Intisari-online.com -Soemitro Djojohadikusumo adalah seorang tokoh ekonom dan politik Indonesia yang dikenal sebagai salah satu arsitek kebijakan ekonomi Indonesia pada masa Orde Lama dan Orde Baru.
Namun, di balik itu, Soemitro juga memiliki pengalaman berharga dalam melawan Nazi Jerman saat ia masih menjadi mahasiswa di Belanda.
Soemitro berasal dari Kebumen dan lahir pada tahun 1917 dari keluarga bangsawan Jawa.
Ia melanjutkan pendidikan ekonominya di Sekolah Tinggi Ekonomi Belanda di Rotterdam.
Saat Perang Dunia II pecah pada tahun 1939, Soemitro masih berada di Belanda dan menyaksikan bagaimana Nazi Jerman menyerbu dan menduduki negeri tersebut.
Soemitro tidak mau diam saja melihat kekejaman yang dilakukan oleh Nazi terhadap orang-orang Belanda maupun orang-orang asing yang tinggal di sana, termasuk orang-orang Indonesia.
Ia menjadi anggota gerakan bawah tanah yang menentang Nazi dan membantu menyelamatkan orang-orang Yahudi dari kejaran Nazi.
Soemitro juga aktif dalam organisasi mahasiswa Indonesia di Belanda yang bernama Perhimpunan Indonesia (PI).
PI adalah organisasi nasionalis yang menuntut kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda.
PI juga bersimpati dengan gerakan anti-fasis dan anti-Nazi di Eropa.
Salah satu aksi perlawanan yang dilakukan oleh PI bersama dengan Soemitro adalah mengibarkan bendera merah putih di depan gedung konsulat Jepang di Den Haag pada tahun 1943.
Baca Juga: Pernah Mengoceh 58 Jam Non-Stop karena Penyakit Aneh, Ini Sederat Fakta Unik Sosok George III
Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap kerjasama antara Jepang dan Nazi Jerman, serta sebagai bentuk dukungan terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Selain Soemitro, ada beberapa pemuda Indonesia lainnya yang juga terlibat dalam gerakan bawah tanah melawan Nazi di Belanda, seperti Sutan Sjahrir, Mohammad Hatta, Mohammad Roem, dan Iwa Kusumasumantri.
Mereka semua kemudian menjadi tokoh-tokoh penting dalam sejarah Indonesia.
Soemitro sendiri pulang ke Indonesia pada tahun 1947 dan bergabung dengan delegasi Indonesia dalam Sidang Dewan Keamanan PBB di New York.
Ia berperan dalam menggalang dana dan dukungan internasional demi kemerdekaan Indonesia.
Kemudian, beliau juga turut serta dalam Konferensi Meja Bundar dan menjadi menteri dalam beberapa kabinet.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Soemitro Djojohadikusumo terus berkontribusi dalam pembangunan ekonomi Indonesia.
Ia menjabat sebagai Menteri Perdagangan dan Industri, Menteri Keuangan, dan Menteri Riset dalam beberapa kabinet.
Kemudian juga menjadi Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan mengembangkan kurikulum dan penelitian ekonomi di sana.
Soemitro Djojohadikusumo dikenal sebagai salah satu ekonom Indonesia yang paling terkemuka dan berpengaruh.
Beliau juga memiliki pemikiran yang visioner dan inovatif dalam bidang ekonomi.
Baca Juga: Ini Dia Sosok Mahaguru Gerakan Kiri Di Indonesia, Henk Sneevlit Tewas Dihukum Mati Nazi
Ia merupakan pencetus program Benteng, yang bertujuan untuk mengembangkan industri nasional dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Kemudian mendukung masuknya modal dan investor asing ke Indonesia untuk mempercepat proses industrialisasi.
Soemitro Djojohadikusumo juga memiliki perhatian besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia.
Ia menjabat sebagai Menteri Riset pada masa Orde Baru dan memprakarsai pembentukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN).
Lalu, mendukung pengembangan program nuklir Indonesia untuk tujuan damai.
Soemitro Djojohadikusumo meninggal pada tahun 2001 di Jakarta. Ia meninggalkan warisan yang besar bagi bangsa Indonesia, baik dalam bidang ekonomi, politik, maupun ilmu pengetahuan.
Juga meninggalkan keluarga yang terhormat, termasuk dua anaknya yang menjadi politikus terkemuka, yaitu Prabowo Subianto dan Hashim Djojohadikusumo.
Soemitro Djojohadikusumo adalah salah satu contoh dari pemuda Indonesia yang berani berjuang melawan penjajah dan penindas, baik di dalam maupun di luar negeri.
Kisah perjuangannya melawan Nazi di Belanda adalah salah satu bagian dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang patut kita kenang dan teladani.