Penulis
Mataram Islam sampai harus meminta bantuan VOC untuk dapat memadamkan pemberontakan Trunojoyo. Padahal bisa dibilang, tentara Mataram Islam di zaman Amangkurat I sangat besar.
Intisari-Online.com -Salah satu pukulan telak yang pernah diterima Mataram Islam adalah saat pemberontakan Raden Trunojoyo.
Ketika itu, Mataram Islam di bawah kekuasaan Amangkurat I.
Bagaimana tidak, dalam pemberontakan tersebut, bangsawan asal Madura itu berhasil merebut keraton Plered, ibukota Mataram Islam.
Dalam pemberontakan itu, pasukan Trunojoyo tidak ada apa-apanya dibanding pasukan Mataram Islam dalam segi jumlah.
Menurut catatan Rijklof van Goens sebagaimana tercatat dalam artikel berjudul "Sejarah Perkembangan Mataram Islam Kraton Plered" yang terbit di jurnal Karmawibangga 2019 lalu, Amangkurat I memiliki 920.000 tentara dan 115.500 prajurit beristinggar.
Tentara maupun prajurit beristinggar itu tidak hanya dipimpinnya sendiri melainkan juga dipimpin oleh vasal-vasalnya yang dikerahkan ketika Mataram menghadapi peperangan.
Ini data kekuatan militer Mataram Islam di masa Amangkurat I:
1. Pangeran Purbaya, 50.000 tentara (48.000 prajurit bertombak dan 2.000 prajurit beristiggar)
2. Pangeran Surabaya, 50.000 tentara (48.000 prajurit bertombak dan 2.000 prajurit beristiggar)
3. Pangeran Blitar, 40.000 tentara (1.000 prajurit beristinggar)
4. Pangeran Salaran, 40.000 tentara (1.000 prajurit beristinggar)
5. Pangeran Cirebon, 100.000 tentara (600 prajurit beristinggar)
6. Pangeran Madura, 20.000 tentara (500 prajurit beristinggar)
7. Pangeran Blambangan, 20.000 tentara (500 prajurit beristinggar)
8. Pangeran Tuban, 20.000 tentara (500 prajurit beristinggar)
9. Pangeran Tuban, 20.000 tentara (500 prajurit beristinggar)
10. Pangeran Pemalang, 20.000 tentara (500 prajurit beristinggar)
11. Pangeran Demak, 20.000 tentara (500 prajurit beristinggar)
12. Pangeran Pati, 40.000 tentara (1.000 prajurit beristinggar)
13. Susuhunan, 20.000 tentara (1.000 prajurit beristinggar)
Sementara pasukan Trunojoyo sendiri, menurut beberapa catatan antara9.000 sampai14.500 pasukan.
---
Mendapat bantuan dari pelaut-pelaut Makassar di bawah pimpinan KraengGalesong, pemberontakan Trunojoyo meluas di seluruh Jawa Timur dan pesisir Jawa Tengah.
Pada 1677, Trunojoyo berhasil merebut Keraton Plered dan memaksa Amangkurat I kabur ke Tegalarum dalam upayanya mencari perlindungan Belanda.
Setelah Amangkurat I wafat, Amangkurat II yang menggantikannya meminta bantuan kepada Belanda.
Tapi konsekuensinya berat:
Mataram tidak hanya berkewajiban membayar semua biaya perang yang dikeluarkan Belanda untuk membantu menumpas pemberontakan Trunojoyo.
Tapi juga menjamin konsesi perdagangan Belanda dengan menyerahkan banyak sekali daerah di selatan Batavia, pelabuhan serta distrik Mataram, juga sejumlah kota pantai sebagai jaminan.
Sementara itu, jatuhnya Kraton Plered membuat Adipati Anom sebagai penguasa baru Mataram kembali memindahkan ibu kota.
Kartasura dipilih sebagai pusat pemerintahan.
Amangkurat II yang tidak punya tentara memutuskan bersekutu dengan VOC.
Ketika itu,Laksamana Speelman berada di Jepara, berlayar ke sana dari Surabaya setelah mendengar jatuhnya ibu kota.
Singkat cerita, Amangkurat yang sudah memindahkan ibukota Mataram Islam ke Kartasura berhasil mengalahkan Trunojoyo berkat bantuan VOC.
Sebagai imbalan, Amangkurat II menyerahkan kota-kota pesisir penting di Jawa Tengah, termasuk Semarang, Demak, Kudus, dan Pati.