Alasan Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Disiarkan Oleh Radio Di Surabaya Menggunakan Bahasa Madura

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia sempat disiarkan oleh radio di Surabaya dengan menggunakan bahasa Madura. Alasan mereka melakukan hal ini adalah agar siaran itu tidak dimengerti oleh pihak Jepang tapi bisa ditangkap oleh penduduk Jawa Timur di Maduran dan di kawasan Tapal Kuda.

Intisari-Online.com -Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia sempat disiarkan oleh radio di Surabaya dengan menggunakan bahasa Madura.

Alasan mereka melakukan hal ini adalah agar siaran itu tidak dimengerti oleh pihak Jepang tapi bisa ditangkap oleh penduduk Jawa Timur di Maduran dan di kawasan Tapal Kuda.

Bagaimana ceritanya?

Mengutip Kompas.id, dari Jakarta, berita proklamasi disebarkan ke seluruh wilayah di Indonesia lewat telegram dan radio.

Siaran proklamasi bahkan sampai ke luar negeri.

Penyebaran berita proklamasi di Jawa Timur, khususnya Surabaya, dilakukan melalui radio dan surat kabar.

Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia dari pemancar radio kantor berita Domei di Jakarta dapat ditangkap oleh kantor berita Domei Surabaya dalam bentuk morse oleh petugas bernama Yacob.

Berita tersebut lantas diserahkan kepada bagian redaksi, yakni R. Bintarti dan Bung Tomo.

Seperti di Bandung, berita tersebut juga tempelkan di muka kantor Domei Surabaya sehingga menyebar.

Selain itu, berita tersebut diteruskan kepada redaksi Suara Asia yang terletak bersebelahan dengan kantor berita Domei Surabaya.

Berita tersebut dimuat dalam terbitan tanggal 17 Agustus 1945 sore.

Namun, Suara Asia baru memuat teks proklamasi beserta keputusan PPKI pada 20 Agustus 1945.

Berita proklamasi juga dicetak dalam bentuk selebaran dan ditempel di depan kantor.

Selain itu, pada tanggal 18 Agustus pukul 19.00 Radio Surabaya menyiarkan teks proklamasi dengan bahasa Madura.

Alasannya, siaran itu tidak dimengerti oleh pihak Jepang, tetapi dapat ditangkap oleh sebagian penduduk Jawa Timur di Madura dan di kawasan tapal kuda.

Penyiaran teks proklamasi kemerdekaan baru dapat dilakukan dalam bahasa Indonesia pada 19 Agustus 1945 saat pihak Jepang yang bertugas mengawasi lengah.

Kelengahan itu dimanfaatkan oleh Syahrudin yang berhasil menyelundupkan bunyi teks Proklamasi ke Soerabaja Hosokyoku meskipun kantor itu telah diblokir Jepang.

Berita itu diulang setiap setengah jam, sampai pukul 16.00 saat siaran berita berhenti.

Sejalan dengan itu, Radio Surabaja berusaha memanfaatkan pemancarnya untuk memobilisasikan rakyat guna mendukung proklamasi dengan memanfaatkan mata acara Pancaran Asia yang telah dikumandangkan sejak zaman Jepang.

Usaha yang sama juga dilakukan melalui kolom Pro Patria yang selalu dimuat dalam harian Asia Raja.

Selain itu, rakyat Surabaya dapat mengikuti berita proklamasi dari surat kabar Suara Asia.

Berita proklamasi RI telah sampai di Malang melalui siaran Hosokyoku, tetapi kemudian menimbulkan tanda tanya dengan adanya siaran susulan yang menyatakan bahwa berita proklamasi menurut Jepang tidak benar.

Setelah berita itu dicek, baik lewat telepon hingga kepada penumpang kereta api yang berangkat dari Gubeng dan Pasar Turi, keragu-raguan itu hilang.

Terlebih, setelah diadakan rapat di Surabaya pada 19 Agustus 1945.

Sementara di Madiun, berita proklamasi diterima dari berbagai media, seperti radio, pemberitaan para pemimpin Surabaya kepada rekannya di Madiun, serta informasi dari penumpang kereta api yang tiba dari Jakarta tanggal 18 dan 19 Agustus.

Begitulah, beritaproklamasi kemerdekaan Indonesia sempat disiarkan oleh radio di Surabaya dengan menggunakan bahasa Madura.

Alasan mereka melakukan hal ini adalah agar siaran itu tidak dimengerti oleh pihak Jepang tapi bisa ditangkap oleh penduduk Jawa Timur di Maduran dan di kawasan Tapal Kuda.

Artikel Terkait