Penulis
Intisari-online.com - Mataram Islam merupakan salah satu kerajaan besar yang pernah ada di Pulau Jawa.
Kerajaan ini didirikan oleh Danang Sutawijaya atau Panembahan Senopati pada akhir abad ke-16 dan mencapai masa keemasannya di bawah kepemimpinan Sultan Agung pada abad ke-17.
Selain terkenal sebagai kerajaan yang kuat dan makmur, Mataram Islam juga memiliki warisan budaya yang kaya, termasuk dalam bidang seni bela diri.
Salah satu bentuk seni bela diri yang tumbuh di Mataram Islam adalah turnamen kuda bertombak.
Turnamen ini merupakan pertarungan antara dua penunggang kuda yang saling menyerang dengan tombak di alun-alun depan keraton.
Turnamen ini biasanya diadakan untuk merayakan hari-hari besar atau untuk menguji keberanian dan keterampilan para prajurit.
Turnamen ini juga menjadi hiburan bagi raja dan rakyat.
Turnamen kuda bertombak menunjukkan betapa pentingnya peran kuda dalam kehidupan Mataram Islam.
Kuda tidak hanya digunakan sebagai alat transportasi, tetapi juga sebagai sahabat dan senjata dalam peperangan.
Kuda-kuda yang digunakan dalam turnamen biasanya adalah kuda Sembrani, yaitu kuda mitologi yang memiliki sayap dan bisa terbang.
Konon, Sultan Agung sering menggunakan kuda Sembrani untuk pergi ke Makkah.
Baca Juga: Di Salatiga Mataram Islam Pecah Jadi Tiga, Semua Karena Belanda
Selain turnamen kuda bertombak, seni bela diri lain yang tumbuh di Mataram Islam adalah pencak silat.
Pencak silat adalah seni bela diri asli Nusantara yang menggabungkan gerakan tubuh, senjata, dan ilmu gaib.
Pencak silat dipelajari dan dipraktikkan oleh berbagai lapisan masyarakat, mulai dari raja hingga rakyat jelata.
Selain itu pencak silat juga menjadi salah satu cara untuk menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa.
Pencak silat memiliki berbagai aliran dan gaya yang berbeda-beda sesuai dengan daerah asalnya.
Salah satu aliran pencak silat yang berasal dari Mataram Islam adalah aliran Cimande.
Aliran ini didirikan oleh seorang ulama bernama Embah Kahir pada abad ke-18.
Aliran Cimande mengajarkan gerakan-gerakan yang lincah, cepat, dan keras. Aliran ini juga mengutamakan keselarasan antara jiwa, raga, dan alam.
Warisan bela diri Mataram Islam menunjukkan betapa kaya dan beragamnya budaya Nusantara.
Seni bela diri ini tidak hanya bermanfaat untuk membela diri dan negara, tetapi juga untuk mengembangkan karakter dan spiritualitas manusia.
Baca Juga: Tak Hanya Mataram Islam, VOC Juga Ikut Campur Dalam Urusan Kerajaan Islam Lainnya Di Nusantara
Seni bela diri ini juga menjadi salah satu identitas bangsa Indonesia yang patut dilestarikan dan dikembangkan.