Penulis
AH Nasution menyampaikan pidato mengharukan saat mengantarkan jenazah para Pahlawan Revolusi korban G30S 1965. Dia termasuk yang berhasil lolos.
Intisari-Online.com -Abdul Haris Nasution berhasil lolos dari matu Gerakan 30 September 1965.
Meski diberondong tembakan Pasukan Cakrabirawa yang ditugaskan menculiknya, jenderal kelahiran Sumatara Utara akhirnya bisa kabur dengan cara melompat pagar rumahnya.
Tapi sayang, putri kesayangannya, Ade Irma Suryani Nasution harus menjadi korban kebiadaban G30S.
Nasib Nasution lebih mujur dibanding sejawat-sejawatnya perwira tinggi Angkatan Darat yang lain.
Seperti Ahmad Yani, MT Haryono, DI Pandjaiatan, dan yang lainnya.
Mereka semua, yang kelak dikenal sebagai Pahlawan Revolusi, berhasil diculik oleh gerombolan G30S dan mayat mereka dicemplungkan ke sumur tua, sumur Lubang Buaya.
Setelah melakukan pencairan yang intens, serta mengorek informasi dari beberapa orang, pasukan RPKAD berhasil menemukan sumur tua itu.
Pada 4 Oktober 1965 evakuasi dilakukan, dan sehari setelahnya jenderal-jenderal itu dikuburkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Dalam pemakaman itu, AH Nasution menyampaikan pidatonya yang menyentuh hati.
5 Oktober 1965 yang seharusnya menjadi HUT TNI yang penuh sukacita, berubah menjadi hujan tangisan.
Inilah pidato lengkap AH Nasution saat mengiring pemakaman para Pahlawan Revolusi.
Para prajurit sekalian.
Kawan-kawan sekalian.
Terutama rekan-rekan yang sekarang kami sedang lepaskan.
Bismillahirrahmanirrahiim.
Hari ini, Hari Angkatan Bersenjata kita, hari yang selalu gemilang, tetapi yang kali ini, hari yang dihinakan, oleh fitnahan, dihinakan oleh pengkhianatan, dihinakan oleh penganiayaan.
Tetapi, Hari Angkatan Bersenjata kita, kita setiap prajurit tetap rayakan dalam hati sanubari kita, dengan tekad kita, dengan nama Allah yang Mahakuasa, bahwa kita akan tetap menegakkan kejujuran, kebenaran, keadilan.
Jenderal Suprapto, Jenderal Hartono, Haryono, Jenderal Parman, Jenderal Panjaitan, Jenderal Sutoyo, Letnan Tendean.
Kamu semua mendahului kami, kami semua yang kamu tinggalkan punya kewajiban meneruskan perjuangan kita, meneruskan tugas Angkatan Nersenjata kita, meneruskan perjuangan TNI kita, meneruskan tugas yang suci.
Kamu semua, tidak ada yang lebih tahu dari pada kami yang di sini, daripada saya sejak 20 tahun kita selalu bersama sama membela negara kita, perjuangan kemerdekaan kita, membela pemimpin besar kita, membela cita-cita rakyat kita.
Justru di sini kami semua, saksi yang hidup, kamu adalah telah berjuang, sesuai dengan kewajiban kita semua, menegakkan keadilan, kebenaran, kemerdekaan.
Tidak ada yang ragu-ragu, kami semua sedia juga, mengikuti jalan kamu.
Jika memang fitnah mereka itu benar, kami akan buktikan.
Rekan rekan, adik-adik saya sekalian.
Saya sekarang sebagai yang tertua, dalam TNI yang tinggal bersama lainnya, akan meneruskan perjuangan kamu, membela kehormatan kamu, menghadaplah sebagai pahlawan, pahlawan dalam hati kami seluruh TNI.
Sebagai pahlawan menghadaplah, kepada asal mula kita, yang menciptakan kita, Allah SWT.
Karena akhirnya, Dialah panglima kita Yang Paling Tertinggi.
Dialah yang menentukan segala sesuatu, juga atas diri kita semua.
Tetapi dengan keimanan ini juga, kami semua yakin, bahwa yang benar akan tetap menang, dan yang tidak benar akan tetap hancur.
Fitnah, fitnah berkali kali, fitnah lebih jahat dari pembunuhan, lebih jahat dari pembunuhan, kita semua difitnah, dan saudara-saudara telah dibunuh, kita diperlakukan demikian.
Tapi jangan kita, jangan kita dendam hati, iman kepada Allah SWT, iman kepada-Nya, mengukuhkan kita.
Karena Dia perintahkan, kita semua berkewajiban, untuk menegakkan keadilan dan kebenaran.