Naskah ini ditulis dalam bahasa Melayu China Betawi abad ke-19 dalam bentuk 145 bait syair.
Naskah ini pernah dibahas oleh dua orang sarjana Perancis, Claudine Salmon dan Denys Lombard.
Hasilnya diterbitkan dalam majalah Archipel No. 22 tahun 1981.
Menurut mereka, naskah tersebut merupakan karya seorang peranakan China Betawi.
Juga merupakan teks tertua yang dicetak dan ditulis oleh peranakan China.
Bahkan merupakan dokumen asli dimulainya hubungan diplomatik antara Siam dengan pemerintah Hindia Belanda.
Menurut syair itu, Raja Siam tiba dari Singapura bersama rombongannya menggunakan empat kapal. Dari pelabuhan, Raja Siam menggunakan kereta kuda.
Di sepanjang jalan sambutan terhadap baginda raja sangat meriah.
Seluruh pembesar Batavia datang menjemput. Meriam disulut tiga kali.
Bendera Siam dipasang di setiap gedung dan rumah berdampingan dengan bendera Belanda.
Tentara Belanda dengan senapannya berparade di jalan.
Barisan kampung ikut berderet di sepanjang jalan lengkap dengan tombak.