Sosok Raja George III, Sang Penguasa yang Kehilangan Koloni Amerika

Afif Khoirul M

Penulis

Ilustrasi - Raja George III

Intisari-online.com -Raja George III (1738-1820) adalah penguasa Britania Raya dan Irlandia yang berkuasa selama masa penting dalam sejarah dunia.

Selama masa pemerintahannya, Britania Raya mengalahkan Prancis dalam perang tujuh tahun dan menjadi negara adidaya di Amerika Utara dan India.

Namun, ia juga harus mengalami pemberontakan dari koloni-koloninya di Amerika, yang akhirnya memproklamasikan diri sebagai Amerika Serikat.

Perang kemerdekaan Amerika (1775-1783) adalah pertempuran antara koloni-koloni Britania di Amerika Utara dengan pemerintah pusat di London.

Alasan utama perang ini adalah ketidakpuasan koloni terhadap kebijakan-kebijakan fiskal dan politik yang diterapkan oleh Britania, seperti undang-undang pajak, pembatasan dagang, dan penempatan militer.

Koloni-koloni merasa bahwa mereka tidak memiliki hak atau perwakilan dalam sistem parlemen Britania.

Pada tahun 1774, koloni-koloni membentuk Kongres Kontinental pertama untuk menentang kebijakan-kebijakan Britania dan menyatakan hak-hak mereka sebagai warga Inggris.

Namun, usaha diplomasi gagal untuk mencapai kesepakatan.

Pada tahun 1775, pertempuran pertama terjadi di Lexington dan Concord, Massachusetts, yang menandai awal perang.

Pada tahun 1776, Kongres Kontinental mengeluarkan Deklarasi Kemerdekaan, yang menyatakan bahwa koloni-koloni adalah negara-negara merdeka dan berdaulat.

Dalam perang ini, koloni-koloni mendapat dukungan dari Prancis, Spanyol, dan Belanda, yang merupakan musuh-musuh tradisional Britania.

Baca Juga: Bikin Sosok Raja George III Jadi 'Gila', Inilah Porphyria, Penyakit yang Ditandai Urine Berwarna Biru

Prancis secara resmi mengakui kemerdekaan Amerika pada tahun 1778 dan mengirimkan pasukan dan armada untuk membantu koloni-koloni.

Spanyol dan Belanda juga ikut berperang melawan Britania di berbagai front.

Raja George III tidak mau mengakui kemerdekaan koloni-koloninya dan bertekad untuk mempertahankan kekuasaannya atas mereka.

Ia menganggap pemberontakan ini sebagai akibat dari pengaruh buruk dari orang-orang yang tidak loyal dan tidak bersyukur.

Kemudianmenolak untuk bernegosiasi dengan Kongres Kontinental dan memerintahkan pasukannya untuk menumpas pemberontak dengan segala cara.

Perang berakhir setelah Jenderal Cornwallis beserta pasukan Inggris menyerah pada 9 Oktober 1781 di Yorktown, Virginia.

Pada 19 April 1783, akhirnya di depan parlemen Inggris, Raja George III mengumumkan pengakuan kemerdekaan Amerika.

"Mudah-mudahan persamaan agama dan bahasa serta rasa cinta akan mengeratkan hubungan antara Inggris dan Amerika," ucap George III.

Kehilangan koloni-koloni di Amerika adalah pukulan besar bagi Raja George III dan Britania Raya.

Ia merasa gagal sebagai raja dan sebagai ayah bagi anak-anaknya di Amerika.

Ia juga harus menghadapi tantangan-tantangan baru dari Revolusi Prancis dan Napoleon Bonaparte, yang mengancam stabilitas Eropa.

Baca Juga: Peristiwa Eksekusinya Menginspirasi Lagu 'Viva la Vida' Coldplay, Hidup Louis XVI Berakhir di Guillotine

Selain itu, ia juga menderita penyakit mental yang membuatnya tidak mampu menjalankan tugasnya sebagai raja pada beberapa periode dalam hidupnya.

Raja George III meninggal pada 29 Januari 1820 di Kastel Windsor.

Ia adalah raja Britania Raya terlama yang berkuasa selama 59 tahun.

Artikel Terkait