Perang Yom Kippur, Kisah Pertempuran Pasukan Israel dalam Menghadapi Serangan Ganda Mesir dan Suriah

Afif Khoirul M

Penulis

Pertempuran Yom Kippur Israel dengan Mesir.

Intisari-online.com - Perang Yom Kippur adalah perang yang terjadi antara Israel dan koalisi negara-negara Arab yang dipimpin oleh Mesir dan Suriah pada tahun 1973.

Perang ini juga dikenal sebagai Perang Oktober, Perang Ramadan, atau Perang Arab-Israel 1973.

Perang ini merupakan salah satu perang paling dramatis dan bersejarah di Timur Tengah, karena menunjukkan kemampuan Israel dalam bertahan dari serangan mendadak yang hampir menghancurkan negaranya.

Perang Yom Kippur merupakan kelanjutan dari konflik Arab-Israel yang sudah berlangsung sejak tahun 1948, ketika Israel memproklamasikan kemerdekaannya dari Mandat Palestina.

Pada tahun 1967, Israel berhasil mengalahkan Mesir, Suriah, Yordania, dan Irak dalam Perang Enam Hari, dan merebut wilayah Sinai, Jalur Gaza, Dataran Tinggi Golan, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur.

Kemenangan ini membuat Israel menjadi negara dominan di Timur Tengah, tetapi juga meningkatkan ketegangan dengan negara-negara Arab yang ingin merebut kembali wilayah-wilayah yang hilang.

Mesir dan Suriah, sebagai negara-negara Arab terkuat yang berbatasan langsung dengan Israel, merasa terhina dan ingin membalas dendam atas kekalahan mereka pada tahun 1967.

Mereka mulai merencanakan serangan rahasia terhadap Israel dengan bantuan dari Uni Soviet, yang merupakan sekutu utama mereka saat itu.

Mereka memilih tanggal 6 Oktober 1973 sebagai hari serangan, karena bertepatan dengan hari raya Yom Kippur, hari suci Yahudi yang diisi dengan puasa dan doa. Mereka berharap bahwa Israel akan lengah dan tidak siap menghadapi serangan mereka.

Baca Juga: Perang Dunia II Ternyata Pernah Sebabkan Industri Nikel Indonesia Terganggu, Hingga Pengaruhi Aset Belanda Tahun 1958

Serangan Mendadak

Pada pukul 14.00 waktu setempat, Mesir melancarkan serangan udara dan darat terhadap posisi-posisi Israel di Sinai.

Mereka berhasil menyeberangi Terusan Suez dengan menggunakan jembatan ponton dan menembus garis pertahanan Israel yang dikenal sebagai Garis Bar-Lev.

Mereka juga menggunakan senjata anti-tank untuk menghancurkan tank-tank Israel yang mencoba melakukan serangan balasan.

Sementara itu, Suriah juga melancarkan serangan terhadap posisi-posisi Israel di Dataran Tinggi Golan.

Mereka menggunakan tank-tank Soviet yang lebih modern dan lebih banyak daripada tank-tank Israel.

Mereka berhasil merebut sebagian besar wilayah Golan dan mendekati Danau Galilea, sumber air utama bagi Israel.

Serangan Mesir dan Suriah ini mengejutkan Israel, yang tidak menyangka bahwa mereka akan berani menyerang pada hari raya Yom Kippur.

Pasukan-pasukan Israel yang bertugas saat itu sangat sedikit dan tidak siap menghadapi serangan besar-besaran seperti itu.

Selain itu, intelijen Israel juga gagal mendeteksi rencana serangan Mesir dan Suriah, karena mereka mengabaikan laporan-laporan dari mata-mata mereka di kedua negara tersebut.

Baca Juga: Kisah Heroik Palang Merah Indonesia Baru Dibentuk Langsung Bertugas di Peperangan

Pertahanan Heroik

Meskipun demikian, pasukan-pasukan Israel tidak menyerah begitu saja.

Mereka melakukan perlawanan sengit terhadap serangan Mesir dan Suriah dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.

Mereka juga mendapat bantuan dari Amerika Serikat, yang merupakan sekutu utama mereka saat itu.

Amerika Serikat mengirimkan bantuan militer berupa senjata, amunisi, pesawat tempur, dan perlengkapan medis kepada Israel.

Di Sinai, pasukan-pasukan Israel berhasil mempertahankan garis kedua pertahanan mereka dan mencegah Mesir untuk maju lebih jauh ke dalam wilayah Israel.

Mereka juga melakukan serangan balik terhadap posisi-posi Mesir di seberang Terusan Suez dengan menggunakan pasukan komando dan tank-tank.

Mereka berhasil menyeberangi terusan dan mengancam ibu kota Mesir, Kairo.

Di Golan, pasukan-pasukan Israel juga berhasil mempertahankan garis kedua pertahanan mereka dan mencegah Suriah untuk mencapai Danau Galilea.

Mereka juga melakukan serangan balik terhadap posisi-posi Suriah di Golan dengan menggunakan pesawat tempur dan artileri.

Mereka berhasil merebut kembali sebagian besar wilayah Golan dan mengancam ibu kota Suriah, Damaskus.

Perang Yom Kippur berlangsung selama 19 hari, dari 6 Oktober hingga 24 Oktober 1973.

Baca Juga: Begitu Berat Beban Gajah Enggon, Sosok Yang Dipercaya Gantikan Posisi Gajah Mada Setelah Perang Bubat

Perang ini berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Perang ini mengakibatkan korban jiwa yang besar di kedua belah pihak. Israel kehilangan sekitar 2.600 tentara, sementara Mesir dan Suriah kehilangan sekitar 18.000 tentara.

Perang ini juga memiliki dampak politik dan militer yang signifikan bagi Timur Tengah.

Perang ini menunjukkan bahwa Israel tidaklah tak terkalahkan, dan bahwa negara-negara Arab dapat menantang kekuatan Israel jika mereka bersatu dan berani.

Perang ini juga memicu krisis minyak dunia, karena negara-negara Arab yang merupakan produsen minyak utama memutuskan untuk menaikkan harga minyak dan menghentikan pasokan minyak kepada negara-negara yang mendukung Israel, seperti Amerika Serikat dan Eropa Barat.

Perang ini juga membuka jalan bagi proses perdamaian antara Israel dan negara-negara Arab. Pada tahun 1974, Israel dan Mesir menandatangani perjanjian pemulihan kembali wilayah Sinai kepada Mesir.

Pada tahun 1979, Israel dan Mesir menandatangani perjanjian damai pertama antara negara Yahudi dan negara Arab. Pada tahun 1994, Israel dan Yordania juga menandatangani perjanjian damai.

Perang Yom Kippur adalah perang yang mengubah peta politik dan militer di Timur Tengah.

Perang ini juga merupakan saksi dari kisah heroik pasukan-pasukan Israel dalam menghadapi serangan ganda Mesir dan Suriah.

Perang ini adalah perang yang tidak akan pernah dilupakan oleh sejarah.

Artikel Terkait