Find Us On Social Media :

Ada Anggota JKT48 Yang Ternyata Masih Punya Darah Mataram Islam, Ini Profil Freya Jayawardana

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 24 Juni 2023 | 08:48 WIB

Freya Jayawardana alias Freya JKT48 ternyata masih punya darah Mataram Islam, tepatnya Hamengkubuwono II, Sultan Yogyakarta kedua.

Freya Jayawardana alias Freya JKT48 ternyata masih punya darah Mataram Islam, tepatnya Hamengkubuwono II, Sultan Yogyakarta kedua.

Intisari-Online.com - Freya Jayawardana alias Freya JKT48 menjadi salah satu anggota JKT48 paling populer saat ini.

Selain cantik dan paling muda, Freya dikenal karena punya tata krama dan sikap yang sangat baik.

Dia juga menyempatkan diri untuk belajar bahasa isyarat supaya teman-teman tunarungu dan tunawicara bisa mengenalnya dan mengenal JKT48.

Lebih dari itu, Freya ternyata masih punya darah Mataram Islam, tepatnya darah Hamengkubuwono II, raja kedua Kesultanan Mataram Yogyakarta.

Informasi terkait asal-usul Freya salah satunya disinggung di kanal YouTube KUY yang dipandu komedian Boris Bokir.

Di situ Boris meminta konfirmasi apakah benar Freya keturunan HB II dan punya nama gelar Raden Roro.

Freya membenarkan itu, dia memiliki darah Mataram Islam dari sang ayah.

Freya mengurus gelar itu ketika berusia 17 tahun, saat hendak membuat KTP.

Gadis kelahiran Tangerang, Banten, 13 Februari 2006 ini mulai dikenal di media sosial Twitter lewat candaan "bidadari makan bakwan".

Penggemar setia Freya menamakan diri mereka Freyanation.

Karena darah Mataram dalam dirinya, Freya, di kalangan teman-teman JKT48-nya, sering dipanggil "Ndoro Freya".

Menjadi member JKT48 merupakan mimpi yang akhirnya tercapai dari Freya Jayawardana.

Namun perjuangan menembus JKT48 tak semudah membalikkan telapak tangan.

Freya memulainya dari member akademi kelas B.

Dia harus menempuh ujian agar bisa promosi ke kelas A.

Setelah menembus kelas A, Freya terus berjuang untuk menembus Team T hingga namanya dikenal para Wota.

Biodata Freya JKT48

Nama Lengkap: Freya Jayawardana

Nama Panggung: Freya JKT48

Golongan Darah: B

Zodiak: Aquarius

Tanggal Lahir: Tangerang, 13 Februari 2006

Akun Twitter: @Freya_JKT48

Akun Instagram: @jkt48.freya

Akun TikTok: @freyajkt48

Hamengkubuwono II yang berkuasa tiga kali

Hamengkubuwono II, nama kecilnya Raden Mas Sundoro, lahir di lereng Gunung Sindoro pada 7 Maret 1750.

Masa kecilnya dilalui bersama ibunda, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Kadipaten, di wilayah pengungsian akibat perang melawan VOC.

Situasi tersebut kelak membentuk karakter yang keras pada diri Sri Sultan Hamengku Buwono II.

HB II naik takhta pada 2 April 1792 dan dikenal sebagai sosok yang keras terhadap VOC Belanda.

Tanpa melibatkan VOC, Sri Sultan Hamengku Buwono II menunjuk sendiri patihnya untuk menggantikan Danurejo I yang meninggal dunia pada Agustus 1799.

Sikap kerasnya terhadap VOC membuat Belanda marah.

Daendels bahkan langsung datang sendiri ke Yogyakarta membawa 3300 pasukan untuk menekan Sri Sultan Hamengku Buwono II.

Akibat dari tekanan tersebut, Sultan Hamengku Buwono II dipaksa turun tahta dan digantikan oleh putra mahkotanya RM. Surojo sebagai Hamengku Buwono III pada tanggal 31 Desember 1810.

Saat Inggris datang, HB II mengambil alih kembali tahtanya dari sang putra.

Tak berbeda dengan Belanda, HB II juga menunjukkan sikap antinya kepada Inggris.

Inggris kemudian menyerang Keraton Yogyakarta pada 20 Juni 1812, dikenal dengan peristiwa Geger Sepehi.

HB II ditangkap dan kemudian diasingkan ke Pulau Pinang hingga tahun 1815.

Setelah penyerahan kembali jajahan Belanda oleh Inggris pada tanggal 9 Agustus 1816, Belanda segera membahas posisi Sri Sultan Hamengku Buwono II yang dianggap sebagai ancaman besar.

Pada tangal 10 Januari 1817 HB II dibuang ke Ambon.

Sementara, selama kurun waktu tersebut berlangsung, di Yogyakarta sedang dilanda kondisi tidak menentu.

HB III meninggal, kemudian digantikan oleh putranya sebagai HB IV.

HB IV meninggal dan kemudian digantikan oleh putranya yang masih belia, HB V.

Saat itulah kemudian menyusul perlawanan terbesar sepanjang sejarah pemerintahan Kolonial Belanda, yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro.

Untuk menekan Pangeran Diponegoro, Belanda kemudian memanggil kembali HB II dan mengangkatnya kembali menjadi Sultan.

Ini kali ketiga dia menjadi penguasa Mataram Yogyakarta.

Pada periode kepemimpinannya yang ketiga ini, usia senja membuat kesehatan HB II menurun drastis.

Pada 3 Januari 1828, HB II meninggal dunia karena sakit dan dimakamkan di Kotagede.