Sejarah Perkembangan Sosiologi di Eropa, Dipicu Dua Revolusi Besar

Ade S

Penulis

Ilustrasi Revolusi Prancis. Artikel ini membahas tentang sejarah perkembangan sosiologi di Eropa yang dipicu oleh revolusi industri dan revolusi Prancis.

Intisari-Online.com -Apakah Anda tahu bahwa ilmu sosiologi lahir karena adanya ancaman terhadap tatanan sosial yang selama ini dianggap alami dan benar?

Ya, itulah yang terjadi di Eropa pada abad ke-18 dan ke-19.

Sejarah perkembangan sosiologi di Eropa sangat erat kaitannya dengan dua revolusi besar yang mengguncang benua tersebut, yaitu revolusi industri dan revolusi Prancis.

Kedua revolusi ini menimbulkan berbagai masalah dan konflik sosial yang membutuhkan penjelasan ilmiah.

Dari sinilah muncul ilmu sosiologi sebagai ilmu yang berusaha memahami fenomena-fenomena sosial secara rasional dan sistematis.

Sejarah Perkembangan Sosiologi di Eropa

Melansir Sonora.id, sosiologi merupakan cabang dari filsafat sosial yang membahas tentang masyarakat.

Namun, pada awalnya pembahasan tentang masyarakat hanya sebatas pada hal-hal yang menarik minat publik seperti konflik sosial, perang, atau kekuasaan kelas-kelas dominan.

Kemudian, pembahasan tentang masyarakat menjadi lebih mendalam dan meliputi susunan kehidupan ideal dan norma-norma yang harus dipatuhi oleh semua anggota masyarakat. Dari sinilah muncul kajian baru tentang masyarakat yang disebut sosiologi.

Menurut Berger dan Berger, sosiologi lahir sebagai ilmu mandiri karena adanya ancaman terhadap tatanan sosial yang selama ini dianggap alami dan benar (threats to the taken for granted world).

L. Laeyendecker mengidentifikasi ancaman-ancaman tersebut sebagai berikut:

Baca Juga: Inilah Dua Peristiwa Penting yang Mendorong Lahirnya Sosiologi Dunia

* revolusi industri dan revolusi Prancis,

* perkembangan kapitalisme sejak akhir abad ke-15,

* perubahan di bidang sosial dan politik,

* reformasi yang dipelopori oleh Martin Luther,

* peningkatan individualisme,

* kemajuan ilmu pengetahuan modern,

* kepercayaan pada diri sendiri.

Laeyendecker menyatakan bahwa ancaman-ancaman tersebut menyebabkan perubahan-perubahan jangka panjang yang sangat mengguncang masyarakat Eropa dan seolah-olah membangunkannya dari tidur panjang.

Auguste Comte, seorang filsuf Prancis, melihat perubahan-perubahan tersebut memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah berkembangnya demokrasi dalam masyarakat. Dampak negatifnya adalah terjadinya konflik antarkelas dalam masyarakat.

Comte menilai bahwa konflik-konflik tersebut terjadi karena masyarakat kehilangan norma atau pedoman (normless) dalam bertindak.

Comte mengambil contoh dari situasi masyarakat Prancis pada abad ke-19. Setelah Revolusi Prancis meletus, masyarakat Prancis mengalami konflik antarkelas.

Baca Juga: Bagaimana Peristiwa Revolusi Industri Ketika Lahirnya Sosiologi?

Comte menafsirkan hal itu sebagai akibat dari ketidakmampuan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang ditimbulkan oleh revolusi dan ketiadaan hukum-hukum yang dapat mengatur tatanan sosial masyarakat.

Oleh karena itu, Comte mengusulkan agar penelitian tentang masyarakat ditingkatkan menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri.

Comte membayangkan suatu penemuan hukum-hukum yang dapat mengatur fenomena-fenomena sosial. Namun, Comte gagal mengembangkan hukum-hukum sosial tersebut menjadi sebuah ilmu. Ia hanya memberikan nama untuk ilmu yang akan lahir itu dengan nama sosiologi.

Meskipun begitu, karena jasanya terhadap kelahiran sosiologi, Auguste Comte tetap dihormati sebagai Bapak Sosiologi.

Sosiologi baru berkembang menjadi sebuah ilmu setelah Emile Durkheim mengembangkan metodologi sosiologi melalui bukunya yang berjudul Rules of Sociological Method.

Herbert Spencer adalah orang yang mempopulerkan istilah sosiologi melalui buku Principles of Sociology.

Di dalam buku tersebut, Spencer mengembangkan sistem penelitian tentang masyarakat. Ia menerapkan teori evolusi organik pada masyarakat manusia dan mengembangkan teori besar tentang evolusi sosial yang diterima secara luas di masyarakat.

Spencer melihat masyarakat sebagai sebuah sistem yang tersusun atas bagian-bagian yang saling bergantung sebagaimana pada organisme hidup.

Evolusi dan perkembangan sosial pada dasarnya akan berarti jika ada peningkatan diferensiasi dan integrasi, peningkatan pembagian, dan suatu transisi dari homogen ke heterogen dari kondisi yang sederhana ke yang kompleks.

Setelah buku Spencer terbit, sosiologi kemudian berkembang pesat ke seluruh dunia, termasuk negara Indonesia.

Dari uraian di atas, kita dapat memahami bahwa sejarah perkembangan sosiologi di Eropa tidak terlepas dari konteks sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang ada pada saat itu.

Sosiologi lahir sebagai respons terhadap perubahan-perubahan yang mengancam tatanan sosial yang selama ini dianggap alami dan benar. Sosiologi juga berkembang sebagai ilmu yang berusaha mencari hukum-hukum sosial yang dapat mengatur masyarakat secara harmonis.

Dengan mengetahui sejarah perkembangan sosiologi di Eropa, kita dapat menghargai kontribusi para tokoh sosiologi yang telah membentuk ilmu ini menjadi seperti sekarang.

Baca Juga: Bagaimana Perubahan Sosial Pasca-Revolusi Perancis dan Revolusi Industri

Artikel Terkait