dalam menjalankan tugasnya.

Baca Juga: Serangan Umum 1 Maret 1949, Kisah Heroik TNI Membalas Agresi Belanda di Yogyakarta