Find Us On Social Media :

Saksikan Perang Dunia II Pada Masa Pemerintahannya, Ini Sosok Raja Mataram Islam Paku Buwono IX

By Afif Khoirul M, Sabtu, 6 Mei 2023 | 10:10 WIB

Ilustrasi - Sri Susuhunan Paku Buwono XI saksikan Perang Dunia II.

Intisari-online.com - Sri Susuhunan Paku Buwono XI, raja Kasunanan Surakarta yang berkuasa pada tahun 1939-1945.

Ia adalah raja yang menjalani masa sulit, yaitu bersamaan dengan pecahnya Perang Dunia Kedua dan peralihan pemerintah penjajahan dari Belanda ke Jepang.

Lalu, bagaimana sikap dan peran Paku Buwono XI dalam menjaga keutuhan dan kedaulatan Kerajaan Mataram Islam di tengah situasi yang penuh gejolak?

Biografi Paku Buwono XI

Nama aslinya adalah Raden Mas Ontoseno, merupakan putra tertua Paku Buwono X dari istri selir KRAy. Mandayaretna.

Ia lahir pada Senin Kliwon, 1 Februari 1886, dan setelah dewasa bergelar KGPH. Hangabehi.

Ia naik takhta sebagai Paku Buwono XI pada tanggal 26 April 1939. Pengangkatan KGPH.

Hangabehi menjadi Paku Buwono XI tidak lepas dari konflik.

Pasalnya, Paku Buwono X cenderung lebih memilih KGPH. Kusumayuda (GRM. Abimanyu), adik Hangabehi, untuk menggantikannya.

Apalagi di mata Pemerintah Hindia Belanda, Kusumayuda dianggap merupakan bangsawan Jawa yang berkepribadian kuat, mandiri, serta tertarik pada persoalan keuangan dan administrasi keraton.

Di sisi lain, posisi Hangabehi juga sangat kuat, terutama dukungan mayoritas elite keraton yang anti-Belanda.

Baca Juga: Ben Mboi, Satu-satunya Sosok Dokter Yang Ikut Pasukan Terjun Payung Saat Operasi Trikora Di Papua Barat

Paku Buwono X sendiri memiliki putra dan putri lebih dari 60 orang.

Masalah yang mengganjal ialah bahwa Paku Buwono X tidak memperoleh putra dari kedua permaisurinya.

Dua putra Paku Buwono X yang tertua, Hangabehi dan Kusumayuda, lahir dari selir.

Sebenarnya pada tahun 1898 Paku Buwono X sudah berniat mengangkat Kusumayuda sebagai putra mahkota meski usianya 40 hari lebih muda dari Hangabehi.

Sampai akhirnya keinginan Paku Buwono X itu diurungkan, dan ia lebih memilih Hangabehi untuk menjadi pewaris tahta.

Hangabehi kemudian diberikan sejumlah posisi penting, di antaranya menjabat sebagai Wedana Tengen (jabatan setingkat Pangageng Putra Sentana), serta memperoleh kepercayaan sesoeratman, sebagai Wakil Ketua Raad Nagari, sebuah dewan pertimbangan kerajaan.

Kiprah Paku Buwono XI

Pemerintahan Paku Buwono XI terjadi pada masa sulit, yaitu bersamaan dengan pecahnya Perang Dunia Kedua.

Ia juga mengalami peralihan pemerintah penjajahan dari tangan Belanda kepada Jepang sejak tahun 1942.

Pihak Jepang menyebut Kasunanan Surakarta dengan nama Solo Koo.

Pada masa pendudukan Jepang terjadi inflasi yang luar biasa dan kelaparan yang melanda rakyat Jawa.

Paku Buwono XI berusaha membantu rakyatnya dengan memberikan bantuan pangan dan uang dari kas keraton.

Baca Juga: Sebelum Dokter Wayan, Indonesia Pernah Punya Sosok Dokter Ikhlas Lain, Tak Sudi Pasang Tarif

Ia juga membuka lahan pertanian baru di sekitar keraton untuk meningkatkan produksi pangan.

Selain itu, Paku Buwono XI juga berperan dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia melawan penjajah Jepang dan Belanda.

Ia memberikan dukungan moral dan materi kepada para pejuang yang bergerilya di hutan-hutan dan pegunungan.

Ia juga memberikan perlindungan kepada para tokoh nasional yang bersembunyi di Surakarta, seperti Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan lain-lain.

Paku Buwono XI juga berusaha menjaga hubungan baik dengan pihak Jepang agar tidak terjadi konflik yang merugikan rakyatnya.

Ia mengikuti kebijakan-kebijakan Jepang yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam dan adat istiadat Jawa.

Juga mengirimkan utusan-utusannya ke Tokyo untuk menyampaikan aspirasi rakyat Jawa kepada Kaisar Jepang.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, Paku Buwono XI menyambut gembira proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Soekarno.

Ia mengirimkan surat ucapan selamat kepada Soekarno dan Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI.

Ia juga mengeluarkan maklumat yang menyatakan bahwa Kasunanan Surakarta Hadiningrat adalah bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Akhir Hayat Paku Buwono XI

Paku Buwono XI meninggal dunia pada tanggal 1 Juni 1945 di Surakarta akibat sakit jantung. Ia dimakamkan di Astana Girimulya, Imogiri, Bantul, Yogyakarta.

Ia digantikan oleh putranya yang bernama Raden Mas Gondo Kusumo atau Paku Buwono XII.

Paku Buwono XI dikenang sebagai raja yang bijaksana, berjiwa besar, dan cinta tanah air. Ia juga dikenal sebagai raja yang taat beragama dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam.

Ia memiliki beberapa gelar kehormatan, di antaranya adalah Pahlawan Nasional Indonesia (dianugerahkan pada tahun 2011), Letnan Jenderal TNI (dianugerahkan pada tahun 2015), dan Bintang Mahaputra Adipradana (dianugerahkan pada tahun 2017).