Find Us On Social Media :

Inilah Pengaruh Kebudayaan Bacson-Hoabinh Terhadap Nusantara

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 2 Desember 2023 | 17:17 WIB

Dampak kebudayaan Bacson-Hoabinh terhadap Nusantara cukup besar, terutama dalam hal pembuatan peralatan dari batu.

Intisari-Online.com - Ada sejumlah kebudayaan atau tradisi yang memengaruhi kehidupan manusia purba di Nusantara atau Indonesia.

Salah satunya adalah Kebudayaan Bascon-Hoabinh.

Artikel ini akan membahas pengaruh kebudayaan Bascon-Haobinh terhadap Nusantara.

Mengutip Kompas.com, kebudayaan Bacson-Hoabinh merupakan kebudayaan yang berpusat di Indochina dan punya pengaruh besar terhadap kehidupan manusia purba di Indonesia.

Sejatinya, Bacson-Hoabinh merujuk pada sebuah tempat yang digunakan untuk membuat kapak dan alat-alat yang terbuat dari batu.

Pada Zaman Batu di Asia Tenggara dan Indhocina, kebudayaan Bacson-Hoabinh dianggap sebagai salah satu pusatnya.

Hal-hal yang mendukung kebudayaan ini adalah manusia dari ras Melanesoid.

Istilah Bacson-Hoabinh digunakan pertama kami pada 1920-an oleh Madeleine Colani.

Dia adalah ahli praaksara dari Perancis.

Seperti disebut di awal, nama Bacson-Hoabinh diambil dari tempat asal kebudayaan tersebut yang berada di daerah pegunungan di Vietnam yang bernama Bacson dan Hoabinh.

Kebudayaan ini muncul di lembah Sungai Mekong yang berada di Vietnam pada 10.000 hingga 4.000 tahun yang lalu.

Di situ ditemukan sejumlah alat seperti kapak jenis pebble dan alat-alat dari batu yang khas, di mana satu atau dua sisi permukaannya dipangkas sesuai keinginan.

Pebble tersebut dibuat dari batu kali yang besarnya kira-kira satu genggam.

Seolah tak mau berdiam diri di lembang Sungai Mekong, mereka lalu bermigrasi ke selatan hingga sampai di Nusantara sekitar 2000 SM.

Jejak-jejak kebudayaan Bacson-Hoabinh bisa ditemukan di sepanjang Siam, Malaka, hingga Sumatera Timur.

Manusia Bacson-Hoabinh datang ke Indonesia lewat dua rute.

Pertama lewat jalur barat, kedua lewat timur.

Jalur barat meliputi Vietnam ke Thailand, lalu ke Semenanjung Melayu hingga sampai di Indonesia bagian barat, tepatnya di Sumatera dan Kalimantan.

Sementara jalur timur lewat Vietnam ke Taiwan, lalu masuk Filipina hingga masuk ke Indonesia bagian timur, tepatnya di Sulawesi dan Papua.

Dua rute tersebut memiliki hasil kebudayaannya sendiri yang sedikit berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Di rute barat yang dihasilkan adalah kapak Sumatera, kapak pendek, dan juga alat-alat yang terbuat dari sisa-sisa tulang.

Sementara di jalur timur adalah flakes atau alat-alat kecil yang terbuat dari batu kalsedon serta alat serpih lainnya.

Sebagai kebudayaan yang muncul pada zaman batu, Kebudayaan Bacson-Hoabinh memiliki ciri khasnya sendiri.

Ciri-ciri kebudayaan Bacson-Hoabinh:

- Batu sebagai alat dasar peralatan

- Batu yang sudah dioleh halus dan tajam

- Tulang sebagai bahan dasar peralatan

- Menetap di gua

Ciri utama dari kebudayaan Bacson-Hoabinh berupa alat keseharian yang terbuat dari bebatuan.

Pada umumnya batu yang digunakan adalah batu sungai yang dihaluskan dan ditajamkan dengan batu lain atau alat serpih khusus.

Alat-alat yang dihasilkan sebagian besar dibentuk dari batu kali yang bulat.

Salah satu yang merupakan ciri khas dari hasil kebudayaan ini adalah batu-batu giling, dengan pengerjaan pada satu sisi saja. Hasil pengerjaan dengan cara seperti ini disebut dengan Sumatralith.

Penamaan ini karena alat ini untuk pertama kalinya ditemukan dalam jumlah besar di Sumatera.

Di Indonesia, selain di Sumatera, kebudayaan ini juga ditemukan di Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua.

Manusia pendukung kebudayaan ini sudah menetap di gua-gua yang ada di alam, meskipun tidak permanen.

Contohnya adalah gua-gua karang yang dikenal dengan abris sous roche, yang di dalamnya ditemukan banyak tulang serta bekas kebudayaan Mesolitikum.

Kebudayaan ini menyebabkan banyak tumpukan sampah dapur berupa kulit kerang atau yang disebut kjokkenmoddinger.

Kebudayaan Bacson-Hoabinh memiliki peninggalan yang bisa kita lihat hingga sekarang.

Adapun beberapa peninggalannya adalah flakes, yakni serpihan untuk mememotong yang terbuat dari batu atau tulang yang ditajamkan.

Ada pula kjokkenmoddinger atau tumpukan sisa sampah dapur berupa kulit kerang yang ditemukan mengendap.

Kapak Genggam juga menjadi peninggalan dari Kebudayaan Bacson-Hoabinh yang digunakan pada zaman batu selain kapak perimbas.

Kapak ini memiliki pegangan pada badan kapaknya dan bentuknya berbeda dengan kapak yang digunakan manusia modern.

Bagi Indonesia sendiri, kebudayaan Bacson-Hoabinh punya pengaruh yang tidak kecil.

Terutama pada pembuatan peralatan manusia dari batu.

Batu yang digunakan adalah batu dari sungai yang diserpihkan pada sisi-sisi batu dengan bentuk yang beragam.

Di Indonesia, Kebudayaan Bacson-Hoabinh banyak ditemukan di bukit-bukit kerang (kjokkenmoddinger) di Sumatera.

Sementara di Pulau Jawa, alat-alat kebudayaan batu yang sejenis dengan Kebudayaan Bacson-Hoabinh ditemukan di daerah lembah Sungai Bengawan Solo.

Dari hasil penelitian, kebudayaan Mesolitikum di Indonesia berasal dari daerah Bacson-Hoabinh, hanya saja tidak ditemukan flakes.

Selain di Sumatera dan Jawa, Kebudayaan Bacson-Hoabinh juga ditemukan di Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua.

Itulah pengaruh kebudayaan Bacson-Hoabinh terhadap Nusantara dan Indonesia.