Penulis
Intisari-Online.com -Apakah Anda tahu kapan Indonesia mengadakan pemilu nasional pertamanya?
Dan mengapa pemilu itu dianggap sebagai pemilu yang paling demokratis di Indonesia?
Artikel ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan membahas latar belakang Pemilu 1955, yang merupakan pemilu perdana dan paling demokratis di Indonesia.
Anda akan mengetahui bagaimana UU 7/1953 menjadi dasar penyelenggaraan pemilu tersebut, bagaimana sistem perwakilan proporsional digunakan untuk menentukan jumlah kursi di parlemen dan Konstituante, dan bagaimana empat partai besar bersaing dalam pemilu tersebut.
Anda juga akan mengetahui tantangan dan keberhasilan yang dihadapi oleh penyelenggara dan peserta pemilu tersebut, serta dampaknya bagi sejarah politik Indonesia.
Pemilu Paling Demokratis
Indonesia menyelenggarakan pemilu nasional pertamanya pada 1955, yang dianggap sebagai pemilu yang paling demokratis.
Ada beberapa alasan yang menjadikan pemilu 1955 mendapat pujian sebagai pemilu yang paling demokratis dibandingkan dengan pemilu lain.
Alasan pertama adalah Pemilu 1955 berlangsung dengan lancar dan adil, tanpa adanya intimidasi.
Hal ini sangat berbeda dengan pemilu selanjutnya di era Orde Baru.
Baca Juga: Doa Bersama Pemilu Damai 2024 Digelar KPU di Bentara Budaya Jakarta
Pemilu di masa Orde Baru dipenuhi dengan manipulasi sehingga Golkar selalu menang sebagai penopang politik utama untuk mendukung kekuasaan Soeharto.
Apalagi saat itu semua pegawai negeri sipil harus memilih Golkar, dan akan dihukum jika tidak taat.
Pemilu 1955 juga terbebas dari praktik politik uang atau serangan fajar seperti yang terjadi di era Orde Baru bahkan sampai setelah Reformasi.
Pemilu 1955 juga menampilkan keragaman politik Indonesia, dengan dihadiri oleh berbagai partai dengan latar belakang ideologi yang berbeda-beda.
Hal ini dibuktikan dengan Partai Nasional Indonesia (PNI) yang membawa ideologi nasionalisme, bisa bersaing dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dan Partai Nahdlatul Ulama (NU) yang membawa ideologi Islam, dan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Pemilu 1955 juga sukses digelar dalam situasi bangsa yang baru berumur sepuluh tahun, dan sedang menghadapi berbagai gangguan keamanan di dalam negeri seperti pemberontakan.
Dalam situasi seperti itu, Pemilu 1955 bisa terlaksana dengan aman dengan tingkat partisipasi pemilih yang sangat tinggi, yaitu 87,66 persen dari 43.104.464 pemilih terdaftar.
Latar Belakang dan Sejarah Pemilu 1955
Menurut buku A History of Modern Indonesia since 1200 (2008) karya MC Ricklefs, Pemilu 1955 dilatarbelakangi oleh Undang-undang (UU) 7/1953 tentang Pemilihan Anggota Konstituante dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
Konstituante adalah badan yang bertugas dan berwenang untuk mengubah konstitusi negara.
Pemilu 1955 menggunakan sistem perwakilan proporsional. Artinya setiap daerah pemilih akan mendapat jumlah kursi sesuai dengan jumlah penduduknya.
Baca Juga: Hasil Persentase Partai Pemilu 2019, 7 Gagal Lolos ke Senayan
Hal ini dengan syarat setiap daerah berhak mendapat jatah minimum enam kursi untuk Konstituante dan tiga kursi untuk parlemen.
Pada Pemilu 1955 ada 260 jumlah kursi DPR yang diperebutkan dan 520 kursi untuk Konstituante.Ditambah 14 wakil golongan minoritas yang ditunjuk pemerintah.
Berdasarkan sistem perwakilan proporsional, wilayah Indonesia dibagi menjadi 16 daerah pemilihan.
Namun dalam pelaksanaannya hanya 15 karena Irian Barat gagal melaksanakan Pemilu karena daerah itu masih dikuasai oleh Belanda.
Pada pemilu tersebut, rakyat memilih wakil-wakil mereka untuk duduk di parlemen (DPR) dan Konstituante.
Ada 30 partai politik yang berpartisipasi, ditambah lebih dari seratus daftar kelompok dan individu yang mencalonkan diri.
Hanya empat partai yang berhasil meraih suara dan kursi signifikan dalam Pemilu 1955, sementara partai-partai lainnya tertinggal jauh.
1) Partai Nasional Indonesia (PNI) mendapat 8.434.653 suara dan 57 kursi2) Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) mendapat 7.903.886 suara dan 57 kursi3) Partai Nahdlatul Ulama (NU) mendapat 6.955.141 suara dan 45 kursi4) Partai Komunis Indonesia (PKI) mendapat 6.179.914 suara dan 39 kursi
Sebagai pembanding, partai-partai lainnya seperti Partai Syarikat Islam Indonesia dan Partai Kristen Indonesia yang berada di urutan 5 dan 6, hanya mendapat 1.091.160 dan 1.003.326 suara, serta masing-masing 8 kursi.
Demikianlah artikel ini membahas latar belakang Pemilu 1955, yang merupakan pemilu pertama dan paling demokratis di Indonesia. Pemilu tersebut menunjukkan kemajuan demokrasi di Indonesia, yang sayangnya tidak berlanjut di masa-masa berikutnya.
Baca Juga: Penjelasan tentang Asas Luber dalam Pemilu yang Ada di Indonesia