Penulis
Pendiri Pondok Pesantrean Al-Zaytun, Imam Supriyanto, menyebut lembaga pendidikan yang dia dirikan adalah program NII KW 9. Panji Gumilang adalah imamnya.
Intisari-Online.com -Peristiwa hukum yang menyeret Ponpes Al-Zaytun berikut pemimpinnya, Panji Gumilang, terus menjadi bahan perbincangan hingga sekarang.
Salah satu pendirinya, Imam Supriyanto, buka-bukaan soal lembaga pendidikan pesantren yang ada di Indramayu, Jawa Barat, itu.
Pondok Pesantrean Al-Zaytun didirikan pada 1994.
Pondok pesantren yang punya bangunan sangat megah ini, menurut Imam,didirikan sebagai salah satu program dari Negara Islam Indonesia (NII) Komandemen Wilayah (KW) 9.
"Sebetulnya, Al Zaytun didirikan itu adalah sebagai salah satu program dari NII KW 9," kata Imam, Rabu (5/7).
"NII itu apa? NII itu Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9."
Imam menjelaskan, keberadaan NII di Indonesia sejak zaman Kartosuwiryo, kemudian berlanjut ke Kahar Muzakar, lalu dilanjutkan oleh Agus Abdullah, Abu Daud dan Adah Jaelani.
Saat masa kepemimpinan Adah Jaelani itulah, NII yang tadinya hanya memiliki 7 wilayah komandemen, bertambah menjadi 9 wilayah komandemen.
"Wilayah komandemen 9 itu meliputi, Bekasi, Jakarta, Tangerang, Banten pada waktu itu," tutur Imam.
Bisa dibilang, Jakarta adalah tulang punggung NII.
Jakarta punya misi merekrut sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berbasis akademis hingga jenjang pendidikan S1, S2 dan S3.
Sehingga, perekrutannya dilakukan sendiri oleh organisasi NII.
"Artinya lulus dari lembaga pendidikan yang dibuat oleh komandemen wilayah 9," tutur Imam.
Selain merekrut SDM yang berkualitas, misi dari wilayah Jakarta adalah menghimpun sejumlah dana.
Nantinya, dana dari Jakarta akan digunakan untuk menyubsidi kegiatan NII di wilayah-wilayah lainnya.
"Karena tahu Jakarta ini kan sumber dana. Jadi wilayah 9 itu akan menyubsidi ke wilayah-wilayah yang lain, begitu," tutur Imam.
Sosok Panji Gumilang sendiri muncul ke permukaan karena dia merupakan pemegang estafet kepemimpinan NII setelah Adah Jaelani.
Imam mengungkapkan, dari sisi keberlangsungan estafet kepemimpinan, Jaelani ada di urutan kelima.
Kemudian Panji Gumilang ada di urutan keenam.
"Nah, tadinya Panji pemimpin di wilayah 9, sekarang menjadi pemimpin nasional," jelasnya lagi.
"Artinya negara Islam itu sendiri di tingkat atas, ada wilayah 1,wilayah 2 wilayah 3, terakhir wilayah 9."
Imam melanjutkan, awalnya Ponpes Al Zaytun menjadi program untuk komandemen wilayah 9.
Karena Panji Gumilang menjadi imam atau presiden, maka ponpes tersebut menjadi program nasional dari NII.
"Tadinya program pendidikan ini hanya wilayah 9, karena Panji-nya naik ke atas jadi presiden, jadi imam, akhirnya Al Zaytun menjadi program nasional buat kami gitu," kata Imam.
"Saya kan bisa cerita karena saya pelaku. Dan saya salah satu menteri di kabinetnya Panji Gumilang. Nah itu latar belakang berdirinya Al Zaytun."
Imam lantas menyebutkan, sebagai lembaga pendidikan maka Al Zaytun berada di permukaan dan dikenal masyarakat.
Artinya, pergerakan ponpes tersebut berbeda dengan pergerakan NII yang bersifat 'bawah tanah' setelah organisasi tersebut dinyatakan terlarang sejak 1962.
Akhirnya, dirancang program di mana generasi yang menempuh pendidikan di ponpes tersebut bisa bergaul dengan publik nasional maupun internasional.
"Nah, ini kan pendidikan akan diciptakan generasi kita ini supaya bisa bergaul di pergaulan nasional, maupun internasional," tambahnya.
"Artinya dia harus tahu perangkat hukum, perangkat politik dan sebagainya, sistem yang ada di permukaan."
Dengan kata lain, NII merancang agar alumni Al Zaytun bisa masuk di semua aspek kehidupan.
Untuk memperkuat sistem pendidikan tersebut, disusunlah program "one pipe education system".
Alis sistem pendidikan berjenjang sejak pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.
"Semua aspek. Dan kita buat program yang namanya one pipe education system. Dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi," katanya.
"Itu satu generasi itu (menempuh pendidikan) 20 tahun kalau enggak salah."
Sistem itu, katanya, Panji Gumilang yang menciptakan.
"Karena dia yang memang bidangnya. Kira-kira seperti itu," tambahnya.
Sebagaimana diketahui, Ponpes Al Zaytun sedang menjadi sorotan publik lantaran sejumlah kontroversi.
Selain itu, umat Islam juga mempertanyakan sumber dana untuk membangun kompleks ponpes yang terletak di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Dari segi ibadah, Ponpes itu menerapkan cara yang tidak biasa.
Misalnya saf shalat Idul Fitri 1444 Hijriah yang bercampur antara laki-laki dan perempuan.
Bahkan, ada satu orang perempuan sendiri berada di depan kerumunan laki-laki.
Karena kontroversi itu, pemerintah akan menerapkan sanksi administrasi hingga sanksi pidana.
Selain menerapkan cara beribadah yang berbeda, Pimpinan Ponpes Al Zaytun Panji Gumilang juga disebut-sebut terkait dengan gerakan Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9.
Namun, meski sudah beberapa kali dilaporkan, keberadaan kelompok NII KW 9 disebut-sebut tidak mudah dibuktikan karena selalu bergerak di bawah tanah.