Kondisi Sosial, Politik, dan Budaya Kerajaan Aceh, Terlengkap!

Ade S

Penulis

Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh dibangun pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda Kerajaan Aceh. Simak ulasan lengkap tentang kondisi sosial, politik, dan budaya Kerajaan Aceh yang pernah berjaya di masa lalu.

Intisari-Online.com -Apakah Anda pernah mendengar tentang Kerajaan Aceh? Kerajaan ini merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar dan terkuat di nusantara.

Kerajaan Aceh memiliki kondisi sosial, politik, dan budaya yang menarik untuk diketahui.

Dalam artikel ini, Anda akan menemukan informasi seputar sistem pemerintahan, konflik antar golongan, perkembangan keagamaan, dan peninggalan kebudayaan Kerajaan Aceh.

Jadi, jangan lewatkan artikel ini jika Anda ingin menambah wawasan Anda tentang sejarah Indonesia.

Sejarah Singkat Kerajaan Aceh

Aceh awalnya merupakan daerah bawahan Kerajaan Pedir.

Ketika Malaka dikuasai oleh Portugis, pedagang yang biasanya berlabuh ke Malaka beralih ke pelabuhan di Aceh.

Kemudian Aceh berkembang pesat dan melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Pedir untuk menjadi kerajaan merdeka pada awal abad ke-16.

Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528) adalah sultan pertama sekaligus pendiri Kerajaan Aceh.

Banda Aceh menjadi ibu kota Kerajaan Aceh yang merupakan pusat kegiatan politik, ilmu pengetahuan, dan bandar transit di Asia Tenggara.

Baca Juga: Inilah Faktor-faktor Kemunduran Kerajaan Aceh, Ada Peran Rusia?

Kondisi Sosial

Kemakmuran yang meningkat telah menyebabkan berkembangnya sistem feodalisme dan ajaran agama Islam di Aceh.

Golongan Teuku adalah kaum bangsawan yang memegang kekuasaan dalam pemerintahan sipil, sedangkan golongan Teungku adalah kaum ulama yang memegang peranan penting dalam agama.

Namun antara kedua golongan masyarakat itu sering terjadi persaingan yang kemudian melemahkan Aceh.

Sejak berkuasanya kerajaan Perlak (abad ke-12 M sampai dengan ke-13 M) telah terjadi permusuhan antara aliran Syiah dgn Sunnah Wal Jamma’ah.

Tetapi pada masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda aliran Syiah memperoleh perlindungan dan berkembang sampai di daerah – daerah kekuasaan Aceh.

Aliran ini di ajarkan oleh Hamzah Fasnsuri yang diteruskan oleh muridnya yg bernama Syamsudin Pasai.

Sesudah Sultan Iskandar Muda wafat, aliran Sunnah wal Jama’ah mengembangkan islam beraliran Sunnah wal Jama’ah, ia juga menulis buku sejarah Aceh yang berjudul Bustanussalatin (taman raja – raja dan berisi adat – istiadat Aceh beserta ajarn agama Islam).

KondisiPolitik

Corak pemerintahan Aceh dibagi atas pemerintahan sipil dan pemerintahan atas dasar agama.

Penjelasannya adalah sebagai berikut:

Baca Juga: Penjelasan Faktor-faktor yang Mengakibatkan Runtuhnya Kerajaan Aceh

* Pemerintahan sipil

Pemerintahan sipil dijalankan oleh kaum bangsawan.

Seorang uleebalang (hulubalang) menjadi pemimpin setiap kampung (gampong).

Beberapa gampong digabung menjadi sagi yang dipimpin panglima sagi.

Ia memiliki kekuasaan atas daerahnya dan berhak memilih sultan.

Kaum bangsawan yang memegang kekuasaan sipil disebut teuku.

* Pemerintahan atas dasar agama

Pemerintahan atas dasar agama dilaksanakan dengan menyatukan beberapa gampong dengan sebuah masjid yang disebut mukim.

Kepala tiap-tiap mukim disebut imam.

Kaum ulama yang berkuasa dalam bidang keagamaan disebut teungku.

Kondisi Budaya

Kejayaan yang dialami oleh kerajaan Acehtersebut tidak banyak diketahui dalam bidang kebudayaan.

Walaupun ada perkembangan dalam bidang kebudayaan, tetapitidaksepesat perkembangan dalam ativitas perekonomian.

Peninggalan kebudayaan yang terlihat nyata adalah Masjid Baiturrahman.

Demikianlah artikel tentang kondisi sosial, politik, dan budaya Kerajaan Aceh. Semoga artikel ini bermanfaat dan memberikan Anda gambaran tentang kejayaan dan keunikan Kerajaan Aceh di masa lalu.

Baca Juga: Tak Hanya 1, Ini 6 Peninggalan Kerajaan Aceh Yang Masih Ada Hingga Sekarang

Artikel Terkait