Find Us On Social Media :

Cerita Di Balik Patung Gajah Yang Menjadi Ikon Museum Republik Indonesia

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 17 September 2023 | 14:17 WIB

Museum Nasional Republik Indonesia yang baru saja kebakaran identik dengan patung gajah. Itulah kenapa disebut Museum Gajah.

Museum Nasional Republik Indonesia yang baru saja kebakaran identik dengan patung gajah. Itulah kenapa disebut Museum Gajah.

Intisari-Online.com - Musem Nasional Republik Indonesia kebakaran.

Api yang diduga berasal dari bedeng proyek membakar bagian belakang museum pada Jumat (16/9) malam.

Berkat kesigapan pemadam kebakaran, api berhasil dijinakkan.

Jika berbicara tentang Museum Nasional Republik Indonesia, tak lengkap tanpa membicarakan patung gajah perunggu yang terpasang di depan museum.

Karena patung itulah mesum ini juga dikenal sebagai Museum Gajah.

Lalu dari mana patung gajah itu berasal?

Ternayta, patung gajah berbahan perunggu itu adalah hadiah dari Raja Siam, Raja Chulalongkorn.

Raja yang dikenal juga sebagai Raja Rama V itu berasal dari Siam, sekarang Thailand.

Dia berkunjung selama lima hari ke Batavia pada 1871.

Perjalanan Raja Siam itu dicatat dalam catatan perjalanan yang ditulis oleh Pangeran Somdetch Krom Phraya Damrong Rajanubharb, Direktur Perpustakaan Kerajaan Siam yang juga saudara raja.

Siam atau Thailand dikenal juga dengan nama Negeri Gajah Putih.

Gajah adalah simbol negara kerajaan ini.

Gajah telah menjadi bagian kehidupan masyarakat Thailand sejak dahulu.

Gajah putih menjadi kendaraan agung bagi Raja Siam.

Karena itulah Raja Siam menghadiahkan patung berbentuk gajah kepada pihak yang dihargainya.

Salah satunya patung gajah perunggu yang berada di depan Museum Nasional.

Patung gajah itu menjadi penanda bagi museum yang menyimpan sejarah bangsa Indonesia itu.

Museum terbesar di Indonesia ini dikenal juga dengan nama Museum Gajah.

Mengutip Kompas.com, kunjungan Raja Siam ke Hindia Belanda diabadikan oleh beberapa sumber.

Di antaranya Syair Koendjoengan Maharadja Siam yang diterbitkan kembali oleh Kepustakaan Populer Gramedia.

Catatan perjalanan Raja Siam itu ditulis oleh Pangeran Somdetch Krom Phraya Damrong Rajanubharb, saudara sekaligus Direktur Perpustakaan Kerajaan Siam.

Kunjungan Raja Chulalongkorn ke Jawa juga diterbitkan di Kerajan Siam dalam jurnal kerajaan.

Di Indonesia, kunjungan Raja Siam terdokumentasi dalam naskah Sair Kedatangan Radja Siam di Betawi.

Naskah ini ditulis dalam bahasa Melayu China Betawi abad ke-19 dalam bentuk 145 bait syair.

Naskah ini pernah dibahas oleh dua orang sarjana Perancis, Claudine Salmon dan Denys Lombard.

Hasilnya diterbitkan dalam majalah Archipel No. 22 tahun 1981.

Menurut mereka, naskah tersebut merupakan karya seorang peranakan China Betawi.

Juga merupakan teks tertua yang dicetak dan ditulis oleh peranakan China.

Bahkan merupakan dokumen asli dimulainya hubungan diplomatik antara Siam dengan pemerintah Hindia Belanda.

Menurut syair itu, Raja Siam tiba dari Singapura bersama rombongannya menggunakan empat kapal. Dari pelabuhan, Raja Siam menggunakan kereta kuda.

Di sepanjang jalan sambutan terhadap baginda raja sangat meriah.

Seluruh pembesar Batavia datang menjemput. Meriam disulut tiga kali.

Bendera Siam dipasang di setiap gedung dan rumah berdampingan dengan bendera Belanda.

Tentara Belanda dengan senapannya berparade di jalan.

Barisan kampung ikut berderet di sepanjang jalan lengkap dengan tombak.

Masyarakat China juga tidak mau ketinggalan.

Golongan kaya dan miskin berbaur untuk memberi penghormatan kepada raja.

Atraksi kesenian ikut disuguhkan.

Orang-orang menonton di sepanjang jalan sambil berdesakan.

Atraksi seni China yang diperagakan merupakan suguhan masyarakat Petak Baru dan Patekoan.

Kemeriahan penyambutan dinilai setara dengan kesemarakan Capgomeh.

Selama di Batavia, Raja Siam mengunjungi tangsi, gudang, rumah sakit, rumah yatim piatu, dan biara.

Ketika mengunjungi 'Genootschap' (museum) raja terkesan dengan koleksi-koleksi yang ada.

Maka timbul niatannya untuk menyumbangkan sesuatu yang kelak akan berguna untuk menjalin persahabatan kedua negara.

Sehabis dari museum, raja mengunjungi beberapa gereja dan kebon binatang Cikini.

Dari Batavia, Raja Siam melanjutkan perjalanan dengan kapal laut ke Semarang.