Masran biasa keliling ke desa-desa untuk menari bersama dengan pemain musik yang memainkan kendang dan terbang.
Masran dan timnya ini akan mendapatkan imbalan berupa beras dari masyarakat setelah pementasan.
Namun, beras dan hasil bumi itu tidak untuk dimakan Masran sendiri, melainkan untuk diberikan kepada masyarakat lain yang kesulitan.
Dalam perkembangannya, Gandrung kini dikenal dengan tarian yang dibawakan oleh penari perempuan.
Konon awal mula perubahan penari dari laki-laki ke perempuan ini berkaitan dengan kisah seorang gadis kecil bernama Semi.
Semi yang pada tahun 1895 masih berusia 10 tahun itu mengidap penyakit yang tidak bisa disembuhkan.
Kemudian, ibunya yang bernama Mak Midhah pun bernazar jika Semi sembuh akan dijadikan Seblang atau penari.
Rupanya, beberapa saat kemudian Semi sembuh dari sakitnya.
Mak Midhah lantas memenuhi nazarnya itu dan menjadikan Semi sebagai penari.
Semi ini kemudian menjadi pelopor penari Gandrung wanita.
Jejaknya diikuti oleh adik-adiknya yang menggunakan nama Gandrug sebagai nama panggung.
Pada mulanya, Gandrung hanya boleh ditarikan oleh keturunan penari gandrung sebelumnya.