Penulis
Intisari-Online.com -Dalam historiografi nasional, sejarah ilmu pengetahuan sering terabaikan.
Isu sains hanya menjadi nomor dua setelah kepentingan politik dan ekonomi, padahal fenomena terkini menunjukkan bahwa sains menjadi akar dari banyak peristiwa.
Lembaga sains independen kurang mendapat perhatian dan dukungan dari pemerintah.
Akibatnya, tercipta hubungan patronasi antara elit dan pekerja sains, yang membuat sains semakin jauh dari masyarakat.
George Everhardus Rumphius adalah salah satu contoh dari ketidakterkenalan sejarah sains di Indonesia.
Ia datang ke Nusantara pada abad ke-17 dan menghabiskan separuh hidupnya untuk mendokumentasikan kekayaan alam Ambon dan sekitarnya.
Ia meneliti berbagai hal, mulai dari tumbuhan dan jamu-jamuan, kerang-kerangan, hingga batu-batuan.
Namun, hasil karyanya dianggap sebagai ancaman bagi hegemoni pemerintah, sehingga sempat dilarang terbit.
Baru tiga tahun setelah Rumphius meninggal, karyanya yang berjudul Ambonese Curiosity Cabinet terbit (1705).
Kemudian, bertahun-tahun kemudian, Ambonese Herbal terbit (1741).
Sayangnya, buku-buku itu jarang dicetak ulang. Bahkan, nama Rumphius sering dihapus dari catatan kaki sejarawan setelahnya.
Empat abad kemudian, tepatnya pada tahun 2023, Penerbit Komunitas Bambu berhasil menerbitkan Kotak Keajaiban Benua Maritim: Ambon Abad XVII.
Buku ini adalah terjemahan bahasa Indonesia dari Ambonese Curiosity Cabinet yang diberi pendahuluan dan anotasi oleh E. M. Beekman.
Penerbitan ini merupakan hasil kerja selama kurang lebih tiga tahun dan menjadi langkah awal bagi Komunitas Bambu untuk mewujudkan mimpi menerbitkan karya klasik lainnya, khususnya Ambonese Herbal oleh Rumphius.
Karya terjemahan ini terdiri dari tiga buku yang membahas secara khusus tentang kerang-kerangan bercangkang keras, kerang-kerangan bercangkang lunak, serta batuan dan mineral dari Ambon dan pulau-pulau sekitarnya.
Anis de Fretes, pengurus Komunitas Rumphius yang memiliki jaringan di berbagai kota di Indonesia dan internasional, menyatakan apresiasinya atas terselenggaranya acara ini.
Sejak 2011, Komunitas Rumphius telah mengumpulkan berbagai pemerhati Rumphius untuk terus melacak jejak ilmuwan besar yang terlupakan tersebut.
“Saya ucapkan danke banyak kepada Titik Kartitiani dan Komunitas Bambu yang telah menginisiasi Pekan Rumphius di Jakarta sebagai salah satu co-founder Komunitas Rumphius, bersama rekan-rekan di Maluku dan Indonesia. Mari rayakan dengan suka cita,” ujar Anis de Fretes.
Untuk merayakan kelahiran karya Rumphius dalam bahasa Indonesia, sekaligus ulang tahun Komunitas Bambu ke-25, diselenggarakan “Pekan Rumphius: Pahlawan Pengetahuan yang Dilupakan”.
Acara ini adalah rangkaian yang meliputi peluncuran buku, diskusi publik, talkshow, bazar buku, hingga pameran.
Acara ini berlangsung mulai tanggal 2 – 12 November 2023, di GoetheHaus Jakarta dan Tai Ping Indonesia.
Peluncuran tanggal 2 November di GoetheHaus Jakarta akan menampilkan ahli mikrobiologi Indonesia Prof. Sangkot Marzuki dan ahli perkotaan Marco Kusumawijaya.
Acara peluncuran berlanjut pada tanggal 4 November di Tai Ping Indonesia yang menampilkan jurnalis Titik Kartitiani dan Ahmad Arif, juga ahli etnoekologi maritim Dian Oktaviani.
Baca Juga: Sejarah Nama Indonesia yang Berawal dari Penelitian Asing, Ini Asal-Usulnya