Find Us On Social Media :

Nikel Indonesia Terancam Diboyong Eropa, Bagaimana Nasib Industri Baterai?

By Afif Khoirul M, Kamis, 31 Agustus 2023 | 11:20 WIB

Nikel merupakan bahan tambang yang akan menjadi masa depan Indonesia.

Intisari-online.com - Nikel adalah salah satu komponen vital dalam pembuatan baterai kendaraan listrik, yang merupakan teknologi masa depan yang ramah lingkungan.

Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, mencapai 52% dari total cadangan nikel global.

Hal ini membuat Indonesia berpotensi menjadi "raja" baterai kendaraan listrik dunia, jika mampu mengolah nikel menjadi produk bernilai tambah tinggi.

Namun, ambisi Indonesia untuk menjadi produsen baterai lithium terbesar ketiga di dunia pada tahun 2027 atau 2028 mendatang mendapat tantangan dari sejumlah negara, khususnya Uni Eropa dan Amerika Serikat.

Kedua blok negara ini mengincar nikel Indonesia untuk memenuhi kebutuhan industri baterai mereka sendiri.

Uni Eropa telah menggugat Indonesia di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada tahun 2020 lalu, terkait kebijakan pelarangan ekspor bijih nikel yang diberlakukan oleh pemerintah Indonesia sejak tahun 2020.

Kebijakan ini bertujuan untuk mendorong hilirisasi nikel di dalam negeri, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan pendapatan negara.

Namun, Uni Eropa menganggap kebijakan ini sebagai bentuk proteksionisme dan diskriminasi terhadap produk impor mereka.

Pada Oktober 2022 lalu, panel Badan Penyelesaian Sengketa (DSB) WTO memutuskan bahwa Indonesia kalah dalam gugatan tersebut.

Alasannya, industri hilir nikel di Indonesia dianggap belum matang dan tidak bisa menjelaskan bahwa kebijakan ini diambil untuk mendukung industrialisasi di Indonesia.

Sementara itu, Amerika Serikat juga berupaya menguasai pasokan nikel global, dengan mengeluarkan peraturan baru yang menetapkan bahwa produk nikel yang masuk ke AS harus berasal dari negara-negara yang memiliki hubungan baik dengan AS.

Baca Juga: 15 Pertanyaan tentang Kerajaan Islam di Indonesia Beserta Jawabannya