Find Us On Social Media :

Dari Kios Rokok hingga Toko Buku Legendaris, Ini Kisah Gunung Agung yang Akan Tutup Selamanya

By Afif Khoirul M, Senin, 22 Mei 2023 | 15:00 WIB

Sejarah Toko Buku Gunung Agung.

Intisari-online.com - Salah satu toko buku terlama dan terbesar di Indonesia adalah Toko Buku Gunung Agung.

Toko buku ini memiliki sejarah yang kaya dan menarik, sejak masa awal kemerdekaan Indonesia hingga saat ini.

Namun, sayang sekali, toko buku ini harus mengakhiri usahanya pada tahun 2023 karena rugi akibat pandemi COVID-19 dan biaya operasional yang tinggi.

Ini adalah berakhirnya sebuah zaman sejarah dan budaya bangsa yang harus kita hormati dan kenang.

Asal Usul Toko Buku Gunung Agung

Toko Buku Gunung Agung berasal dari sebuah kios kecil yang menjual rokok, surat kabar, dan majalah di Jakarta Pusat pada tahun 1945.

Pendirinya adalah Tjio Wie Tay (1927-1990), yang kemudian dikenal sebagai Haji Masagung, seorang pengusaha dan filantropis yang juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial, agama, dan seni.

Pada saat itu, permintaan buku-buku di Indonesia sangat tinggi karena masyarakat ingin menambah ilmu pengetahuan dan informasi pasca kemerdekaan.

Tjio Wie Tay melihat peluang ini dan mulai menjual buku-buku impor dan majalah-majalah asing di kiosnya.

Toko bukunya lebih baik daripada toko buku asing karena ia memberikan diskon besar-besaran dan pelayanan yang ramah.

Pada tahun 1951, Tjio Wie Tay membeli rumah sitaan Kejaksaan di Jalan Kwitang Nomor 13, Jakarta Pusat.

Baca Juga: Keseruan Sampling Frisian Flag Kacang Hijau di Toko Buku Gramedia Kelapa Gading dan Matraman

Rumah itu ditata dan dibuat percetakan kecil pada bagian belakang.

Di sini, ia mulai menerbitkan buku-buku sendiri dengan nama firma Gunung Agung yang didirikannya pada tahun 1953 .

Pertumbuhan Toko Buku Gunung Agung

Toko Buku Gunung Agung tumbuh pesat seiring dengan pertumbuhan perbukuan di Indonesia.

Toko buku ini menerbitkan berbagai jenis buku, mulai dari buku sejarah, agama, seni, sastra, hingga buku pelajaran.

Toko buku ini juga menjadi tempat berkumpulnya para intelektual, seniman, budayawan, dan tokoh-tokoh nasional .

Toko Buku Gunung Agung juga membuka banyak cabang di berbagai kota di Indonesia, seperti Surabaya, Semarang, Gresik, Magelang, Bogor, Bekasi, dan lain-lain.

Toko buku ini menjadi salah satu toko buku terbesar dan terlengkap di Indonesia dengan koleksi buku yang mencapai jutaan judul.

Toko Buku Gunung Agung tidak hanya menjual buku-buku, tetapi juga alat-alat tulis, alat-alat seni, mainan anak-anak, hingga pernak-pernik souvenir.

Toko buku ini juga sering mengadakan berbagai acara dan pameran, seperti pameran keris, senjata pusaka, lukisan, hingga pameran bunga .

Penutupan Toko Buku Gunung Agung

Baca Juga: Gara-gara Bernama Isis, Toko Buku Ini Diamuk Massa

Sayangnya, toko buku legendaris ini tidak dapat bertahan di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat dan dampak pandemi COVID-19 yang melanda dunia sejak awal tahun 2020.

Toko Buku Gunung Agung mengalami kerugian usaha yang besar karena penurunan penjualan dan beban biaya operasional yang tinggi.

Sejak tahun 2020, Toko Buku Gunung Agung telah melakukan langkah efisiensi dengan menutup beberapa outletnya di berbagai kota.

Namun, hal itu tidak cukup untuk menyelamatkan usahanya.

Pada tahun 2023, Toko Buku Gunung Agung mengumumkan bahwa ia akan menutup seluruh outletnya yang tersisa secara bertahap dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Penutupan Toko Buku Gunung Agung tentu menjadi kabar menyedihkan bagi banyak orang yang memiliki kenangan dengan toko buku ini.

Toko buku ini menjadi saksi sejarah perkembangan perbukuan di Indonesia dan menjadi bagian dari budaya literasi bangsa.

Toko buku ini juga menjadi inspirasi bagi banyak pengusaha dan penerbit lainnya untuk terus berkarya dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa.

Semoga Toko Buku Gunung Agung dapat dikenang sebagai salah satu ikon perbukuan Indonesia yang telah memberikan banyak manfaat bagi masyarakat.

Semoga pula para pecinta buku dapat terus membaca dan belajar dari buku-buku yang ada.

Karena seperti kata Haji Masagung: "Buku adalah jendela dunia".