Find Us On Social Media :

Nyi Ageng Serang, Sosok Wanita Pemberani yang Turut Berjuang di Perang Diponegoro

By Afif Khoirul M, Senin, 10 Juli 2023 | 17:15 WIB

Sosok Nyi Ageng Serang.

Intisari-online.com - Salah satu pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Serang, Purwodadi, Jawa Tengah adalah Nyi Ageng Serang.

Ia memiliki nama asli Raden Ajeng Kustiah Wulaningsih Retno Edi dan lahir pada tahun 1752.

Merupakan anak perempuan dari Pangeran Natapraja, penguasa wilayah terpencil dari Kerajaan Mataram dan panglima perang Sultan Hamengkubuwana I.

Juga termasuk keturunan dari Sunan Kalijaga, salah satu wali Songo yang menyebarkan Islam di Jawa.

Nyi Ageng Serang dikenal sebagai wanita pejuang yang dekat dengan rakyat dan tidak takut melawan penjajah.

Ia menguasai kemiliteran dan siasat perang bersama dengan para prajurit pria.

Ia yakin bahwa ia harus berjuang untuk melawan penjajah selama tanah airnya masih dijajah.

Pada tahun 1825, ketika Perang Diponegoro pecah, Nyi Ageng Serang yang sudah berusia 73 tahun tidak segan untuk memimpin pasukan dengan tandu untuk membantu Pangeran Diponegoro melawan Belanda.

Perang Diponegoro adalah perang besar yang berlangsung selama lima tahun (1825-1830) di Pulau Jawa.

Melibatkan pasukan Belanda di bawah pimpinan Jenderal Hendrik Merkus de Kock dan pasukan Jawa di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro.

Perang ini disebabkan oleh berbagai tindakan Belanda yang mengganggu kehidupan dan kebudayaan masyarakat Jawa.

Baca Juga: Pengaruh Islam dalam Bidang Kesenian yang Mempercepat Proses Islamisasi Seperti Terjadi di Kerajaan Mataram

Seperti menanam patok-patok jalan di atas makam leluhur Pangeran Diponegoro, memaksakan sistem tanam paksa, memeras pajak dan tenaga kerja dari rakyat, serta mengintervensi urusan keraton.

Nyi Ageng Serang tidak hanya ikut berperang, tetapi juga menjadi penasehat perang bagi Pangeran Diponegoro.

Ia berjuang di beberapa daerah, seperti Purwodadi, Demak, Semarang, Juwana, Kudus, dan Rembang.

Salah satu strategi perang paling terkenal darinya adalah penggunaan lumbu (daun talas hijau) untuk penyamaran.

Dengan cara ini, pasukan Jawa bisa mendekati musuh tanpa terdeteksi.

Perjuangan Nyi Ageng Serang berakhir pada tahun 1830, ketika Pangeran Diponegoro tertipu dan ditangkap oleh Belanda dalam perundingan damai di Magelang.

Nyi Ageng Serang kemudian menyerahkan diri kepada Belanda dan dibuang ke Yogyakarta.

Ia meninggal di sana pada tahun 1828 dan dimakamkan di Kalibawang, Kulon Progo.

Nyi Ageng Serang adalah sosok wanita pemberani yang turut berjuang di Perang Diponegoro.

Ia menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya untuk menghormati tanah air dan melawan penindasan. 

Kemudian juga menjadi nenek moyang dari salah satu pahlawan nasional Indonesia lainnya, yaitu Ki Hajar Dewantara.

Baca Juga: 2 Contoh Surat Izin Tidak Masuk Kerja Karyawan Pabrik Tulis Tangan, untuk Dikirim ke Sosok Atasan