Penulis
Penyerbuan Jawa 1811 atau Perang Napoleon di Jawa 1811 memaksa Belanda untuk menyerahkan Pulau Jawa kepada Inggris.
Intisari-Online.com -Pada 1811 terjadi pertempuran dahsyat, ada yang menyebutnya sebagai Penyerbuan Jawa 1811, Perang Jawa 1811, ada juga Perang Napoleon di Jawa 1811.
Yang jelas, perang itu berhasil mengakhiri pemerintahan Belanda di Hindia Belanda untuk sementara.
Pertempuran itu disebut terjadi di lokasi yang sekarang dikenal sebagai Jalan Salemba Raya di Jakarta.
Jalan raya itu merekamperistiwa sejarah yang cukup penting.
Sebanyak 6.000 tentara gabungan Belanda-Perancis harus mengakui armada Inggris.
Pada 1811, Hindia Belanda resmi jatuh ke tangah pemerintah kolonial Inggris.
Salemba atau Jalan Selamba Raya merupakan salah satu ruas jalan yang dibangun oleh Daendels ketika memerintah pada 1808-1811.
Salah satu tujuan awal pembanguna jalan poros ini adalah sebagai penghubung Batavia dan Meester Cornelis (sekarang Jatinegara).
Dalam bukunya Waktu Belanda Mabuk Lahirlah Batavia, Alwi Shahab menulis, pada 1 April 1905, di Ibukota Batavia dibentuk dua kotapraja, yaitu Kotapraja Batavia dan Kotapraja Meester Cornelis.
Tidak berlangsung lama memang, karena pada 1935, gemeente atau Kotapraja Batavia digabungkan dengan Meester Cornelis.
Salemba semakin terkenal dengan adanya perguruan tinggi kedokter School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) yang merupakan cikal bakal UI sekarang.
Di seputaran kampus tersebut terdapat rumah sakit Centraal Burgerlijke Ziekenhuis (CBZ) yang saat ini lebih terkenal dengan Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo.
Tidak jauh dari situ terdapat penjara Salemba.
Pada masa kolonial, penjara ini kerap digunakan untuk memenjarakan orang yang dianggap berlawanan dengan pemerintah kolonial.
Seperti yang tertera dalam banyak literatur, salah satu fungsi jalan Daendels adalah untuk menangkal armada Inggris yang kian masif.
Begitu juga dengan Salemba.
Tapi sayang, Daendels justru harus menyerah di jalan yang dibangun atas namanya sendiri.
Pada Agustus 1811, bala tentara Inggris yang telah menguasai Kota dan Senen, mulai merangsek ke arah timur, ke Salemba.
Untuk menyambut tentara Raffles, Daendels telah menyiapkan tangsi-tangsi di sekitar Matraman yang sejatinya sudah masuk kawasan Meester Cornelis.
Meski demikian, upaya itu ternyata tak cukup jitu menghalau serangan tentara Inggris.
Sampai akhirnya Daendels menyerah dan Hindia Belanda jatuh ke tangan Inggris dan Raffles sebagai gubernur jenderalnya.
Kronologi
Prancis, secara tidak langsung, pernah menguasai Hindia Belanda, khususnya Jawa, lewat tangan kanannya, Herman Daendels.
Dalam upaya mempertahankan Pulau Jawa sebagai daerah koloninya, Perancis harus berperang melawan Inggris yang juga ingin menguasai daerah tersebut.
Prancis dan Inggris terlibat dalam pertempuran yang dikenal sebagai Perang Napoleon di Jawa pada 1811.
Sejak tahun 1762 hingga 1811, keberadaan Pulau Jawa semakin diperkuat oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang bernama Herman Willem Daendels untuk menghindari perlawanan dari Inggris.
Daendels sudah berulang kali meminta kepada Napoleon untuk mengirim pasukan bantuan untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris.
Namun, Napoleon justru mengirim Janssens, jenderal yang lebih memahami ilmu logistik dibanding ilmu perang.
Sementara itu, awal mula kedatangan Inggris di Pulau Jawa dimulai pada 1807, saat Lord Minto memimpin serangan armada Inggris ke Jawa.
Untuk merebut Pulau Jawa dari Prancis, Inggris melancarkan operasi militer amphibi.
Operasi militer amphibi adalah operasi militer yang menggunakan kapal untuk memproyeksikan kekuatan darat dan udara.
Armada Inggris yang berjumlah sekitar 100 kapal, termasuk di antaranya kapal senjata berlabuh di Teluk Batavia dan mendarat di Desa Cilincing, sekitar 10 mil dari timur Batavia.
Serangan dimulai pada 4 Agustus 1811, ketika pasukan yang berada di bawah komando Laksamana Muda Robert Stopford, Jenderal Sir Samuel Auchmuty, dan Lord Minto menyerang Batavia yang saat itu berada di bawah kuasa Janssens.
Kemudian, pada 7 Agustus 1811, pasukan infanteri mulai bergerak maju dan menyeberangi Sungai Anjole, yang jembatannya sudah dirusak oleh Belanda-Perancis sebelum Inggris datang.
Pada 10 Agustus 1811, Inggris berhasil menemukan sebuah gudang amunisi yang menyimpan banyak sekali senjata dan senapan.
Berbekal senjata itu, pasukan Inggris mulai bergerak menuju ke Batavia.
Sesampainya di sana, pasukan Inggris langsung menembaki pasukan Belanda-Prancis secara sporadis menggunakan senapan musket.
Tidak sampai seminggu, pasukan Inggris berhasil merebut Batavia.
Sementara itu, Janssens yang sempat ditahan di Bogor melarikan diri ke Semarang, Jawa Tengah.
Sewaktu di Semarang, Janssens sempat mendapat dukungan dari para prajurit Surakarta dan Yogyakarta.
Namun, pada akhirnya, Semarang juga berhasil ditaklukkan oleh Inggris.
Karena sudah merasa kewalahan, Janssens memutuskan menyerah kepada Inggris.
Kekalahan Perancis semakin diperjelas dengan ditandatanganinya Perjanjian Tuntang pada 18 September 1811 di Ambarawa, Jawa Tengah.
Isi Perjanjian Tuntang adalah kesepakatan Belanda menyerahkan Jawa kepada Inggris.