Kerajaan Aceh mencapai pucak kejayaannya di masa Sultan Iskandar Muda. Ada beberapa peninggalan Kerajaan Aceh yang masih ada hingga sekarang.
Intisari-Online.com -Ada sejumlah peninggalan Kerajaan Aceh yang masih berwujud hingga sekarang.
Yang paling terkenal tentu saja adalah Masjid Raja Baiturrahman yang ada di Banda Aceh.
Tapi itu ternyata bukan satu-satunya peninggalan kerajaan yang berdiri pada abad ke-15 ini.
Sebagai informasi,Kerajaan Aceh merupakan Kerajaan Islam di Sumatera yang didirikan oleh Ali Mughayatsyah.
Kerajaan ini berhasil menyatukan kerajan-kerajaan kecil yang ada di sekitarnya, hingga lahirlah Kesultanan Aceh.
Kesultanan Aceh mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda pada (1607-1636 M).
Pada masa ini, pengaruh agama dan kebudayaan Islam sangat besar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh.
Hingga daerah ini mendapat julukan Seuramo Mekkah (Serambi Mekkah).
Alasan utama keruntuhan Kerajaan Aceh karena adanya perebutan kekuasaan di antara pewaris tahta.
Pada masa pemerintahan raja terakhir Kerajaan Aceh, Belanda semakin melancarkan perang terhadap Aceh.
Akhirnya setelah perang selama 40 tahun, Kerajaan Aceh tahluk ditangan Belanda.
1. Masjid Raya Baiturrahman
Masjid Baiturrahman merupakan simbol agama, budaya, dan perjuangan rakyat Aceh.
Masjid Baiturrahman didirikan pada masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda pada tahun 1612.
Namun, sumber lain menyebutkan masjid dibangun lebih awal, pada tahun 1291, oleh Sultan Alaudin Mahmudsyah.
Pada masa penjajahan Belanda, masjid pernah dibakar saat Agresi Militer yang dipimpin Jenderal Van Swieten pada tahun 1873.
Catatan sejarah lain, Masjid Baiturrahman pernah menjadi saksi dasyatnya bencana tsunami pada 26 Desember 2004.
Meskipun diterjang gelombang, masjid masih berdiri kokoh.
Sejak dulu, Masjid Baiturrahman tidak hanya untuk tempat ibadah saja, tetapi masjid juga sebagai pusat pendidikan dengan peradaban ilmu agama Islam.
Beberapa kali, Masjid Baiturrahman mengalami renovasi dan perluasan.
Saat ini, luas Masjid Baiturrahman 31.000 meter persegi dengan luas bangunan 4.000 meter persegi.
Masjid diperkirakan dapat menampung sebanyak 13.000 jamaah. Masjid Baiturrahman menjadi salah satu wisata religi yang menarik wisatawan dalam dan luar negeri.
2. Taman Sari Gunongan
Taman Sari Gunongan didirikan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M).
Taman Sari Gunongan disebut juga Taman Ghairah yang di tengahnya mengalir Sungai Daroy (Darul Asyiqi).
Taman Sari Gunongan digunakan sebagai tempat bersenang-senang permaisuri Sultan Iskandar Muda, Putri Pahang.
Dia merupakan anak Sultan Johor dari Malaysia.
Dalam kitab karangan Syeikh Nuruddin Ar-Raniri yang berjudul Bustanussalatin dijelaskan bahwa Taman Sari Gunongan dialiri Sungai Darul Asyiki.
Taman penuh dengan bunga-bunga dan bangunan yang terbuat dari batu pualam warna-warni.
Pada tiang bangunan dibalut logam tembaga yang terukir indah.
Bangunan dirancang oleh ahli-ahli dari Cina dan Turki yang terkenal dengan keahlian ukirannya.
Taman Sari Gunongan terletak di Gampong Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman.
Lokasi ini berjarak sekitar empat menit dari Masjid Baiturrahman.
Saat ini, Taman Sari Gunongan dapat dikunjungi masyarakat setiap hari.
3. Benteng Indra Patra
Benteng Indra Patra didirikan pada masa pra Islam oleh Kerajaan Hindu pertama di Aceh, yakni Kerajaan Lamuri.
Lokasi benteng terletak di bibir pantai menghadap ke Selat Malaka.
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, benteng digunakan sebagai basis pertahanan yang dipimpin oleh Laksamana Malahayati.
Saat itu, pasukan Kesultanan Aceh menggunakan benteng ini untuk menahan gempuran Portugis yang ingin menguasai Aceh.
Menurut catatan, bangunan dengan arsitektur kuno ini terdiri dari susunan batu gunung, kapur, tanah liat, kulit kerang, dan telur.
Sampai saat ini, Benteng Indra Patra masih berdiri kokoh. Selain menyimpan sejarah, benteng terletak di tepi lautan yang indah.
4. Meriam Kesultanan Aceh
Ada tiga meriam peninggalan Kerajaan Aceh di masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda.
Lokasi peninggalan bersejarah ini berada di Gampong Drien Rampak, Kecamatan Arongan Lambek, Aceh Barat.
Meriam dibuat untuk mempertahankan wilayah dari serangan penjajah.
5. Makam Sultan Iskandar Muda
Makam Sultan Iskandar Muda terletak di dekat Krueng Daroy, bersebelahan dengan Meuligoe Aceh (kediaman resmi Gubernur Aceh), serta berdampingan dengan Museum Aceh.
Pada saat Perang Aceh, jejak makam Sultan Iskandar Muda pernah dihilangkan oleh Belanda.
Pada tanggal 19 Desember 1952, lokasi jejak makam ditemukan kembali berkat petunjuk yang diberikan permaisuri salah satu Sultan Aceh bernama Pocut Meurah.
Sultan Iskandar Muda memerintahkan Kerajaan Aceh pada tahun 1607-1636 dan membawa Kerajaan Aceh pada puncak kejayaan.
Pada masa pemerintahannya di abad ke 17, Kerajaan Aceh berada di peringkat lima besar kerajaan Islam dunia.
Saat itu, Banda Aceh telah menjadi pusat perniagaan yang disinggahi kapal-kapal asing untuk mengangkut hasil bumi dari kawasan Asia ke Eropa.
Sultan Iskandar Muda terkenal sebagai raja yang adil.
Hal ini terbukti dengan keberaniannya menghukum putranya, Meurah Pupok, yang dipacung di depan umum karena melakukan kesalahan berat.
6 Uang Emas Kerajaan Aceh
Pada masa perkembangannya, Kerajaan Aceh menggunakan dirham emas sebagai alat pembayaran.
Sejumlah 300 keping dirham emas dari masa Kesultanan Aceh Darussalam pernah ditemukan di Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh.
Itulah sejumlah peninggalan Kerajaan Aceh yang masih kita lihat jejaknya hingga sekarang.