Find Us On Social Media :

Menguak Rempah Labu, Jejak Sejarah 3.500 Tahun yang Ditemukan di Pulau Ay

By Afif Khoirul M, Kamis, 14 Desember 2023 | 11:20 WIB

Ilustrasi - Rempah labu.

Intisari-online.com - Rempah labu, yang terdiri dari campuran kayu manis, pala, cengkeh, jahe, dan kapulaga, mungkin lebih dikenal sebagai bumbu khas musim gugur di Amerika Serikat dan Eropa.

Namun, tahukah Anda bahwa rempah labu memiliki sejarah yang panjang dan berhubungan dengan Nusantara?

Sebuah penelitian arkeologi yang dipublikasikan pada tahun 2022 menemukan bahwa rempah labu telah ada di Indonesia sejak 3500 tahun yang lalu.

Penelitian ini dilakukan oleh tim dari Universitas California, Berkeley, yang menggali situs di Pulau Ay, Maluku.

Mereka menemukan pecahan tembikar yang mengandung sisa-sisa rempah labu.

Pulau Ay merupakan salah satu titik jalur rempah Nusantara, yang merupakan jaringan perdagangan maritim yang menghubungkan Asia Tenggara dengan India, Timur Tengah, Eropa, dan Afrika.

Jalur ini mencapai puncaknya pada abad ke-15 hingga ke-17, di mana bangsa-bangsa Eropa berlomba untuk menguasainya.

Rempah-rempah Maluku seperti cengkeh dan pala merupakan komoditas yang sangat diminati di pasar dunia, karena digunakan sebagai bumbu masak, obat, pewangi, dan pengawet makanan.

Rempah-rempah ini juga memiliki nilai simbolis dan budaya yang tinggi, karena dianggap sebagai hadiah, upeti, atau tanda kemewahan.

Namun, rempah labu tidak termasuk dalam kategori rempah-rempah yang diekspor secara besar-besaran.

Menurut peneliti, rempah labu mungkin digunakan oleh penduduk lokal untuk keperluan ritual, kesehatan, atau kuliner.

Baca Juga: Kerajaan Ternate, Kerajaan Penghasil Rempah-Rempah yang Berpengaruh di Nusantara Timur

Rempah labu juga mungkin merupakan hasil dari interaksi budaya antara penduduk Pulau Ay dengan pedagang dari berbagai daerah.

Penemuan rempah labu di Pulau Ay menunjukkan bahwa Nusantara memiliki warisan budaya dan perdagangan yang kaya dan beragam.

Rempah labu juga menjadi bukti bahwa Nusantara telah berkontribusi dalam menciptakan rasa dan aroma yang kini disukai oleh banyak orang di seluruh dunia.

Rempah labu tidak hanya ditemukan di Pulau Ay, tetapi juga di beberapa pulau lain di Maluku, seperti Pulau Banda dan Pulau Seram.

Hal ini menunjukkan bahwa rempah labu telah tersebar luas di kawasan ini sejak zaman prasejarah.

Rempah labu memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk kesehatan, seperti vitamin A, vitamin C, kalium, kalsium, zat besi, dan antioksidan.

Rempah labu juga dapat membantu mencegah dan mengobati beberapa penyakit, seperti diabetes, kanker, infeksi, dan radang.

Di Indonesia, rempah labu biasanya digunakan sebagai bahan tambahan dalam masakan, seperti sup, kari, soto, rendang, dan opor.

Rempah labu juga dapat diolah menjadi minuman, seperti teh, kopi, susu, dan sirup.

Selain itu, rempah labu juga dapat dijadikan bahan kue, seperti pai, bolu, donat, dan kue kering.

Rempah labu merupakan salah satu warisan kuliner Indonesia yang memiliki nilai sejarah, budaya, dan kesehatan yang tinggi.

Rempah labu juga merupakan salah satu contoh keragaman dan kekayaan alam Indonesia yang patut dibanggakan dan dilestarikan.