Setelah Gajah Mada menghilang usai Perang Bubat, posisinya digantikan oleh Gajah Enggon sebagai patih Kerajaan Majapahit. Tapi dia dianggap kurang cakap.
Intisari-Online.com -Bisa dibayangkan betapa beratnya beban yang diemban oleh Gaja Enggon di Kerajaan Majapahit.
Bagaimana tidak, dia harus menggantikan peran Gajah Mada sebagai patih Kerajaan Majapahit yang dikenal karena Sumpah Palapa-nya.
Pada akhirnya, dia dianggap kurang cakap dalam menjalankan pemerintahan sehingga Majapahit mengalami kemerosotan.
Siapa sebenarnya Gajah Enggon?
Setelah Perang Bubat, Gajah Mada mundur dari jabatannya sebagai Patih Amangkubumi Kerajaan Majapahit.
Konon, Gajah Mada mundur karena apa yang dia cita-citakan sudah terwujud.
Menurut Pararaton, setidaknya selama tiga tahun Majapahit tidak punya patih.
Dan selama tiga tahun itu, tugas kepatihan dipegang langsung oleh Hayam Wuruk.
Lalu pada 1367, Hayam Wuruk resmi menunjuk Gajah Enggon sebagai Patih Amangkubumi menggantikan posisi Gajah Mada.
Gajah Enggon menjabat sebagai patih Majapahit selama 27 tahun hingga dia meninggal dunia.
Di masa Gajah Enggon menjadi patih inilah muncul Keraton Wetan yang dipimpin oleh Sri Wijayarasa (paman Hayam Wuruk) yang dikenal sebagai Bhre Wengker.
Gajah Enggon sendiri adalah anggota pasukan elite Bhayangkara Majapahit dan menjabat sebagai kepala pasukan.
Dia dilantik menjadi Patih Amangkubumi Majapahit oleh Raja Hayam Wuruk setelah melalui sidang Dewan Sapta Prabu.
Pasukan Bhayangkara adalah pasukan khusus yang dibentuk untuk menjaga keluarga raja dan keselamatan rakyat di Majapahit.
Selain itu pasukan Bhayangkara juga bertugas sebagai pasukan pertahanan dan invasi.
Gajah Enggon menjadi kepala pasukan elite Bhayangkara selepas pecah pemberontakan Ra Kuti.
Dia menjadi kepala pasukan setelah menggantikan Gajah Mada yang saat itu diangkat sebagai Patih Amangkubumi Majapahit menggantikan Patih Arya Tadah.
Selain ikut berperan dalam menyelamatkan raja Jayanegara saat pecah pemberontakan Ra Kuti, Gajah Enggon juga ikut berperan saat meredam pemberontakan di Sadeng dan Keta.
Setelah menggantikan Gajah Mada sebagai patih amangkubumi Majapahit, Gajah Enggon belum mampu mempertahankan dan meneruskan kejayaan Majapahit.
Saat itu Majapahit malah jatuh pada konflik internal dan perang saudara.
Selain itu, banyak daerah kekuasaan Majapahit memisahkan diri dan melakukan hubungan diplomatik dengan China unuk mendapat pengakuan sebagai negara sendiri.
Seperti disebut sebelumnya, pada masa Mahapatih Gajah Enggon, Majapahit terpecah menjadi dua: Keraton Kulon dengan raja Hayam Wuruk dan Keraton Wetan dengan Raja Bhre Wengker.
Majapahit Kulon yang berada di Trowulan dan Majapahit Wetan yang berada di Blambangan, Banyuwangi.
Permasalahan lain adalah kurang tegasnya Gajah Enggon dalam menghadapi konflik antara Majapahit Kulon dan Majapahit Wetan.
Setelah itu terjadi juga perang saudara yang terkenal, yaitu Perang Paregreg yang semakin membuat Majapahit pecah dan di ambang keruntuhan.