Find Us On Social Media :

PDI Perjuangan Mengaku Telah Memberi Privilese Kepada Jokowi Tapi Kini Merasa Ditinggalkan

By Moh. Habib Asyhad, Senin, 30 Oktober 2023 | 07:46 WIB

Belakangan, Presiden Jokowi dan PDI Perjuangan memburuk imbas dari pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres Prabowo Subianto.

Belakangan, Presiden Jokowi dan PDI Perjuangan memburuk imbas dari pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres Prabowo Subianto.

Intisari-Online.com - Pernyataan mengejutkan dilontarkan oleh Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanti.

Dia bilang, selama ini partainya telah memberi privilese kepada Presiden Jokowi.

Dan kini Presiden Jokowi, katanya, meninggalkan partai yang menaunginya itu.

Hasto pun mengatakan bahwa partainya dalam suasana sedih dan terluka hatinya.

PDIP, tambahnya, mengatakan bahwa banyak kader hingga simpatisan tak percaya kondisi hubungan partai dengan keluarga Presiden Jokowi.

"Ketika DPP partai bertemu dengan jajaran anak ranting dan ranting sebagai struktur partai paling bawah, banyak yang tidak percaya bahwa ini bisa terjadi," kata Hasto dalam keterangan tertulisnya, Minggu (29/10).

Hasto mengatakan PDIP memberikan privilese kepada Jokowi dan keluarga.

Tapi PDIP merasa kini Jokowi meninggalkannya.

"Kami begitu mencintai dan memberikan privilege yang begitu besar kepada Presiden Jokowi dan keluarga," kata Hasto.

"Tapi kami ditinggalkan karena masih ada permintaan lain yang berpotensi melanggar pranatan kebaikan dan Konstitusi. Pada awalnya kami hanya berdoa agar hal tersebut tidak terjadi, namun ternyata itu benar-benar terjadi."

Menurut Hasto, seluruh kader PDIP belum hilang rasa lelahnya setelah berturut-turut bekerja dari lima pilkada dan dua pilpres kepada Jokowi.

"Itu wujud rasa sayang kami. Pada awalnya kami memilih diam," katanya.

"Namun apa yang disampaikan Butet Kartaredjasa, Goenawan Mohamad, Eep Syaifullah, Hamid Awaludin, Airlangga Pribadi dll beserta para ahli hukum tata negara, tokoh pro demokrasi dan gerakan civil society, akhirnya kami berani mengungkapkan perasaan kami."

Pandangan pengamat

Kita tahu, belakangan hubungan Presiden Jokowi dan PDI-P dikabarkan renggang, terlebih dengan Ketum Megawati Soekarno Putri.

Hal ini berawal dari pencalonan putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres Prabowo Subianto.

Direktur Nusakom Pratama Institute Ari Junaedi menilai, renggangnya hubungan tersebut terjadi lantaran Presiden Jokowi tiga kali kecewa dengan Megawati karena keinginannya tidak didukung atau dipenuhi.

Padahal, Jokowi mengabdi di PDI-P sejak dia berhasil menjadi Wali Kota Solo.

"Pemahaman saya, ada keinginan-keinginan dari Presiden yang tidak disepakati oleh Bu Mega," kata Ari dalam program Obrolan Newsroom Kompas.com, dikutip Rabu (25/10/2023).

Ari menduga, keinginan pertama dan kedua Jokowi yaitu soal perpanjangan masa jabatan presiden hingga tiga periode.

Sebelum pandemi Covid-19 merajalela di Indonesia, sejumlah aparat desa dan kepala desa bergerak ke Gelora Bung Karno yang mengusulkan agar masa menjabat presiden diperpanjang hingga tiga periode.

Begitu pula ketika muncul usulan jabatan presiden diperpanjang hingga tiga periode karena pandemi Covid-19.

"Ide itu disampaikan kepada Bu Mega, Bu mega tetap firm tidak sepakat karena harus sesuai dengan konstitusi, presiden bisa dipilih sebanyak-banyaknya dua kali. Saya dan berbagai kalangan tetap percaya bahwa Pak Jokowi kecewa dengan dua permintaan yang tidak dituruti," ucap Ari.

Terkait wacana jabatan tiga periode ini, Jokowi berulang kali menyatakan menolaknya.

Dia mengaku di hadapan publik bahwa tidak berminat menjabat tiga periode.

Lagi pula, menurut Jokowi, ide tersebut tidak diperbolehkan konstitusi.

Sementara itu, menurut Ari, permintaan ketiga Jokowi yang tidak dituruti oleh Megawati yaitu menjadikan anak sulungnya, Gibran Rakabuming Raka sebagai calon presiden maupun calon wakil presiden.

Usulan itu, dugaan Ari, kembali ditolak oleh Megawati.

"Permintaan-permintaan yang di luar nalar politik, di luar nalar atau akal sehat dari seorang politisi senior, walau Bu Mega tidak pernah menjadi 2 kali presiden," ujar Ari.

Dia juga menyampaikan, kemungkinan Jokowi membutuhkan kebanggaan politik yang tinggi dengan anggapan bahwa 80 persen masyarakat puas terhadap pemerintahan saat ini.

Selain itu, ia menduga Presiden Jokowi terbuai dukungan para relawan yang membuatnya yakin mencalonkan Gibran sebagai bakal calon wakil presiden pendamping Prabowo Subianto.

Tak hanya itu, Jokowi juga merestui putra bungsunya, Kaesang Pangarep menjadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia.

"Soal rencana Kaesang semula menjadi Wali Kota Depok, tiba-tiba 'mengakuisisi' PSI. Ini menjadi gerbong dari relawan-relawan sebagai wadah politik yang menurut kacamata dari pengamat politik sangat susah memahami manuver-manuver yang dilakukan Jokowi dan keluarganya," papar Ari.

Terlepas dari itu, Ari meyakini bahwa hubungan antara Megawati dan Jokowi masih baik-baik saja.

Mega masih menganggap presiden ketujuh itu sebagai anaknya.

Kemesraan hubungan antara Jokowi, Megawati, dan Ganjar pun terlihat dalam Rapat Kerja Nasional PDI-P pada awal Oktober 2023.

"Bu Mega tetap menganggap bahwa Pak Jokowi adalah anaknya sendiri yang mungkin sedang nakal, sedang bandel-bandelnya sekarang ini," ujar Ari.

Adapun Prabowo menyatakan menggandeng Gibran sebagai bakal calon wakil presiden pendampingnya pada Minggu (22/10/2023) malam.

Keduanya pun mendaftarkan diri ke KPU pada hari ini.

Keputusan ini diambil setelah MK mengabulkan sebagian gugatan perkara nomor 90/PUU-XXI/2023 terkait usia minimal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) dalam UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, pada Senin (16/10/2023).

Berdasarkan putusan itu, capres atau cawapres boleh saja berusia di bawah 40 tahun asalkan memiliki pengalaman di jabatan publik yang dipilih melalui pemilihan umum.

Langkah tersebut makin terbuka lebar ketika MK akhirnya memutuskan tidak dapat menerima semua gugatan terkait usia maksimal calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres) pada Senin pekan ini.

Jika dikabulkan, gugatan ini dapat menjegal pencalonan Prabowo.