Penulis
Intisari-online.com - Nikel adalah salah satu komoditas pertambangan yang memiliki peran strategis dalam mendukung transisi energi hijau di dunia.
Nikel merupakan bahan baku utama untuk pembuatan baterai lithium-ion yang digunakan pada kendaraan listrik, penyimpanan energi, dan perangkat elektronik.
Dengan meningkatnya permintaan akan energi bersih dan rendah karbon, nikel menjadi komoditas yang semakin diminati oleh pasar global.
Indonesia merupakan negara penghasil nikel terbesar di dunia dengan cadangan mencapai 26 persen dari cadangan nikel global.
Pada tahun 2021, Indonesia diprediksi akan memproduksi sekitar 760 ribu ton nikel, meningkat dari 760 ribu ton pada tahun 2020.
Indonesia juga memiliki potensi besar untuk mengembangkan industri hilirisasi nikel, yaitu proses pengolahan nikel menjadi produk turunan yang bernilai tambah, seperti feronikel, nikel pig iron, baja tahan karat, mixed hydroxide precipitate (MHP), dan nikel sulfat (NiSO4).
Industri hilirisasi nikel di Indonesia didorong oleh kebijakan pemerintah yang melarang ekspor bijih nikel mentah sejak Januari 2020.
Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah, mendorong investasi, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi defisit neraca perdagangan.
Selain itu, kebijakan ini juga sejalan dengan visi pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi baterai listrik global.
Salah satu perusahaan yang berperan penting dalam memacu pertumbuhan hilirisasi industri nikel di Indonesia adalah BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID.
Melalui anak perusahaannya PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM), MIND ID tengah menjalankan berbagai proyek hilirisasi nikel.
Baca Juga: Nikel Indonesia Terancam Diboyong Eropa, Bagaimana Nasib Industri Baterai?
Seperti pembangunan pabrik peleburan feronikel di Kolaka Sulawesi Tenggara, pabrik smelter grade alumina (SGA) di Mempawah Kalimantan Barat, dan pabrik MHP dan NiSO4 di Weda Maluku Utara.
Proyek MHP dan NiSO4 merupakan salah satu proyek strategis yang ditargetkan selesai pada tahun 2023.
Proyek ini akan menghasilkan produk turunan nikel yang memiliki kandungan tinggi dan cocok untuk bahan baku baterai listrik.
Dengan kapasitas produksi sebesar 50 ribu ton NiSO4 per tahun, proyek ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun internasional.
Dengan mengembangkan industri hilirisasi nikel, Indonesia tidak hanya dapat meningkatkan nilai ekonomi dari komoditasnya, tetapi juga dapat berkontribusi dalam mendorong transisi energi hijau di dunia.
Dengan memproduksi baterai listrik yang ramah lingkungan, Indonesia dapat mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca dan pencapaian target kesepakatan Paris.
Selain itu, dengan memanfaatkan sumber daya alamnya secara optimal dan berkelanjutan, Indonesia dapat meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.