Penulis
Intisari-online.com - Pada tahun 1586, Danang Sutawijaya atau Panembahan Senapati mendirikan kerajaan Islam di Jawa yang dikenal sebagai Mataram Islam.
Kerajaan ini mencapai masa keemasannya di bawah Sultan Agung (1613-1645) yang berhasil menguasai sebagian besar wilayah Jawa dan Madura.
Namun, setelah wafatnya Sultan Agung, Mataram mengalami kemerosotan akibat pemberontakan, perang saudara, dan intervensi VOC.
Salah satu raja Mataram yang mengalami berbagai kesulitan tersebut adalah Pakubuwana III, yang menggantikan ayahnya, Pakubuwana II, sebagai raja pada tahun 1749.
Ia adalah raja pertama Mataram Islam Surakarta, karena sebelumnya pusat kerajaan berada di Kartasura yang kemudian dihancurkan oleh pemberontak pada tahun 1743.
Ia juga adalah raja pertama Mataram yang dinobatkan oleh pejabat VOC, Baron von Hohendorff, sesuai wasiat Pakubuwana II.
Ketika Pakubuwana III naik takhta, ia harus menghadapi pemberontakan yang dipimpin oleh pamannya sendiri, Pangeran Mangkubumi, dan Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa.
Keduanya merasa berhak atas takhta Mataram dan menolak kebijakan Pakubuwana II yang menyerahkan wilayah dan kedaulatan Mataram kepada VOC.
Pangeran Mangkubumi bahkan sempat menobatkan diri sebagai Pakubuwana III di daerah Kabanaran bersama-sama dengan penobatan Pakubuwana III di Surakarta.
Untuk menyelesaikan konflik ini, VOC menawarkan perdamaian kepada Pangeran Mangkubumi dan mengadakan perundingan yang berakhir dengan Perjanjian Giyanti pada tahun 1755.
Dalam perjanjian ini, wilayah Mataram dibagi menjadi dua bagian: bagian timur diberikan kepada Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengkubuwana I dan mendirikan Kesultanan Yogyakarta.
Sedangkan bagian barat tetap di bawah Pakubuwana III yang mempertahankan Kasunanan Surakarta.
Perjanjian Giyanti juga mengakhiri perlawanan Pangeran Sambernyawa yang merasa dikhianati oleh Pangeran Mangkubumi.
Ia kemudian melanjutkan perjuangannya melawan VOC dan Surakarta hingga akhir hayatnya pada tahun 1757.
Sementara itu, Pakubuwana III menjalin hubungan baik dengan VOC dan menerima bantuan militer dan finansial dari mereka.
Sementara itu, Pakubuwana III menjalin hubungan baik dengan VOC dan menerima bantuan militer dan finansial dari mereka.
Kemudian juga menunjukkan sikap patuh dan loyal kepada VOC dalam segala hal.
Pakubuwana III memerintah Surakarta selama 39 tahun hingga wafat pada tahun 1788.
Ia dimakamkan di Astana Kaswargan di Imogiri, Bantul, Yogyakarta.
Lalu ia digantikan oleh putranya, Pakubuwana IV, yang melanjutkan kebijakan ayahnya dalam bersekutu dengan VOC.
Meskipun demikian, Pakubuwana III tetap dihormati sebagai raja pertama Mataram Islam Surakarta.
Ia berhasil mempertahankan kerajaannya di tengah tekanan dan tantangan dari dalam maupun luar.
Baca Juga: Dari Sultan Agung hingga Pakubuwono III, Begini Kisah Runtuhnya Mataram Islam