Penulis
Intisari-online.com - Kota Bandung dan sekitarnya diguncang gempa bumi berkekuatan magnitudo 4,2 pada Senin (25/9/2023) pagi pukul 06.20 WIB.
Gempa ini dirasakan oleh warga di beberapa wilayah Jawa Barat, seperti Cimahi, Sumedang, Garut, dan Tasikmalaya.
Tidak ada laporan kerusakan atau korban jiwa akibat gempa ini.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pusat gempa berada di laut pada koordinat 7,95 Lintang Selatan dan 107,12 Bujur Timur, atau sekitar 112 km barat daya Kabupaten Bandung.
Kedalaman gempa adalah 24 km. BMKG menyatakan bahwa gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
Gempa ini merupakan gempa tektonik, yaitu gempa yang disebabkan oleh pergerakan lempeng-lempeng bumi.
Indonesia merupakan negara yang rawan gempa karena terletak di pertemuan tiga lempeng utama dunia, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik.
Lempeng Eurasia adalah lempeng benua yang relatif diam, sedangkan lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik adalah lempeng samudra yang bergerak aktif.
Lempeng Indo-Australia bergerak ke arah utara-timur laut dengan kecepatan sekitar 7 cm per tahun, sedangkan lempeng Pasifik bergerak ke arah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10 cm per tahun.
Pergerakan kedua lempeng samudra ini menyebabkan terjadinya subduksi atau penyelaman di bawah lempeng Eurasia.
Subduksi ini menghasilkan gesekan dan tekanan yang sangat besar antara lempeng-lempeng bumi.
Baca Juga: Astaga, Warga Kepulauan Sagihe Merasakan Gempa Bumi Kuat dalam Satu Hari, Ini Lokasi
Ketika tekanan ini melebihi batas kekuatan batuan, maka terjadi pelepasan energi yang berupa getaran atau gempa bumi.
Gempa bumi yang terjadi di Bandung merupakan akibat dari subduksi lempeng Indo-Australia di bawah lempeng Eurasia.
Lempeng Indo-Australia menyelam di bawah Jawa Barat dengan sudut kemiringan sekitar 10-15 derajat.
Lempeng ini membentuk zona benioff atau zona gempa yang membentang dari selatan Jawa Barat hingga Jawa Timur.
Zona benioff ini memiliki kedalaman antara 0-700 km. Gempa bumi yang terjadi di zona benioff dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu gempa dangkal (0-70 km), gempa menengah (70-300 km), dan gempa dalam (300-700 km).
Gempa bumi yang terjadi di Bandung termasuk gempa dangkal, yang biasanya memiliki intensitas lebih besar daripada gempa menengah atau dalam.
Gempa dangkal juga lebih berpotensi menimbulkan kerusakan atau tsunami jika terjadi di dekat pantai atau pulau-pulau kecil.
Namun, gempa bumi yang terjadi di Bandung tidak menimbulkan tsunami karena jaraknya yang cukup jauh dari pantai dan karena magnitudonya yang tidak terlalu besar.
Meskipun demikian, warga diimbau untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya gempa susulan atau gempa lain yang lebih besar.
Warga juga disarankan untuk mengikuti arahan dari pemerintah dan pihak berwenang terkait penanganan gempa bumi.
Selain itu, warga juga harus mempersiapkan diri dengan mengenal lingkungan sekitar, membuat rencana evakuasi, dan menyediakan perlengkapan darurat.