Penulis
Intisari-online.com - Perang Bali I adalah perang yang terjadi antara Kerajaan Buleleng di Bali dengan pasukan Hindia Belanda pada tahun 1846.
Perang ini merupakan ekspedisi militer pertama yang dilakukan oleh Belanda untuk menguasai Bali dan mewujudkan Pax Netherlandica, yaitu perdamaian di bawah kekuasaan Belanda di nusantara.
Penyebab Perang Bali I
Salah satu penyebab utama Perang Bali I adalah adanya hak tawan karang yang dimiliki oleh raja-raja Bali.
Hak tawan karang adalah hak untuk menawan kapal beserta isinya yang terdampar di perairan wilayah kerajaan mereka.
Hak ini tidak diakui oleh hukum internasional dan dianggap sebagai perampasan oleh Belanda.
Pada tahun 1841, Belanda membuat perjanjian dengan beberapa kerajaan di Bali, termasuk Buleleng, yang berisi pengakuan bahwa kerajaan-kerajaan di Bali berada di bawah pengaruh Belanda.
Salah satu isinya adalah bahwa raja-raja Bali tidak akan menerapkan hak tawan karang terhadap kapal-kapal Belanda yang menepi di pantai mereka.
Namun, perjanjian ini tidak dipatuhi oleh Raja Buleleng, yang tetap merampas kapal-kapal Belanda yang terdampar di wilayahnya.
Hal ini menimbulkan kemarahan dan kekecewaan Belanda, yang merasa hak dan kepentingannya dilanggar oleh raja Bali.
Selain itu, Belanda juga memiliki ambisi untuk menguasai seluruh wilayah Indonesia, termasuk Bali, yang memiliki potensi ekonomi dan strategis.
Belanda ingin mengendalikan perdagangan rempah-rempah, garam, kopi, dan hasil bumi lainnya dari Bali.
Belanda juga ingin mengamankan jalur pelayaran antara Jawa dan Australia dari gangguan musuh-musuhnya
Dengan alasan-alasan tersebut, Belanda memutuskan untuk menyerang Kerajaan Buleleng pada tahun 1846 dengan mengirimkan armada besar yang terdiri dari 23 kapal perang dan 17 kapal lainnya.
Armada ini membawa 1.280 serdadu Eropa dan pribumi, serta dipersenjatai dengan 115 senapan.
Baca Juga: Ini Reaksi Kerajaan Nusantara Terhadap Keberadaan Bangsa Asing
Perjalanan Perang Bali I
Pada tanggal 20 Juni 1846, armada Belanda berangkat dari Besuki menuju Buleleng.
Di sana, mereka memberikan ultimatum kepada Raja Buleleng untuk menyerah dan menghentikan praktik tawan karang.
Ultimatum ini diberikan sebanyak tiga kali dalam waktu 24 jam, tetapi tidak mendapat tanggapan dari raja.
Pada tanggal 24 Juni 1846, pasukan Belanda melakukan pendaratan di pantai Buleleng di bawah perlindungan tembakan meriam dari kapal-kapal mereka.
Mereka disambut oleh lebih dari 10.000 prajurit Bali yang berusaha mencegah pendaratan tersebut.
Namun, pasukan Bali tidak mampu menahan serangan pasukan Belanda yang lebih modern dan terlatih.
Pasukan Belanda kemudian maju ke daerah persawahan yang telah dikelilingi oleh pasukan Bali.
Di sana, mereka terlibat pertempuran sengit dengan pasukan Bali yang menggunakan senjata tradisional seperti keris, tombak, pedang, dan panah.
Pasukan Belanda membagi diri menjadi tiga kolom yang dipimpin oleh Mayor Cornelis Albert de Brauw, Mayor Boers, dan Kapten J.F. Lomon.
Setelah berhasil mengalahkan semua perlawanan pasukan Bali di daerah persawahan, pasukan Belanda melanjutkan pergerakan mereka ke ibu kota Singaraja.
Di sana, mereka menemukan bahwa Raja Buleleng telah melarikan diri bersama keluarganya ke daerah pegunungan.
Pasukan Belanda kemudian menaklukkan kota Singaraja tanpa banyak kesulitan.
Baca Juga: Bagaimana Kondisi Masyarakat Kerajaan Majapahit Pada Tempo Dulu?
Dampak Perang Bali I
Perang Bali I berakhir dengan kemenangan mutlak pasukan Belanda atas pasukan Bali.
Belanda berhasil menguasai wilayah Buleleng dan sebagian wilayah Karangasem.
Belanda juga berhasil menghancurkan kekuatan militer dan politik Kerajaan Buleleng, yang merupakan kerajaan terbesar dan terkuat di Bali saat itu.
Perang Bali I juga menimbulkan dampak yang besar bagi rakyat Bali, khususnya di wilayah Buleleng.
Banyak rakyat Bali yang tewas, terluka, atau menjadi tawanan perang akibat perang ini.
Banyak pula rumah, sawah, ladang, dan tempat ibadah yang rusak atau dibakar oleh pasukan Belanda.
Rakyat Bali juga mengalami kesulitan ekonomi dan sosial akibat perang ini.
Perang Bali I juga menimbulkan dampak yang besar bagi Belanda sendiri.
Belanda harus mengeluarkan biaya yang besar untuk mengirimkan dan memelihara pasukan mereka di Bali.
Belanda juga harus menghadapi perlawanan yang terus berlanjut dari rakyat Bali, khususnya dari I Gusti Ketut Jelantik, yang merupakan patih Kerajaan Buleleng.
I Gusti Ketut Jelantik berhasil mengorganisir gerakan perlawanan rakyat Bali dengan menggunakan taktik gerilya dan bantuan dari kerajaan-kerajaan Bali lainnya.
Perang Bali I juga menimbulkan dampak yang besar bagi sejarah Indonesia.
Perang ini merupakan salah satu contoh perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajahan Belanda.
Perang ini juga merupakan salah satu contoh perjuangan rakyat Indonesia untuk mempertahankan hak, kebudayaan, dan identitas mereka.
Perang ini juga merupakan salah satu contoh semangat juang dan patriotisme rakyat Indonesia.