Penulis
Intisari-online.com - Malam 1 Suro merupakan malam pergantian tahun dalam kalender Jawa yang bertepatan dengan tanggal 1 Muharram dalam kalender Islam.
Malam ini dianggap sebagai malam yang sakral dan penuh makna bagi masyarakat Jawa, khususnya yang berasal dari Kerajaan Mataram.
Salah satu tradisi yang dilakukan untuk menyambut malam 1 Suro adalah pensucian pusaka Mataram, yaitu benda-benda bersejarah yang menjadi warisan leluhur dan simbol kekuasaan kerajaan.
Pusaka Mataram adalah istilah yang digunakan untuk menyebut benda-benda pusaka yang dimiliki oleh Kerajaan Mataram, baik yang berasal dari zaman Hindu-Buddha maupun zaman Islam.
Benda-benda pusaka ini memiliki nilai sejarah, budaya, dan spiritual yang tinggi bagi masyarakat Jawa. Beberapa contoh pusaka Mataram adalah:
1.Keris Kyai Ageng Kopek: Keris ini merupakan pusaka tertua dari Kerajaan Mataram Islam.
Keris ini dibuat oleh Ki Ageng Kopek, seorang tokoh yang dianggap sebagai leluhur dari raja-raja Mataram.
Keris ini memiliki pamor atau motif berbentuk kembang kantil dan memiliki tujuh luk atau alur.
2.Tombak Kyai Baru Klinting: Tombak ini merupakan pusaka dari zaman Hindu-Buddha yang diwariskan oleh Raja Brawijaya V dari Majapahit kepada Raden Patah, pendiri Kerajaan Demak.
Tombak ini memiliki ujung berbentuk naga dan memiliki kekuatan magis.
3.Pedang Kyai Nogo Siluman: Pedang ini merupakan pusaka dari zaman Hindu-Buddha yang diwariskan oleh Raja Brawijaya V dari Majapahit kepada Raden Patah, pendiri Kerajaan Demak.
Baca Juga: Jamasan Pusaka, Prosesi Mistis Keraton Mataram yang Dilakukan Setiap Malam 1 Suro
Pedang ini memiliki ujung berbentuk kepala naga dan memiliki kekuatan magis.
4.Mahkota Kyai Prabu Mataram: Mahkota ini merupakan pusaka dari zaman Hindu-Buddha yang diwariskan oleh Raja Brawijaya V dari Majapahit kepada Raden Patah, pendiri Kerajaan Demak.
Mahkota ini memiliki bentuk seperti bunga teratai dan terbuat dari emas.
5.Perhiasan Kyai Gading: Perhiasan ini merupakan pusaka dari zaman Hindu-Buddha yang diwariskan oleh Raja Brawijaya V dari Majapahit kepada Raden Patah, pendiri Kerajaan Demak.
Perhiasan ini terdiri dari kalung, gelang, cincin, dan anting-anting yang terbuat dari gading.
Pusaka-pusaka Mataram ini biasanya disimpan di dalam keraton atau istana kerajaan dan hanya dikeluarkan pada saat-saat tertentu, salah satunya adalah malam 1 Suro.
Pada malam itu, pusaka-pusaka Mataram dibawa keluar dari keraton untuk dibersihkan dan disucikan dengan air khusus.
Prosesi ini disebut sebagai kirab pusaka.
Kirab pusaka dilakukan oleh beberapa keraton yang merupakan pewaris Kerajaan Mataram, seperti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Keraton Kasepuhan Cirebon, dan Keraton Kanoman Cirebon.
Setiap keraton memiliki cara dan ritual tersendiri dalam melakukan kirab pusaka.
Namun, semuanya dilakukan dengan penuh khidmat dan hormat.
Baca Juga: Perpaduan 4 Budaya, Inilah Kejawen, Kebudayaan yang Lahir pada Masa Kerajaan Mataram
Salah satu contoh kirab pusaka adalah yang digelar oleh Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat setiap malam 1 Suro.
Kirab pusaka adalah prosesi mengarak benda-benda pusaka dari keraton menuju Masjid Agung Surakarta untuk dibersihkan dan disucikan dengan air khusus.
Kirab pusaka diikuti oleh ratusan abdi dalem keraton yang membawa berbagai macam pusaka seperti keris Kyai Ageng Kopek, tombak Kyai Baru Klinting, pedang Kyai Nogo Siluman, mahkota Kyai Prabu Mataram, dan lain-lain.
Kirab pusaka merupakan tradisi yang memiliki makna mendalam bagi masyarakat Jawa, khususnya yang berasal dari Kerajaan Mataram.
Kirab pusaka merupakan bentuk penghormatan dan pengenangan terhadap jasa-jasa para pendahulu yang telah membangun dan mempertahankan kerajaan, serta bentuk permohonan berkah dan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kirab pusaka juga merupakan upaya untuk melestarikan warisan budaya dan sejarah yang menjadi identitas bangsa.
Demikianlah artikel tentang pusaka Mataram yang diperlihatkan di malam 1 Suro.