Jamasan Pusaka, Upacara Sakral Keraton Mataram Yogyakarta untuk Merawat Benda-Benda Bersejarah

Afif Khoirul M

Penulis

Jamasan pusaka keraton Mataram Yogyakarta.

Intisari-online.com - Salah satu warisan budaya yang masih hidup hingga saat ini adalah Keraton Yogyakarta.

Keraton Yogyakarta menyimpan banyak benda-benda pusaka yang menjadi peninggalan sejarah dari generasi ke generasi.

Benda-benda pusaka ini tidak hanya terdiri dari senjata, tetapi juga kereta, bendera, gamelan, manuskrip, dan lain-lain.

Benda-benda pusaka ini merupakan lambang kekuasaan, kehormatan, dan keberkahan dari Keraton Yogyakarta.

Untuk menjaga dan merawat benda-benda pusaka ini, Keraton Yogyakarta memiliki tradisi yang disebut Jamasan Pusaka.

Jamasan Pusaka adalah upacara pembersihan benda-benda pusaka yang dilakukan secara rutin setiap tahun pada bulan Sura (Muharram) dalam kalender Jawa.

Upacara ini dilakukan pada hari Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon, yang dianggap sebagai hari baik untuk pelaksanaan Jamasan Pusaka.

Jamasan Pusaka merupakan upacara yang bersifat sakral dan penuh makna.

Upacara ini tidak hanya melibatkan persiapan fisik, tetapi juga persiapan rohani.

Para Abdi Dalem yang bertugas dalam upacara ini harus berpuasa dan mandi terlebih dahulu untuk menyucikan diri.

Mereka juga harus menjaga sikap, tutur kata, dan perbuatan selama upacara berlangsung.

Baca Juga: 17 Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno, dari Candi Hingga Prasasti

Proses Jamasan Pusaka diawali dengan Sugengan Ageng, yaitu pemanjatan doa agar upacara dapat berjalan lancar dan khidmat.

Sugengan Ageng dilaksanakan satu hari sebelum Jamasan Pusaka di Gedhong Prabayeksa.

Acara ini kemudian dilanjutkan dengan tirakatan yang diselenggarakan di Masjid Panepen.

Pada hari Jamasan Pusaka, benda-benda pusaka dibawa keluar dari tempat penyimpanannya dan dibersihkan dengan cara-cara tertentu sesuai dengan wujud dan tingkat kekeramatannya.

Benda-benda pusaka berwujud tosan aji (senjata) dibersihkan dengan cairan jeruk nipis agar minyak dan kotoran yang menempel dapat larut.

Kemudian benda-benda pusaka disiram dengan air hingga bersih.

Setelah kering, permukaan benda-benda pusaka diberi warangan (arsenik) untuk melindungi dari karat.

Sebagai sentuhan terakhir, benda-benda pusaka diolesi minyak kelapa yang dicampur dengan minyak cendana.

Benda-benda pusaka berwujud kereta dibersihkan dengan cara yang berbeda.

Kereta-kereta pusaka dibawa keluar dari museum kereta dan ditarik oleh para Abdi Dalem menuju alun-alun utara.

Di sana kereta-kereta pusaka disiram dengan air sambil diiringi oleh gamelan dan doa-doa.

Baca Juga: Menengok Kekayaan Hamengkubuwono VII, Raja Mataram Yogyakarta Yang Dijuluki Sebagai Sultan Sugih

Setelah itu kereta-kereta pusaka dikembalikan ke museum kereta.

Begitu pula dengan benda-benda pusaka berwujud lainnya, seperti bendera, perlengkapan berkuda, gamelan, vegetasi, manuskrip, dan benda-benda upacara maupun kelengkapan ruang tahta.

Semua benda-benda pusaka ini dibersihkan dengan cara yang sesuai dengan wujud dan kekeramatannya.

Jamasan Pusaka adalah tradisi yang mengandung nilai-nilai luhur bagi Keraton Yogyakarta dan masyarakat Jawa pada umumnya.

Jamasan Pusaka merupakan bentuk penghormatan kepada para leluhur yang telah mewariskan benda-benda pusaka tersebut.

Jamasan Pusaka juga merupakan bentuk syukur atas berkah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa melalui benda-benda pusaka tersebut.

Jamasan Pusaka juga merupakan bentuk penyambutan tahun baru Jawa dengan harapan agar benda-benda pusaka tetap terawat dan terjaga keberkahan dan kekuasaannya.

Artikel Terkait