Find Us On Social Media :

Peristiwa Jatuhnya Bom Atom di Hiroshima 6 Agustus 1945, Menjadi Awal Kebangkitan Indonesia Menuju Proklamasi

By Afif Khoirul M, Minggu, 6 Agustus 2023 | 11:10 WIB

(kiri) Pengeboman Hiroshima, (kanan) Paul Warfield Tibbets Jr, Pilot Pesawat Pengebom Hiroshima.

Pengeboman Hiroshima dan Nagasaki juga mempengaruhi pandangan dan sikap masyarakat Jepang terhadap perang, nuklir, damai, dan kemanusiaan.

Baca Juga: 3 Contoh Sejarah Sebagai Peristiwa, Sesuai dengan Ciri Utamanya

Banyak yang merasa malu atau marah atas tindakan agresif Jepang selama Perang Dunia II yang menyebabkan banyak penderitaan bagi rakyat Asia.

Banyak juga yang menjadi sadar akan bahaya nuklir dan berkomitmen untuk mencegah perang nuklir di masa depan.

Banyak pula yang mencari makna hidup atau penghiburan dalam agama, seni, sastra, atau aktivisme sosial.

Peristiwa ini tidak hanya menjadi tragedi bagi Jepang, tetapi juga menjadi titik balik bagi Indonesia, yang saat itu masih berada di bawah penjajahan Jepang.

Jatuhnya bom atom di Hiroshima menandai awal dari kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, yang kemudian menyebabkan Jepang menyerah kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945.

Kejatuhan Jepang ini memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya dari penjajahan.

Para pemimpin nasionalis Indonesia, seperti Soekarno dan Hatta, memanfaatkan situasi ini untuk menggalang dukungan dari rakyat dan mempersiapkan proklamasi kemerdekaan.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di depan rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta.

Teks proklamasi tersebut ditulis oleh Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebarjo, dengan bantuan dari beberapa tokoh lainnya.

Proklamasi ini merupakan tonggak sejarah bagi bangsa Indonesia, yang akhirnya berhasil melepaskan diri dari belenggu penjajahan.

Namun, perjuangan Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaannya tidak berakhir di situ.

Baca Juga: 3 Contoh Sejarah Sebagai Peristiwa, Sesuai dengan Ciri Utamanya

Indonesia masih harus menghadapi berbagai tantangan dan ancaman dari Belanda, yang tidak mau mengakui kemerdekaan Indonesia.

Indonesia juga harus mengatasi masalah-masalah internal, seperti pemberontakan komunis, konflik antar daerah, dan krisis ekonomi.

Indonesia baru benar-benar merdeka secara de facto pada tahun 1949, setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia melalui Perjanjian Roem-Royen.